Disclaimer by ©Masashi Kishimoto.

Warn : Typo, Plot, etc.

Don't Like .. Dont Read.

.

.

PAIN UNDER THE SUNSET

" Kehilangan bukan berarti membuatmu kalah, mendapatkan cinta juga bukan berarti membuatmu memenangkan perkara cinta. Waktu adalah penentu dari sebuah kisah kehidupan. Teruslah berjalan, teruslah mengalir seperti aliran sungai yang menuju muara, kemudian tumpah ke lautan lepas. Buatlah hidupmu bebas tanpa beban."

.

Chapter 01

~ The Pain

Cakrawala menggantung rapi di ufuk barat dunia, membentuk sebuah garis horizontal yang memukau, lembayung langit sore membias di permukaan pantai. Kumpulan air asin perlahan-lahan mulai menjamah pasir-pasir berwarna keemasan itu. Ilustrasi yang indah untuk suatu sore di tepian pantai yang tenang. Angin laut-pun tak sungkan-sungkan menerpa wajahnya, wajah manis seorang gadis berambut cokelat sebahu - Rin Nohara - dia termenung di hamparan pasir yang membisu, tatapannya mengosong. Sepertinya terlalu berat beban yang dia tanggung. Tentu saja, kekasih yang begitu dia banggakan - Hatake Kakashi - pergi tanpa kabar sepatahpun selama tiga tahun, dan sekembalinya dari kepergiannya dia telah menikah dengan wanita lain. Sekarang segalanya telah berbeda, status mantan kekasih harus dia berikan pada Kakashi walau hatinya meronta, Kakashi yang dulu dia kenal tidak akan pernah kembali lagi. Waktu sudah berlalu, semua kenangan itu tidak bisa dikembalikan, keadaan tak mungkin berbalik dan berpihak pada Rin sebab sejak awal Sakumo Hatake - Ayah Kakashi tidak pernah menyetujui hubungan mereka. Rin dan Kakashi mencoba melawan dunia, tapi ternyata mereka yang pada akhirnya kalah dalam pergulatan itu.

" Kakashi. " Gumam Rin, bulir-bulir bening membasahi pipinya.

Rin tak pernah menyadari jika selama ini ada yang memperhatikannya, dia memperhatikan Rin dari kejauhan namun tak berani mendekatinya sebab dia adalah sahabat baik Kakashi - Obito Uchiha - Dia khawatir melihat keadaan Rin, dia memutar otak, mencari jalan keluar atas semua problema ini. Senyumnya mengembang ketika sebuah ide muncul di dalam benaknya, berharap itu bisa membuat Rin lebih baik.

.

.

Waktu yang sama, sore hari yang indah selalu di habiskan Rin dengan murung di tepi pantai. Seorang lelaki bertopeng Orange motif spiral, memakai baju bercorak awan merah mendekati Rin.

" Hei, I am Tobi. Tobi is a good boy. " Katanya dengan nada ceria.

" Urusai. " Sahut Rin.

" Yare.. " Tobi tak berkata-kata lagi. Dia hanya duduk di dekat Rin yang auranya terlihat sangat suram.

" What do you want from me? " Rin sedikit kesal karena merasa terganggu dengan kehadiran Tobi.

" Nothing. " Jawab Tobi enteng.

" Bisa kan tinggalkan aku sendiri? Aku sedang ingin sendirian. "

" Anggap saja aku tidak ada. "

" Kau menyebalkan! Siapa kau? "

" Aku? Aku Tobi. Tobi anak baik. "

" Apa tidak sadar jika kau sangat menggangguku Tobi anak menyebalkan? " Nada Rin meninggi.

" Aku tidak mengganggumu kok, aku hanya ingin duduk disini. Kenapa kau jadi harus marah-marah? Kenapa jadi sinis Kakak?"

Rin bangkit berdiri, meninggalkan Tobi tanpa sepatah kata lagi.

" Oi.. Oi..Matte! Gomenasai. " Seru Tobi dan seruan itu tidak digubris sama sekali oleh Rin.

.

.

Setiap sore si pria bertopeng orange itu selalu berada di tempat yang sama dengan Rin. Kadang dia mendekat, kadang juga dia menjaga jarak dengan Rin. Sesekali dia mencoba bertanya pada Rin.

" Selamat sore kakak cantik. Siapa nama kakak?" Tanya Tobi.

" Rin! Rin Nohara. " Kali ini Rin mulai mau berbicara dengan Tobi.

" Boleh aku menghibur kakak? "

" Aku tak butuh itu. Ibarat malaikat, aku sudah kehilangan satu sayapku. Aku tak berdaya! Bahkan untuk terbang-pun aku tak sanggup. Untuk menjadi Malaikat lagi juga mustahil. Aku butuh sayap itu. Hiks.. " Rin terisak.

" Kata-kata kiasan yang merepotkan untuk di pahami ya kak? Hnn. " Sahut Tobi.

" Hei Tobi! Kenapa kau seolah mengikuti aku? Sepertinya kau punya tujuan lain? " Rin agak curiga.

" Tidak kakak! aku tak punya tujuan lain selain pantai ini. Kau lihat kan pantai ini? Pantai yang indah, sinar matahari yang hangat, terpaan angin yang lembut. Lihat matahari itu, dia akan kembali keperaduan dan melupakan apa yang dialaminya sejak dia datang di fajar hari tadi. Apa kakak tidak ingin seperti matahari itu? " Kata Tobi sembari duduk di sebelah Rin. Menatap Sunset.

" Andai saja aku bisa, sudah aku lakukan sejak dulu. " Rin tampak putus asa.

" Kakak terlihat kacau ya kak? Seperti benar-benar telah kehilangan sayap. Ah! Tidak hanya sayap, lebih parah lagi! Seperti sudah kehilangan jiwa Kakak.." Kata Tobi. " Kakak terlihat seperti orang patah hati. Ara! Kau tau kak? Kenapa disebut patah hati? Kenapa tidak dinamakan patah ginjal, patah jantung, patah paru-paru dan sejenisnya? " Tambah Tobi mencoba mencairkan suasana.

" Aku tidak tertarik dengan analogi yang rumit begitu. " Tanggap Rin dingin.

" Hah?! Tapi kakak harus tau! Hati atau liver adalah organ kelenjar paling besar dalam tubuh. Punya kemampuan untuk beregenerasi, kalau di ambil sebagian bisa tumbuh lagi. Jadi, apabila patah hati itu punya makna bisa sembuh lagi dan siap memberikan hati atau cintanya lagi kepada orang lain. Sehingga perasaan sedih yang berlebihan tidak akan terjadi sebab hati akan selalu siap dipotong lagi untuk diberikan pada orang lain lagi." Jelas Tobi.

" Aku sudah terbiasa begini. Aku sudah terbiasa dengan sakit ini. Kau pikir mudah memberikan hati itu pada orang lain manakala hatimu masih terluka parah? Luka itu bahkan bisa dikatakan mustahil untuk sembuh."

" Bakka! Jangan dibiasakan Kakak! Kenapa harus merasa bangga sudah terbiasa dengan rasa sakit? Kenapa harus bangga dengan rasa sakit? Kau harusnya lebih bangga jika kau baik-baik saja. Luka? Pasti akan sembuh jika kau punya kemauan untuk sembuh. " Tobi menceramahi Rin.

"..." Kini Rin tak menjawab ataupun mendebat Tobi. Dia hanya diam.

" Kakak butuh sayap? Satu sayap Kakak telah patah hingga tidak bisa terbang? Aku akan membantu penyembuhan sayap itu jika Kakak mau. Tidak baik terus terpuruk begini! Kakak tidak sadar ya? Kalau orang-orang dipantai ini terus memperhatikan kakak dan menganggap kakak sakit jiwa? "

" Hya! Sou ka? Parah sekali. "

" Sou da ne! Kakak kacau sekali. Coba kakak pulang dan berdirilah di depan cermin. Perhatikan keadaan kakak. "

" Hnn.. "

" Daripada semua itu aku lebih penasaran, siapa kau! Apa kau badut? Dan apa yg kau lakukan dengan memakai kostum seperti itu? Apa tidak gerah selalu memakai topeng begitu pada cuaca sepanas ini?" Rin menghujani Tobi dengan aneka pertanyaan.

" Badut? Lelucon macam apa ini? Sebenarnya, tidak penting siapa aku sebab aku hanya orang yang kebetulan lewat dan tertarik dengan panorama ditempat ini. Apa yang aku lakukan? Aku hanya ingin bersantai disini dan tidak sengaja menemukan kakak. Kenapa aku pakai topeng dan baju begini? Karena aku agak sensitif terhadap sinar matahari dan aku memang suka awan berwarna merah. Sudahlah, siapapun aku, pokoknya aku akan selalu siap menghibur kakak! " Tobi bersemangat.

" Kata-katamu tadi ada benarnya. Tapi aku... "

" Sudahlah kakak! " Tobi berdiri dan menarik Rin. Membuat Rin sedikit tersentak dan terhuyung, membawa Rin ketepian pantai. " Rasakan ombak ini menyentuh kaki kakak. Kakak! di dunia ini masih banyak hal-hal menyenangkan yang tak seharusnya di sia-siakan. Ayolah kakak! Hidup hanya satu kali. " Tobi menaikkan tangannya di atas kepala. " Teriaklah! Siapa tau bisa melegakan beban kakak! Teriaklah sekencangnya pada laut! " Sambung Tobi.

" Aku malu. "

" Lakukan saja! Percayalah padaku, kau akan lebih baik! "

" HUAAAAAAAA! " Rin berteriak sekencang-kencangnya. Dan seperti yang dikatakan Tobi, bebannya sedikit berkurang.

" Good. Terus lakukan sampai kau puas kak! " Kata Tobi.

Rin mengulangi Teriakannya, dia mengabaikan lingkungannya. Awal mula yang baik untuk Tobi. Sepertinya rencananya akan berhasil.

.

.

.

Rin memasuki kamarnya. Seperti yang disarankan Tobi, sepulang dari pantai Rin berkaca dan melihat dirinya di cermin.

" Bagaimana bisa aku menjadi seperti ini? Ternyata benar jika aku sangat kacau." Gumamnya. " Kakashi! Apa salahku sampai kau tega padaku? Kenapa tidak dari awal saja kau mengakhiri ikatan cinta ini? Ini terlalu sakit Kakashi, aku tidak kuat. " Rin menangis. Namun kemudian dia teringat kata-kata Tobi.

' Kenapa disebut patah hati? Kakak harus tau! Hati atau liver adalah organ kelenjar paling besar dalam tubuh. Punya kemampuan untuk beregenerasi, kalau di ambil sebagian bisa tumbuh lagi. Jadi, apabila patah hati itu punya makna bisa sembuh lagi dan siap memberikan hati atau cintanya lagi kepada orang lain. Sehingga perasaan sedih yang berlebihan tidak akan terjadi sebab hati akan selalu siap dipotong lagi untuk diberikan pada orang lain lagi. ' Dia merenungi dan memutar berulang-ulang perkataan Tobi dalam memory jangka panjangnya.

" Kau benar Tobi! Arigato! " Bisik Rin sembari menuju kamar mandi. " Kakashi sudah bahagia dengan wanita pilihan ayahnya, Hanare. Aku juga punya hak untuk bahagia tanpa Kakashi. " Lanjut Rin, tangannya meraih shower dan membasahi seluruh tubuh dan pakaiannya. " Tapi Tobi itu, siapakah dia? Aku masih sangat ingin tau, siapa sosok di balik topeng Orange itu. Sepertinya dia tak asing bagiku! Tapi, sudahlah, yang penting dia sudah membuatku lebih baik. " Rin tersenyum simpul.

To be Continued...

A/N : Thanks for read :) . Ditunggu Reviewnya readers sekalian .