Sinar matahari perlahan menyusup lembut dalam celah-celah kecil jendela kamarku, Nyanyian merdu burung-burung seakan memenuhi setiap detik dalam pendengaranku, Aku terduduk di tepi ranjang seraya memandang foto dua insan yang sedang tersenyum manis, aku dan Naruto. Naruto adalah nama kekasihku, surai kuning nan halus, mata indah dengan pupil biru langit yang memukai semua yang melihatnya, kulit tan miliknya dan badan yang langsing sangat pas dalam pelukanku. Jika aku harus memilih antara dewi sinta atau Naruto, dngan sangat matang aku memilih Naruto, dia memang bukan seorang wanita yang mempunyai wajah cantik dan badan seksi seperti kebanyakan wanita di luar sanah, tapi bagiku bersama Naruto sudah lebih indah dari apapun, sungguh, karena di sinih hati yang berbicara.
Tanpa sadar kaki ini membawaku mendekati figura yang terpampang jelas di atas meja, ku ambil figura dengan fame sun flower itu, dan mulai berjalan menuju balkon. Seketika ingatanku melayang saat ketika aku masih duduk di bangku SMA dulu. Masa-masa di mana selalu ada dia di sampingku, masa-masa paling membahagiakan dalam sejarah, dan masa-masa ketika hidupku bersinar tidak seperti sekarang.
-Flash Back-
MEMORIES WITH YOU
Disclaimer Masashi Kishimoto©
[SasuNaru]
Genre-Hurt,Romance
Enjoy
Ramai, satu kata yang pantas mewakili suasana kelas XI-A saat ini, suara-suara bising di sanah sinih yang di akibatkan oleh sang penghuni memenuhi gendang teling pemuda reven yang terlihat jengah dengan kelasnya, jelas saja, ia seorang Uchiha Sasuke, seseorang pecinta ketenangan, sungguh, bahkan dalam benaknya, ia berharap seruangan hanya di isi maksimal 5 atau 7 orang saja. Ck sayangnya, semua ini bukan cerita dongeng di mana semua keinginannya akan terealisasikan dengan mudah.
Dengan sangat kesal pemuda Uchiha itu berjalan meninggalkan kelas dengan membanting pintu hingga menimbulkan dentuman yang sangat keras.
BRRAAKK!
Dan membuat keramaian yang terjadi beberapa menit lalu berubah menjadi hening, sangat hening, sampai tidak ada satupun anak yang berani bergerak setelah melihat adegan live banting-membanting pintu. Hanya satu, pemuda lain berambut pirang yang tengah membaca komik di kursi belakang, yang tadi sempat terlonjak kaget, menaikan alisnya heran, dan dengan gerakan cepat sudah menyusul keluar kelas.
.
Pintu atap di buka, memperlihatkan pemandangan taman, lapangan, dan langit biru yang terlihat jelas dari atas gedung utama Konoha gakuen. Mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu yang sangat di yakini berada di sinih. Penghuni lain yang tengah membaringkan badannya sambil menatap langit tanpa berkedip. Berjalan mendekat lalu ikut membaringkan tubuh yang lebih kurus itu di samping si penghuni yang lebih awal menepati atap.
"Hey, kau kenapa? Tiba-tiba meninggalkan kelas sambil membanting pintu. Kau tau kelakuanmu tadi membuat seisi kelas kaget dan takut terhadapmu" ucapnya tanpa menengok, setelah ikut berbaring dengan tangan sebagai tumpuan.
"Aku rasa, kau tau jawabannya setelah melihat kelas terkutuk tadi!" bukan jawaban yang terucap, melainkan pernyataan. Seperti pemuda pirang itu tau persis apa yang ia rasakan.
"Seperti.. situasi tadi yang tidak cocok bagi Uchiha Sasuke si pecinta ketenangan, eoh?" sedikit melirik ke samping guna melihat ekspresi lawan bicara, ya walaupun ia tau ekspresi wajah itu tetap sama.
"Hn" tuh kan, benar penalarannya, pasti kata itu yang akan mewakili sebagai jawaban atas pertanyaannya. Yang dengan seenak rambut durennya mengartikan sebagai persetujuan.
"Lalu, kenapa tidak mencoba membuat mereka diam saja, malah membuat kegaduhan seperti tadi" kembali sebuah pertanyaan terlontar dari bibir plum itu.
"Diamlah dobe, kalau kau kesinih hanya untuk memarahiku atas kejadian tadi, lebih baik kau pergi" ekspresinya lebih menusuk dari pada tadi, di tambah mata malam itu tengah menatapnya tajam.
"Oke oke oke aku diam" pilihan paling tepat dari pada membangunkan singa yang sedang lapar. Lalu kembali menatap lurus ke depan, Bluesky.
"Itu lebih baik" sebuah pergeseran di sebelahnya membuat pemuda pirang a.k.a Namikaze Naruto kembali menengok ke samping, dan mendapati Sasuke memiringkan tubuh menghadap ke arahnya dengan tangan sebagai penyangga kepala.
"Ada apa?" rasa penasaran mulai menjalar di kepalanya setelah melihat sikap Sasuke.
"Kau manis."
-Twit- sebuah perempatan tercetak di dahi Naruto, sungguh sangat tidak etis jika dirinya di sebut manis oleh seorang laki-laki.
"Heh! Terimakasih, tapi saya lebih berterimakasih, jika anda sebut keren, tampan, kece, awesome, dan kawan-kawannya, dari pada kata yang cocok untuk seorang gadis. Yak! aku laki-laki Teme!" ucapnya meluapkan kekesalan.
"Tapi sebutan itu lebih cocok untukmu, Naruto" sungguh, kelereng onyx itu masih menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan, membuat Naruto ingin membekapnya dengan ciuman #eh
"Ayolah Sasuke, aku bela-bela kesinih untuk menemanimu, bukan untuk jadi bahan penggondamu" Naruto bengkit terduduk, matanya masih menatap Sasuke yang betah dengan posisinya.
"Hn" Sasuke ikut bangkit, namun lebih jauh menggeser dirinya tepat di belakang Naruto, dengan kedua kaki di sisi kanan dan kiri tubuh Naruto. Naruto tak bergeming, membiarkan dirinya di tarik hingga menyentuh dada bidang Sasuke, merasakan tedak jantung yang lewat dari kata normal, detak jantung Sasuke. Naruto merengut namun juga tidak menolak dengan perlakuan sahabatnya itu.
"Naru, aku mencintaimu" Sasuke berbisik tepat di telinganga, membuat bulunya merinding kegelian.
"Ugh... geli Teme" Naruto protes namun tak sedikitpun menggeser tubuhnya.
"Diamlah" kedua tangannya menyusup ke perut si pirang, memluknya erat dan menumpukan kepalanya di perpotongan leher Naruto.
"Nanti ada yang lihat" cicit Naruto yang mulai khawatir dengan perlakuan Sasuke.
"Biar saja" jawabnya acuh, sehingga mendapatka hadiah cubitan di tangannya.
"Aw!" ringis Sasuke "kau menyakitiku" rengeknya.
"Berlebihan" Naruto mendengus, namun langsung mengelus bekas cubitannya. Merasa bersalah.
"calon Istri yang baik"
TAK!
"Aw! Kenapa menjitak juga" sungguh ekspresi Sasuke kini sangat berbeda dari biasanya. Ah sayangnya Naruto tidak bisa melihatnya langsung.
"Tanganku reflek bergerak setelah kau mengatakan kata-kata tadi" elak Naruto, watados.
"Tetap saja, kau harus bertanggung jawab"
"bertanggung jawab bagaimana?"
"cium aku"
"What!" Naruto reflek memutar tubuhnya, hingga kini tubuh mereka berhadapan "apa hubungannya, di jitak sama minta di cium"
"ck, di jitak itu bisa membuat mood turun bodoh, dan kau harus mengembalikan mood ku kembali"
"Mana bisa gitu?"
"Tidak ada yang tidak bisa"
"Aish, maksudku ... kau, arrrggghh Teme jangan becanda"
"apa semua perkataanku kau anggap becanda, Naruto?" air muka Sasuke berubah, membuat Naruto sedikit kaget.
"A-ah bukan begitu maksudku. Kau..."
"Aku sungguh mencintaimu Naruto." Perkataan Naruto langsung di potong Sasuke "apa semua perjuanganku untuk mendapatkan perhatianmu belum cukup? Apa selama ini sikapku yang hanya di tunjukan kepadamu kau anggap lelucon" Sasuke kelewat serius, sangat terlihat jelas, Naruto tau itu, tapi Naruto hanya bimbang saat ini, hell mereka sesama LAKI-LAKI.
"maaf" ucap Naruto lirih seraya menatap tepat pada manik Sasuke "aku rasa perasaan ini seharusnya tidak ada, Sasuke. dari awal aku selalu menghindar dan menepis perasaan ini dan mencoba menghilangkan perasaanmu terhadapku, ini salah, kita bukanlah sepasang yang layak di satukan, kita sesama jenis dan, dan itu semua sungguh sangat tabu. Kau tau itu bukan, jadi aku mohon hilangkan perasaanmu dan buka hati untuk wanita di luar sanah" Matanya memerah menahan embun di pelupuk mata, ia ingin terlihat tegar di mata Sasuke, ia tidak mau terus-terusan berada dalam lindungan Sasuke, ia sendiri yang membuat perasaan Sasuke muncul dan ia sendirilah yang harus mengakhirinya sebelum rasa itu bertambah besar.
"bohong, aku melihat jelas bahwa kau juga mencintaiku" Sasuke tetap pada pendiriannya, walau bagaimanapun ia sangat mencintai pemuda di depannya, tak peduli sekalipun dia seorang pria.
"Sasuke aku mohon..." pecah, pertahanannya telah pecah di gantikan sebuah hujan yang mulai turun melewati pipi bergaris kumis kucing.
"Naruto dengarkan aku" Sasuke meraih pipi Naruto, merangkapnya dengan kedua tangannya. "kita saling mencintai, aku sama sekali tidak peduli dengan semuanya, tentang kita sesama lelaki, atau tentang orang-orang yang melihat kita aneh, atau apalah, yang terpenting aku bisa bersamamu, sederhana tapi bahagia dalam kebersamaan, dari pada di pandang takjub namun sesungguhnya tidak ada rasa selain penyesalan" Sasuke berucap sangat lirih dan penuh dengan keseriusan, sungguh tidak ada yang lebih bahagian selain mendengarkan penuturan sederhana dari Sasuke.
Naruto tak mampu menjawab, hanya mampu memandang Sasuke dengan sesenggukan yang di tahan, dan sebuah pelukan Naruto bumbui dalam suasana mengharukan saat ini. menimbulkan seulas senyum tulus dari Sasuke yang menenangkan Naruto sambil mengelus punggunggnya dan mengecup puncak kepala Naruto penuh sayang.
"sssst... sudah janagn menangis, maafkan aku" Sasuke terus menenangkan Naruto yang bergetar dalam pelukannya.
Hingga beberapa menit setelahnya, Naruto terlihat mulai tenang, melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya yang langsung di cegah oleh Sasuke, di ambil alih menghapus air matanya lembut, mata dan hidungnya memerah akibat menahan tangis, juga bibir plum yang terlihat lebih menggoda, ntah dorongan dari mana Sasuke memberanikan diri menghilangkan jarak di antara mereka perlahan-lahan, merasa tak ada penolakan dari Naruto, Sasuke lebih berani untuk mendekat, hingga kini hidung mereka bersentuhan, lebih mendekat sampai dapat merasakan nafas masing-masing, lebih mendekat hingga mata keduanya mulai tertutup dengan perlahan, sedikit saja bibir itu bergerak pasti akan saling bergesekan, lebih mendekat lagi hingga tinggal 1 cm, sampai...
.
.
.
.
Ttteeeetttt... tttteeeeeeetttttt...tttteeeeeeeettttttt
suara bel membuat kedua insan yang hampir menjadi satu terlonjak kaget, dan reflek menjauhkan dirinya satu sama lain, dengan canggung pemuda yang lebih kecil menggaruk pipinya menggilangkan grogi "ano... lebih baik kita kembali ke kelas, bel pulang sudah berbunyi" tanpa mendengar jawaban, lebih dulu kaki itu membawa Naruto keluar dari atap, sedangkan pemuda lainnya mendengus kesal, mengutuk suara bel yang sudah mengganggu rencananya ,cih Bel Sialan!' umpatnya dalam hati
Dan pada hari itu adalah awal dari sebuah kebahagiaan dan akhir dari sebuah perjuangan.
.
Sungguh masih sangat jelas dalam ingatanku, kejadian itu, awal kita bersatu, melebur bersama ciuman yang tertunda, Naruto, aku benar-benar sulit menghilangkan kenangan manis ini, ku usap figura yang berada di tanganku, memandang sendu kepada seorang yang tersenyum lebih lebar di dalam bingkai.
-To Be Continue-
hanya iseng mengetik ketika mendengarkan lagunya ungu-luka di siinih, dan ntah signal dari mana langsung kepikiran untuk bikin fict dan jadilah seperti ini... menceritakan kenangan-kenangan kebersamaan SasuNaru dari awal jadian hingga pisah (?)
Terimakasih yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca fict saya, semoga terhibur.
Tunggu di chap selanjutnya...
Mohon tinggalkan Review
