Author's Note : Haiii, saya kembali dengan fict baru (meskipun masih ada satu fict yang belum completed :P ). Fict ini berdasarkan episode 17 musim 3, tepatnya setelah pertarungan antara BoBoiBoy dan BoBoiBot. Kali ini, saya merasa agak males nulis dialog menggunakan bahasa melayu (susah banget), jadinya semua dialog saya gunakan bahasa indonesia (and you know, it made my work easier).


BoBoiBoy memandang ke arah robot replika yang baru saja mengalahkannya dengan tatatapan tak percaya.

Si robot mengancungkan sebuah jempol dan tersenyum. "Terbaik." Itulah yang diucapkan si robot. Kelihatan sekali bahwa sang android sedang mengejeknya. Menghinanya.

BoBoiBoy menatap kedua tangannya dengan lemas. "Aku memang membahayakan orang lain."

.

.

.

Perpisahan yang Pahit

Chapter 1 : Just A Kid

Disclaimer : BoBoiBoy milik Animonsta

Warning : masih banyak typos dan EYD yang belum disempurnakan

Don't like, don't read

.

.

.

Perasaan kesal, sedih, marah dan malu bercampur jadi satu di kepala anak bertopi mirip dinasaurus itu. Ia kembali menatap kedua tangannya yang baru saja nyaris membahayakan banyak keselamatan orang.

Satu persatu, orang-orang disana mulai meninggalkan tempat demonstarsi pengenalan super hero baru Pulau Rintis. Beberapa sempat melirik kearah bocah yang kini sedang tampak putus asa itu dengan tatapan kasihan.

Hanya teman-teman setianya yang masih tetap tinggal. Menemani dirinya yang butuh sebuah tepukan semangat di pundak.

BoBoiBoy menjatuhkan tubuh kecilnya di atas tanah. Mengapa?! Tanyanya dengan frustasi. Mengapa ini bisa terjadi?! Ia adalah seorang pahlawan. Pahlawan yang selalu dipuji karena senantiasa membantu orang lain tanpa pamrih. Namun sekarang, image itu sudah hancur hanya dalam sehari karena robot ciptaan milik si Alien Berkepala Kotak itu berhasil membuktikan pada semua orang bahwa ia lebih hebat dan layak untuk menggantikan posisi BoBoiBoy sebagai pelindung mereka.

BoBoiBoy mengepalkan tangannya dan meninju tanah dengan kesal. Ia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol kekuatan api nya. Ia kecewa pada kelemahan dan kekalahannya melawan BoBoiBot.

.

Dan ia kecewa pada warga yang dengan mudahnya sudah menyerahkan kepercayaan mereka sepenuhnya pada sebuah robot.

.

Bayangkan hal ini. Siapa yang selalu mempertaruhkan nyawa melindungi mereka dari ancaman para alien jahat yang menyerang Pulau Rintis kalau bukan dirinya? Dan tiba-tiba saja, mereka sudah tidak mengangapnya lagi hanya karena satu kesalahan? Kesalahan yang sebenarnya amat dibuat-dibuat dalam rangka propaganda melawan dirinya? Bagaimana mungkin mereka bisa secepat itu memercayai alien hijau yang sudah jadi jahat kembali itu?

"BoBoiBoy, kau tak apa-apa?" Panggil Yaya dari belakang punggungnya, khawatir karena anak itu belum bicara apapun sejak pertarungan tadi. Gadis kecil bernuansa pink itu ingin mendekatinya namun sebuah tangan bersarung ungu mencegahnya.

"Jangan," cegah Fang, hampir berbisik. "Sepertinya kita harus membiarkannya sendiri dulu."

"Tapi …" Yaya menatap kepala BoBoiBoy yang menunduk dan bahu yang merosot, seperti ada beban berat yang diletakkan di atas pundaknya. "Kasihan dia kalau terus dibiarkan seperti itu."

"Kau cuma akan membuatnya bertambah sedih kalau kesana."

"Hei, bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Gopal.

"Kalian semua tidak lihat?" Fang menunjuk ke arah BoBoiBoy. "Saat ini, dia pasti tidak ingin kita melihat wajah malu nya."

"Sok tau."

"Apa katamu?!" Garis merah perempatan muncul di kepala si anak berambut ungu gelap.

"Eh, sudah-sudah." Ying menghentikan mereka sebelum Fang meledak. Ia tidak ingin ada pertengkaran sementara teman kesayangan mereka sedang bersedih. "Lihat lagi, tuh BoBoiBoy. Dia masih belum bicara sampai sekarang."

Kesemua temannya kini kembali memandangi punggung teman mereka dalam kesunyian.

BoBoiBoy berdiri. Kepala masih menunduk. "Aku pulang dulu." Katanya tanpa menoleh pada keempat sahabatnya.

"Kami antar, ya." Tawar Yaya.

"Tak usah. Aku pulang sendiri saja."

Pemilik empat kuasa itu mulai berjalan perlahan meninggalkan teman-temannya. Awalnya, langkahnya lambat seperti siput, namun ketika sudah agak jauh dari kawan-kawannya, ia berlari.

"Dia pasti lagi nangis." Tebak Fang. "Cih! Aku tak paham dengan mereka." Yang dimaksud Fang 'mereka' adalah orang-orang yang sudah berpaling dari BoBoiBoy. "Mudah sekali lupa dengan pengorbanan BoBoiBoy."

"Harus bagaimana lagi? Mereka sudah terpedaya oleh kata-kata dari Adu Du si kepala dadu itu." Kata Gopal.

Fang mengepalkan sebuah tinjuan. Kabur tipis bewarna hitam mengelilingi tinjuan itu. "Dasar alien kurang ajar. Padahal kita sudah bantu dia menghidupkan Probe."

"Bukannya waktu itu kau jadi pengganggu kami." Protes Gopal.

"Diamlah."

"Eh, kita ke tempat BoBoiBoy, yuk." Ajak Yaya.

"Kan tadi aku sudah bilang. BoBoiBoy pasti sedang ingin sendirian." Kata Fang.

"Bukan untuk menemui BoBoiBoy. Kita pergi ke kedai Tok Aba."

Gopal langsung terlihat bersemangat. "Nah, boleh tuh. Kau mau traktir aku spesial hot chocholate satu, kan."

Krik, krik, krik

"Kenapa?" Gopal masih belum mengerti.

"Haduh, Gopal. Kita temui Tok Aba buat membicarakan masalah BoBoiBoy." Jelas Ying dengan suara nyaris putus asa.

"Oh, ngomong dong dari tadi."

"Ya, sudah. Kita kesana semuanya."


~Perpisahan yang Pahit~


Tidak seperti biasanya, ketika pulang sekolah, BoBoiBoy langsung masuk ke rumah kakeknya dan mengurung diri di kamar.

Ia merasa terlalu lelah dan tak bersemangat untuk membantu kakeknya di kedai.

Ia merasa sedang tidak ingin melihat satu orang pun.

Siapapun

Anak berumur 11 tahun itu melempar tas sekolahnya ke samping dan langsung merebahkan dirinya diatas kasur, menyembunyikan kepalanya diantara dua bantal.

Ia mencoba mengingat kejadian tadi. Nyaris saja dia sendiri celaka oleh bola api raksasa milik robot yang sangat mirip dengannya itu andai saja Adu Du tidak menghentikannya. Ya. Robot itu menuruti semua perintah tuannya tanpa pertanyaan sedikitpun.

Robot itu tidak bersalah, pikir BoBoiBoy. Dia sudah diprogram untuk hanya mengikuti perkataan penciptanya. Ini semua salah Adu Du. Tapi alien itu telah mengatakan sesuatu yang benar. Ia hanyalah seorang anak kecil. Anak kecil yang merasa tertekan oleh banyaknya tanggung jawab sebagai super hero.

BoBoiBoy memerhatikan dua jam tangan yang terpasang di kedua pergelangan tangannya. Jam yang telah memberinya kuasa. Ia merasa amat senang saat pertama kali mendapatkan itu dari Ochobot.

'Bersama-sama, kita akan menjaga keamanan dunia.' Itu yang diucapkan robot bola kuning kecil itu padanya di malam ia mendapatkan kuasa.

'Apa benar aku ini benar-benar seorang super hero?'

Bocah itu mulai meragukan identitasnya sendiri. Sebelum ada insiden tadi siang, ia selalu berpikir bahwa dirinya adalah seorang penyelamat bumi dari ancaman alien-alien jahat. Tapi sekarang, ia menjadi tidak yakin.

Keinginannya bersedia untuk menjadi super hero mungkin lebih dikarenakan pikiran kekanan-kanakannya. Bukankah semua anak lelaki seusianya, yang masih suka bermain-main, ingin menjadi super hero seperti di acara televisi yang selalu mereka tonton? Jadi terang saja ia tidak menolak ketika Ochobot memberinya kuasa dan tanggung jawab untuk melindungi orang banyak. Tapi justru disitulah salahnya.

"Ternyata… aku memang hanya anak kecil." BoBoiBoy berkata pada dirinya sendiri.

Anak kecil tidak seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan dunia yang bahkan anggota militer yang berpengalaman sekalipun pun belum tentu bisa memikul tugas sebesar itu. Anak kecil seusianya seharusnya masih suka bermain dengan teman-teman sebaya, mengerjakan pr, tidur yang cukup, dan lain-lain. Bukannya malah siaga dan patroli setiap saat melawan para ancaman.


~Perpisahan yang Pahit~


Tok Aba sedang sibuk membersihkan kedai coklat nya bersama Ochobot ketika Ying, Yaya, Gopal dan Fang datang.

"Lho, mana BoBoiBoy? Kalian tidak pulang sama-sama?" Tok Aba langsung menanyai mereka ketika melihat cucunya sedang tidak bersama mereka.

"Eh, BoBoiBoy tadi tidak mampir ke sini dulu?" Tanya Yaya.

"Lho. Memangnya kemana dia?" Ochobot yang bertanya balik.

"Dia tadi sudah pulang duluan." Gopal yang menjawab sambil duduk di kursi. "Eh, Tok Aba. Pesan spesial hot chocholate satu ya."

"Siap." Si kakek langsung berbalik dan membuatkan pesanan.

Gopal menyikut lengan Fang. "Fang. Kau saja yah yang kasih tahu Tok Aba tentang BoBoiBoy."

Fang kaget. "Hei. Kenapa aku?!"

Tok Aba langsung mengerutkan keningnya saat mendengar nama BoBoiBoy. "Kenapa dengan BoBoiBoy?" Tanyanya sambil meletakkan pesanan Gopal.

"Erm …" Fang ragu untuk menjelaskan. "Sebenarnya, tadi …"

Tok Aba menajamkan telinga. Gopal malah asyik menghirup coklatnya.

"Sebenarnya tadi BoBoiBoy … Argh! Kalian saja lah yang cerita." Tiba-tiba Fang langsung menunjuk Yaya dan Ying.

"Haduh …" Ochobot memegangi kepalanya. Ia sudah tak sabar ingin ikut mendengarkan cerita.

Dua gadis kecil itu memandang Fang dengan tatapan malas.

"Nah, tunggu apa lagi? Cerita lah."

Yaya menghela napas panjang. "Begini Tok Aba. Sebenarnya …"


~Perpisahan yang Pahit~


Saat ini sudah menunjukkan pukul 7 malam, namun sampai sekarang BoboiBoy masih belum keluar dari kamarnya. Ia hanya sedang melamun sambil duduk di atas kasurnya dengan tatapan hampir kosong.

Seseorang mengetuk pintunya. "BoBoiBoy, Atok boleh masuk?"

Terdengar jawaban dari dalam kamar, nyaris tak terdengar. "Masuk saja, Tok."

Pintu dibuka. Tok Aba masuk ke dalam kamar cucunya dengan Ochobot mengikuti dari belakang. Ia duduk di tepi kasur BoBoiBoy.

Keadaan hening sejenak.

"Atok sudah dengar cerita dari kawan-kawan kau siang tadi. Kata mereka kau bertarung dengan robotnya si Adu Du, kan?"

Tak ada respon.

"Atok paham dengan keadaan kau yang sering tertekan akhir-akhir ini. Tapi kau harus tetap hati-hati menggunakan kuasa apimu. Bisa-bisa orang lain juga ikut kena bahaya."

BoBoiBoy hanya mendengarkan.

"Ini semua bukan salah kau. Adu Du Cuma kebetulan memanfaatkan kesempatan ini untuk balas dendam." Si kakek meletakkan sebelah tangan di pundak cucunya. "Sudah lah. Nanti juga robot itu akan rusak. Besok atok akan coba bicara dengan orang-orang tentang masalah tadi siang."

Masih tak ada respon.

"BoBoiBoy, kenapa kau jadi bisu sih." Ochobot agak frustasi karna teman baiknya belum mengatakan sesuatu.

BoBoiBoy menghela napas pendek. "Tak usah lah, Tok." Katanya. "Ini semua memang salah BoBoiBoy."

"Jadi kau tetap membiarkan mereka berpikir kalau kau ini jahat?" Tanya Ochobot.

"Bukan itu. Tapi …" BoBoiBoy menundukkan kepalanya.

"Tapi apa?"

BoBoiBoy perlahan mengangkat kepalanya dan memandang kearah kakeknya dengan tatapan serius. "Atok. BoBoiBoy boleh mau mengatakan sesuatu." Katanya kemudian.

"Kau mau mengatakan apa?"

"Tapi Atok dan Ochobot janji jangan kaget, ya."

"Eh? Janji jangan kaget? Kau mau ngomong apa, BoBoiBoy?" Ochobot malah jadi penasaran.

"Janji dulu." Boboiboy menunjukkan jari kelingkingnya.

"Hm… baiklah. Janji." Tok Aba mengangkat sebelah tangannya. Ochobot mengikuti gerakannya. "Nah, sekarang BoBoiBoy mau ngomong apa?"

"BoBoiBoy mau pulang ke KL."

"APA?!" sontak saja si kakek dan si robot terkejut bukan main. Mulut mengaga, mata membesar.

"Kau … kau kembali ke KL?" Ochobot mengguncang-guncang bahu BoBoiBoy. "Huhuhu … kau tidak serius kan?"

"Kenapa kau mau kembali, BoBoiBoy? Kau tak suka tinggal disini lagi?" Kakeknya bertanya, masih kaget.

"Bukannya tidak suka, Tok. Tapi … BoBoiBoy sudah merasa tidak bisa lagi tinggal disini lagi."

"Cuma karena kau kalah hari ini bukan berarti kau harus pergi, kan."

"Iya. Tapi … BoBoiBoy cuma …"

"Cuma apa?"

Sulit sekali untuk BoBoiBoy menjelaskan mengapa ia ingin pulang. Ia hanya merasa tidak nyaman dan ingin melupakan semuanya. Itu saja. Semua orang sudah terlanjur menganggapnya sebagai pelaku bersalah penyebab kebakaran akhir-akhir ini. Seharusnya perbuatan yang sudah seperti criminal itu pantas untuk diadili. Ia cukup beruntung tidak dilaporkan ke polisi. Yah, tidak mungkin kan anak dibawah umur yang masih butuh perlindungan (dan sudah melindungi banyak nyawa) harus masuk penjara. Tetapi, merasa terkucilkan oleh mereka yang sudah ia lindungi merupakan hukuman yang amat berat bagi BoBoiBoy. Sudah tentu ia tidak mampu lagi bertatap muka dengan penduduk Pulau Rintis.

"Kenapa kau menangis?" Kata Ochobot tiba-tiba ketika menyadari ada aliran air keluar melalui sudut mata BoBoiBoy. Dengan cepat anak itu mengusap air matanya. Seingatnya, sudah lama ia tidak menangis. Anak laki-laki harus kuat, kan?

Tetapi Tok Aba langsung menyadari betapa lemah BoBoiBoy sekarang. Memang, ia memiliki kekuatan super. Tapi tetap saja ia hanyalah anak kecil yang belum tahu cara menyelesaikan masalah besar. Anak seusianya seharusnya memiliki masa kecil yang normal. Dan BoBoiBoy layak untuk mendapatkannya.

Meskipun sebenarnya merasa sedih, tapi si kakek menuruti keinginan cucunya.

"Ya, sudah kalau kau mau kembali ke KL. Atok tidak bisa memaksa kau tetap tinggal disini."

"Eh, jadi … BoBoiBoy benar-benar akan pergi lagi?" Ochobot Nampak cemas dan malah menangis. Ia memeluk temannya. "Huhuhu … jangan pergi lagi BoBoiBoy. Bagaimana dengan aku nanti kalau kau sudah tak ada disini."

BoBoiBoy mengusap kepala si robot kuning kecil itu. "Tidak apa-apa, Ochobot. Nanti pasti aku akan balik lagi kesini."

'Atau tidak,' pikir BoBoiBoy. Namun ia tidak mengatakannya.

"Aku ikut kau, boleh ya?" si robot itu merengek.

"Tak boleh. Kau harus bantu Atok disini. Kasihan Atok nanti kalau tak ada yang bantu."

"Tapi … tapi … kalau aku kangen dengan kau bagaimana?"

"Nanti pasti aku sering-sering telpon kesini." BoBoiBoy menghiburnya. "Lagi pula kau tak akan kesepian. Kan masih ada Ying, Yaya, Gopal sama Fang."

"Tapi mereka bukan kau. Huhuhu…."

"Sudahlah, Ochobot. Kalau kau kangen dengan BoBoiBoy nanti kita sama-sama pergi ke KL." Tok Aba ikut menenangkan si robot.

Sebenarnya BoBoiBoy merasa kasihan dan sedikit khawatir dengan teman robotnya itu. Terakhir kali ia pergi meninggalkannya, Adu Du sempat menangkapnya dengan cara memanfaatkan Fang. Untung saja pada akhirnya Fang berbalik menolong Ochobot.

BoBoiBoy membalas pelukan Ochobot. Tidak mengatakan apapun.

"Kapan kau mau pulang?" Tanya kakeknya.

"Besok sore, Tok. Malam ini BoBoiBoy harus berkemas dulu."

"Terus, kawan-kawan kau bagaimana?"

BoBoiBoy mendesah kecil. "Tak apa-apa. Besok BoBoiBoy akan coba jelaskan pada mereka."

.

.


Author's Note : Jujur, saya belum tahu bagaimana nantinya arah cerita ini berlanjut. Jadi ... mungkin ini hanya sebuah one-shot (jika tidak dapat inspirasi, makanya nggak ada tulisan tbc) atau mungkin jadi multi-chapter (jika ada ide bagus).