Always

Naruto © Masashi Kishimoto

Always © Keyna Salvator

Rated : T

Warning : typo(s), OOC, AU, Drama, Plot Gaje

Chapter I : Beginning


"Saki, ayolah temani Aku datang ke pesta keluarganya Sai. Kita cukup datang, memastikan bahwa Sai tau kalo Aku hadir memenuhi undangannya, terus kita langsung pulang. Aku janji Saki!" Bujuk Ino dengan wajah memelasnya. Jujur, Ia sendiri pun sangsi untuk menghadiri acara tersebut.

Sakura dan Ino saat ini sedang berada di Down Town Cafe Tokyo dilantai dasar Rumah Sakit tempat Sakura bekerja sebagai seorang dokter umum selama 4 tahun belakangan. Cafe yang menjadi tempat rutin 3 hari ini ia kunjungi karena Ino yang terus menerus mendatanginya setiap jam makan siang dalam misi membujuknya menemaninya datang menghadiri acara keluarga Sai. Ino memesan minuman Mango Sunkist tropica dan Sakura memesan Strawberry Milkshare kesukaannya. Mereka sedang saling terdiam. Menunggu salah satunya membuka mulut atau lebih tepat merubah pikiran.

"..."

"..."

"..."

"Baiklah. Maafkan Aku, Saki. Aku juga baru tahu kalo ternyata Sai itu bagian dari Uchi-"

"Jangan Kau berani beraninya sebut nama itu Ino! Itu juga kalau Kau memang masih mau menjadi sahabatku." Potong Sakura dengan begitu tegasnya. Ia tidak sanggup untuk melihat pemuda itu lagi. Ia belum cukup kuat.

"Maaf.." Ino merasa bersalah. Ia sudah paham betul sahabatnya itu akan selalu bereaksi seperti ini jika menyangkut pemuda itu. Ya, pemuda sialan yang sudah mematahkan hati Sakura di semester akhir ketika mereka bertiga masih duduk di bangku kuliah. Sudah lama memang, namun mengingat terpuruknya Sakura saat itu, ia akan menukarkan apapun agar Ia tidak melihat Sakura dalam keadaan seperti itu lagi. Memang, bodohnya Ino tidak peka terhadap Siapa itu Sai dan Keluarganya. Namanya juga Cinta?

"Apa kamu sebegininya menyukai si Senyum Palsu-maksudku pemuda bernama Sai itu, Ino?" tanya Sakura sambil mengaduk segelas Milkshake Strawberry yang belum Ia minum sama sekali. Ia juga mengerti, Ino akhirnya kembali jatuh cinta dan bahagia lagi. Dan itu tidak bisa dipungkiri membuatnya senang juga.

"A-Aku.. Kamu kan tahu, Saki. Semenjak Shika meninggalkanku setahun yang lalu keluar negeri tanpa kabar, Aku menjadi sangat terpuruk. Kau juga tahu Aku sampai beberapa bulan terapis.. semenjak bertemu dengan Sai, Aku benar benar merasa ada cahaya diujung jalan gelap ku. Saat itu Aku melihat lukisannya, Aku terhipnotis. Dan Aku-Aku benar benar menyukainya Saki. Maaf, jika seandainya dari awal Aku tahu bahwa dia itu uchi-maksudku diaitu bagIan dari keluarganya , Aku tidak akan menaruh hati untuknya Saki.. Aku jelas jelas akan selalu mendukungmu." "Jika memang dengan menghadiri acara itu akan membuat luka hati mu kembali terbuka, Aku tidak akan datang. Yup, kita tidak perlu datang kok. Kau kan sahabat terbaikku, Jidat! Kalo begitu lebih baik besok Kau harus mau temani Aku belan-"

"Kita datang, Pig" Ucap Sakura dengan nada yang bulat. Menandakan kalo Ia cukup yakin atas keputusan yang sudah Ia usahakan sejak lama namun belum menemukan keberanian dan kesempatan seperti saat ini. Namun tak bisa Ia tutupi ada sedikit getaran mengiringi suara keputusannya itu. Sakura kembali menunduk memfokuskan untuk mengaduk gelas milkshakenya tanpa berniat meminumnya.

"A-apa Kau bilang, Jidat? Sungguh itu-Kau tidak perlu melakukan hal itu, Jidat. Aku baik-baik saja. Lagi pula Aku tinggal menghubungi Sai dan bilang padanya Aku tidak bisa menghadiri acara keluarganya." Ino sangat tidak tega saat Ia menangkap ada lapisan air mata di sepasang emerald Sahabatnya itu ketika menyatakan keputusannya. Ia tau, Sakura belum cukup kuat. Sahabatnya itu sama sekali tidak bisa membohonginya. Walau tak bisa Ino pungkiri, Ia ingin sahabatnya itu benar benar pulih dan luka itu. Namun bukan seperti ini caranya. Bertemu dengan pemuda sialan itu.

"Aku merasa ini saatnya Pig. Sudah hampir 5 tahun pula. Aku yakin tidak apa-apa" Ya berhenti bersembunyi dan melarikan diri. Ia rasa ia sudah baik baik saja, luka hatinya hanya tinggal bekas noda. Bertahun tahun Sakura rasa cukup untuk menganggap semua yang berakhir dan menyakitkan itu sudah tidak berarti apa-apa baginya. Jika Ia tidak pernah mencoba, Ia tidak akan pernah tahu seberapa kuat usaha yang sudah dibangunnya selama ini.

Lagi pula sungguh bukan sahabat namanya jika Sakura tega menjauhkan Ino dan si Senyum Palsu itu yang sedang kasmaran bertemu dengan nuansa pesta bak putri dan pangeran. Sakura mendengus membayangkan betapa heboh nantinya Ino memilih gaun agar menawan si Senyum Palsu Sai.

'toh, belum tentu kan dia ada disana.' batin Sakura berharap. Ya semoga saja. Namun Ia hanya bisa berharap tanpa tahu takdir baru akan segera menyergapinya. Menghubungkannya dengan masa lalu yang sudah Ia hindarkan dengan mati matian itu.

"Baik lah, Jidat. Aku pergi dulu, nee. Jangan membiasakan diri pulang dini hari. Kau itu manusia, bukan robot, Jidat! Jaa nee! Aku menyayangimu!" Ino pergi meninggalkan cafe itu tanpa menyadari kini sosok Sakura-sahabatnya sedang menatap kosong sebuah layar datar di salah satu sudut cafe dengan berita yang mengejutkannya.


"Moshi Moshi, Hime. Ada apa?" ucap Sai yang saat itu sedang menandatangani pembelian lukisaannya dari kolektor yang berasal dari Belanda. Saat ini, semenjak pameran 6 bulan lalu, pameran yang juga mempertemukannya dengan matahari sorenya-Ino Yamanaka- membuat namanya semakin melambung seantero kolektor lukisan impresioniss kelas dunia.

"Sai-kun, apa Aku mengganggumu?" jujur, Ino tidak bisa menutupi nada bahagianya ketika mendengar suara lelaki yang sangat dicintainya memanggilnya dengan panggilan sayang yang begitu lembut. Saat ini Ino sangat takut apakah detak jantungnya juga akan terdengar oleh Sai?

"tentu saja tidak. Ada apa, Hime? Hm? Biasanya harus Aku duluan yang selalu menghubungi mu disore hari. Aku baru saja ingin menguhubungimu 10 menit lagi." Ucap Sai dengan seringai menggoda yang tak akan terlihat oleh Ino-nya. Bisanya memang Ia yang selalu menghubungi Ino di sore hari untuk menanyakan kapan gadisnya itu pulang dan jam berapa Ia ingin jemput. Apakah Ino benar – benar ingin dijemput sekarang? Ada apa? Apakah Ia Sakit? "Kau ingin Aku jemput sekarang? Apa Kau Sakit? Ada siapa disana? tunggu sebentar Aku akan-"

"Sai kun! Aku belum bicara Kau sudah mencecar ku dengan segala kekhawatiranmu yang berlebihan itu" Walaupun Ino senangnya bukan main. Sungguh saat ini Ia harus bertahan untuk tidak loncat loncat saking senangnya diperhatikan oleh Sai sampai sebegininya. "Aku hanya ingin bilang, Aku dan temanku akan menghadiri undanganmu itu lusa besok "

"Benarkah? Ah, mimpi apa Aku semalam. Baik kalau begitu, Aku tunggu kedatanganmu, Hime. Berdandalah yang cantik, walau Kau sudah sangat cantik, hm." "Ya.. oke.., sampe jumpa kembali. Jangan pulang sebelum aku jemput, Hime" tutup Sai mengakhiri perbincangannya dengan Ino. 'Sudah selama ini, kapan Kau menerima tawaranku untuk menjadi kekasihmu Ino..'

*To Be Continued...*


Hi Minna, Fic pertamaku setelah sekian lama jadi silent reader. Hihihi

Fic ini rencanya mau sampe beberapa chap, yaa berapa ya. Paling sedikit aja kali yaa. Hehehe.

Jujur, awalnya dan sampai sekarang pun masih minder untuk post fic ini, malu sama senpai2 semua yang karya karyanya luaaarrr biasa. Jadi, silahkan kasih aku saran, nasihat, arahan, tapi jangan kritik yang pedes pedes. Kalo kripik boleh deh hahaha.

Sekian dulu, Mohon kerjasamanya minna..! Mind to be first reviewer?

Jakarta, 5 Juli 2014

Love, K