Chapter 01
Love on IOI
Four Season
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuHina, ShikaTema
Rated : T
Hinata's POV
Kudendangkan suaraku yang lembut nan tinggi didepan panggung yang sangat ramai dengan para penonton yang tampaknya begitu menikmati suaraku yang (menurut mereka sih) sangat bagus. Tapi manurutku sih biasa-biasa saja, tiap ari juga aku menggunakan nih suara. Apa bagusnya coba ?
Kulihat seseorang dengan rambut coklat jabrik yang sedang memainkan bass sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Yah...! Dia bassist di bandku, Inuzuka Kiba.
Disebelahnya, seseorang dengan rambut eboni dan mata hitam serta kulit yang putih pucat sedang memainkan musik dengan ekspresi datar diwajahnya sambil sesekali melangkahkan kakinya kedepan. Yah...! Dia adalah gitaris band kami, Sai. Aku belum tahu siapa nama lengkapnya. Dia hanya bilang Sai saja dan aku bersama teman-teman memanggilnya Sai. Dia hidup sendirian di apartemennya didaerah New York. Aku dan teman-teman biasanya juga mengunjunginya, bahkan beberapa kali kami sempat menginap.
Lalu dibagian paling belakang, seorang gadis berambut blonde yang diikat ekor kuda dengan beberapa helai rambutnya ada di sebelah matanya. Dia sedang memainkan musik dengan sangat energiknya sambil terkadang menyeka rambutnya yang menutupi wajahnya. Dia Ino, drummer band kami.
Dan aku, vokalis mereka. Tentu saja suaraku juga lembut dan tinggi. Namaku Hyuuga Hinata. Dan kami berempat adalah band yang saat itu memang sedang naik daun (kelapa ?). Kami menyebut diri kami sebagai Four Season.
Bahkan kami juga memakai cincin yang berlambang makhluk mitologi yang menggambarkan musim kami.
Aku, Hinata. Aku memakai sebuah cincin berlambang Naga Biru (Seiryuu) yang dalam mitologi melambangkan musim semi.
Ino, si drummer memakai sebuah cincin yang berlambang seekor harimau putih (Byakko) yang melambangkan musim panas.
Kiba, si bassist memakai sebuah cincin yang berlambang seekor burung berwarna merah darah (Suzaku) yang melambangkan musim gugur.
Dan Sai, si gitaris, menggunakan cincin berlambang kura-kura (Genbu) yang melambangkan musim dingin.
Keempat binatang itu merupakan empat binatang yang melambangkan musim dalam mitologi Jepang. Kami sepakat menggunakannya karena kami semua lahir di Jepang beberapa tahun silam.
Sorak sorai terdengar setelah kututup laguku dengan suara drum yang berdebar dari Ino yang langsung mengangkat tangannya menyapa para penggemarnya tersebut. Aku hanya tersenyum kecil sambil membungkukkan badanku dan kemudian langsung turun bersama dengan ketiga temanku.
Hari ini adalah upacara perayaan tahun baru yang telah disepakati oleh sebagian besar penduduk dunia untuk jatuh pada tanggal satu Januari. Dan aku ikut memeriahkan acara tersebut dengan manggung gratis di belahan selatan kota New York tersebut.
"Kapan nih kita manggung lagi ?" Tanya Kiba yang memang sangat suka sekali tampil didepan umum.
"Ntar manager kita mesti beritahu kita. Ngapain ajak repot sih" Kata Ino dengan nada sinis plus sebal pada Kiba yang memang banyak omong (Padahal Inonya sendiri juga banyak omong sih).
"Lho...! Yang mau manggung kan kita, kok bawa-bawa manager segala" Kata Kiba dengan gobloknya sambil nyengir innocent. Kulihat Ino tampaknya sudah sangat marah sekali mendengar candaan Kiba tersebut.
"Kiba, jangan norak" Kata Sai dengan ekspresi datar sambil tetap memegang gitarnya.
"Maksudmu ?" Tanya Kiba dengan tampang tak mengerti kearah Sai yang masih tetap memandang lurus kedepan.
"Kita bukan pengamen jalanan" Kata Sai yang langsung ditatap dengan tajam oleh Kiba. Kurasakan aura-aura yang tidak enak menyelimuti kami berempat.
"Tenanglah kawan-kawan. Sai cuma bercanda, dan Kiba, coba untuk mengurangi bicaramu" Kataku yang sudah sumpek dengan kebiasaan tiga orang temanku ini.
Sai, adalah seorang jenius musik. Dia bisa memainkan gitar, bass dan piano secara sempurna bahkan dengan teknik musik yang rumit sekalipun. Aku tau dia lahir dengan tanggal lahir yang sama dengan si jenius Mozart, tapi apakah mungkin tanggal lahir itu menurun pada si bocah albino ini ?
Sedangkan Kiba, dia hanyalah seorang bassist dasar dan hanya bisa teknik dasar bass. Oleh karena itu, setiap kali aku merancang lagu, dia selalu memohon-mohon dengan sangat untuk tidak memasukkan unsur bass yang rumit.
Kalo Ino sih, dia mencoba untuk tetap stylish dan mengusulkanku untuk selalu merancang lagu bertema cinta. Dia ingin segera bertemu dan mendapatkan pacar yang sesuai dengan keinginannya. Selalu merasa tidak cocok dengan pria yang mendekatinya dan perfeksionis adalah ciri dari Ino.
Yah...! Aku tidak begitu suka membicarakan diriku sendiri. Tapi aku juga belum punya pacar dan kupikir belum saatnya. Aku masih berumur 16 tahun dan masih terlalu kecil untuk mempunyai pacar. Sudah banyak juga sih yang menembakku, namun aku masih belum bisa merasakan debaran cinta yang memukul dadaku saat aku bertemu dengan pangeranku.
"Kau benar, Hinata-san. Aku sedang bercanda" Kata Sai sambil tersenyum dingin kearahku dan memejamkan matanya. Lalu dia pun kembali ke ekspresi datarnya.
Bercanda kok nadanya sarkastik amat. Itulah yang terlintas di benakku. Entah kenapa Sai selalu memanggilku dengan sufiks -san. Padahal dia memanggil dua orang temanku dengan biasa saja.
"Kudengar beberapa bulan lagi IOI" Kataku berusaha mengalihkan bahan pembicaraan sekaligus mencairkan suasana yang tampak menjadi lebih tegang.
"Kau mau ikutan, Hinata ?" Tanya Ino padaku sambil memandangku dengan tatapan heran. Aku hanya mengangkat bahuku, tanda tak tau. Aku memang payah dalam hal teknologi, ngapain juga harus ikut event coding terbesar tersebut.
"Aku payah dalam hal teknologi, kau tau" Kataku sambil tersenyum kecil kearah tiga orang di belakangku tersebut dan bergegas membuka pintu kedalam private room kami.
"Lalu ?" Tanya Ino sambil menutup pintu dibelakang kami semua dan melemparkan dirinya diatas sofa yang berada di bagian depan ruangan kami.
"Yah...! Gimana kalo kita manggung di pesta pembukaannya ?" Tanyaku dengan nada datar sambil melepaskan baju panggung yang kukenakan sehingga sekarang aku hanya menggunakan kaos oblong saja.
"Ide yang bagus" Puji Kiba padaku sambil menggelepar dibawah karpet berwarna biru yang berada di bawah sofa.
"Aku bisa melihat celana dalammu, Ino" Kata Kiba sambil menunjuk keatas dan sukses bikin Ino keki berat. Aku hanya tersenyum kecil sambil membuka pintu kamar mandi dan mandi sendirian (iya lah...! Masak mandi barengan sih)
-0-
"Eh...! Manager" Kataku begitu melihat seseorang dengan wajah yang (hampir) penuh dengan rambut dan juga sedang menyalakan sebatang rokok yang berada di mulutnya. Dia menghembuskan nafas yang penuh dengan asap sambil melirik kearahku.
"Teman-temanmu pada tepar semua rupanya" Kata manager sambil melihat sekeliling dimana para personil Four Season sedang tidur dengan posisi yang tidak lazim. Aku hanya tersenyum geli dan membangunkan mereka satu per satu.
"Apakah kalian mengalami kelelahan ekstrim ?" Tanya manager dengan nada bercanda. Aku hanya tergelak pelan mendengar candaannya tersebut dan duduk di sofa. Ketiga temanku tampak berantakan dan berusaha untuk duduk disofa bersama dengan manager.
"Sebagai kabar saja, aku rasa kalian akan manggung saat IOI" Kata manager. Aku membulatkan mataku dengan rasa terkejut. Beneran nih ? Manggung di IOI ?
"Acaranya tiga bulan lagi. Aku harap kalian berlatih secara sungguh-sungguh, bukankah ini event internasional ?" Kata Asuma yang hanya dijawab dengan anggukan empat buah kepala. Tampaknya temanku cukup senang mendengar hal ini. Terlihat dari wajah mereka yang tampaknya sangat sumringah sekali mendengar kalo mereka akan manggung di IOI.
"Kau punya rencana, Hinata ?" Kata manager dengan nada bertanya kearahku. Aku memang selalu penuh dengan ide cemerlang sehingga manager bila ada event seperti ini pun akan menanyakan apa rencanaku. Tapi, untuk kali ini aku masih belum punya rencana.
"Entar akan saya pikirkan" Jawabku dengan seulas senyuman manis di bibir merahku yang hanya disambut dengan senyuman lembut di bibir manager. Dia pun berdiri dari duduknya dan menghisap rokoknya kembali.
"Mungkin hanya itu, jagalah performance kalian" Kata manager sambil berjalan menuju kearah pintu depan.
"Kalian tau, pemerintah Amerika mempersiapkan banyak hal untuk menjadi tuan rumah IOI tahun ini. Sebuah kehormatan besar bagi kita untuk menerima tawaran ini" Kata manager sambil membuka pintu tersebut.
"Jangan kecewakan mereka" Kata manager sebelum akhirnya dia menutup pintu dan hilang dari hadapan kami semua.
Bruk...!
Ketiga temanku langsung melanjutkan aksi teparnya yang di tunda oleh manager diatas sofa. Kuhela nafasku pelan sambil berpikir, kira-kira rencana apa ya ?
"Gue lelah banget" Keluh Ino dengan matayang setengah tertutup sambil berusaha untuk membuka mata aquanya tersebut.
"Hinata-san, apakah kau punya sesuatu ? Kenapa kau bisa kelihatan segar begitu" Kata Sai yang tampaknya masih kuat untuk menahan kantuknya. Dia duduk sambil senderan di sofa yang sangat empuk sambil berusaha untuk tidak jatuh tertidur.
Kiba ? Dia udah tepar tertelungkup diatas sofa yang di dudukinya sejak tadi.
"Mandi dulu sana" Kataku sambil menarik Sai dari kursinya untuk menyuruhnya mandi. Sai melangkah dengan terhuyung-huyung kearah kamar mandi dan kemudian menutup pintunya. Beberapa saat kemudian pintu itu terbuka lagi dan Sai keluar untuk mengambil handuknya yang ketinggalan.
Dasar...!
-0-
"Jadi..." Kata Ino membuka pembicaraan setelah kami berempat bisa mandi dengan tenang.
"Bagaimana kalo kita merilis single tersebut bersamaan dengan IOI ?" Kataku memberi ide tentang acara manggung di IOI beberapa bulan mendatang.
"Maksudmu ? Kau ingin merancang lagu selama tiga bulan ini ?" Kata Kiba dengan nada syok setelah aku mengutarakan niatku yang sangat mulia tersebut.
"Aku ingin agar yang pertama kali mendengar lagu terbaru kita adalah anak-anak pilihan. Mungkin yang mendengar lagu kita pertama kali cuma anak atau orang kaya aja. Sekali-sekali kita pertontonkan pertunjukan kita pada anak yang pandai dan mungkin bisa dapat komentar yang membangun" Cerocosku dengan semangat berapi-api kepada ketiga temanku yang sepertinya sedang berpikir matang-matang tentang rencanaku tersebut.
"Sepertinya, bagus juga" Kata Sai yang merespon rencanaku secara positif. Ino tampak berpikir-pikir sejenak sebelum akhirnya mengedip genit kearahku.
"Pastikan temanya tentang cinta ya, kalo IOI aku yakin banyak banget cowok keren disana" Kata Ino sambil tersenyum centil membayangkan hal-hal yang tidak diinginkan. Aku hanya tersenyum kecut sambil menatap kearah Ino.
"Masak cinta terus sih, yang lain ah" Kataku pura-pura ngambek dengan pilihan Ino yang semena-mena tersebut.
"Yee...! Ini juga demi kebaikanmu Hinata. Kau tu manis dan cantik, kenapa semua laki-laki tampan yang menembakmu kau tolak semuanya" Kata Ino frustasi melihat sikapku tersebut. Aku menunduk perlahan.
"Aku hanya belum menemukannya" Gumamku lirih sambil tetap menundukkan kepalaku.
"Cepet-cepet cari pacar donk" Kiba langsung ikutan berkomentar dengan komentar yang Ino berikan tadi.
"Kamu sendiri lho belum punya" Sanggahku. Orang dianya juga belum punya kok.
"Maka dari itu, aku mau cari pacar di IOI. Ceweknya kayaknya lumayan" Kata Kiba sambil membayangkan hal-hal yang (tidak) diinginkan.
"Kalo mau yang ceweknya cakep-cakep di IBO tuh" Komentarku. Sepertinya dua dari tiga temanku sudah setuju dengan pendapatku barusan. Tinggal satu.
"Boleh juga" Kata Sai yang langsung menyahut sambil menyeringai pelan kearahku.
"Aku ingin tau gimana rasanya menjadi anak IT"
TBC
Wah…! Disini ceritanya autor numpuk-numpuk cerita nih. Fic ini nantnya akan berisi empat sudut pandang sekaligus, yaitu Hinata, Sasuke, Shikamaru dan Temar. Entar kalo ada yang bingung langsung review aja yah…!
Happy Read
