'Lihatlah kedepanmu, apakah duniamu yang sekarang adalah nyata?'
'Kau tidak akan tahu, apakah dunia ini nyata atau ini hanyalah mimpi...'
'Kau tidak akan pernah tahu...'
'Dunia ini, bukanlah dunia yang sebenarnya...'
'Itu hanyalah kumpulan dari semua harapan dan mimpi yang diinginkan manusia...'
'Untuk menutupi dunia yang sebenarnya...'
'Dunia yang sudah hancur...'
'Dan akan tiba saatnya, manusia terbangun dari mimpinya. Dan melihat kenyataan yang ada didepannya...'
Title : Sogno e Realita
Rated : T
Genre : Adventure/Romance
Main Pairing : G27
Disclaimed :
sogno e realita © Me
KHR © Amano Akira
Warning : Gaje, AU story, OOC, Sho-ai
Chap. 1, Dream or Reality
-Namimori, Japan-
'...yoshi...Tsunayoshi...bangunlah...'
Suara yang tiba-tiba terdengar begitu saja ditelinga pemuda berambut cokelat itu membuatnya menatap kesekitarnya. Tidak menemukan sumber suara itu. Hanya ada teman-teman sekelasnya yang sedang tertidur dengan tenangnya. Mereka sedang berada dibus yang akan membawa mereka menuju ketempat wisata.
Tidak semua anak tertidur, beberapa dari mereka masih terjaga dan sedang membicarakan sesuatu, beberapa lagi tampak memainkan sesuatu, dan satu orang yang merupakan pengawas disana yang berambut raven hitam, menutup matanya seolah ia tertidur sembari menyilangkan kedua tangannya didada, serta sang guru yang merupakan keturunan Italia berambut kuning dengan mata berwarna cokelat yang sedang membaca buku dengan tenangnya.
"Tsuna?"
"A-ah Yamamoto-kun, jadi kau yang memanggilku tadi?" Lelaki berambut cokelat karamel itu menatap kearah seorang lelaki seumurannya yang berambut hitam.
"Memanggilmu tadi?" Yamamoto Takeshi, nama laki-laki itu hanya memiringkan alisnya dan menatap kearah Tsuna, "aku baru saja memanggilmu, Gokudera-kun mengatakan untuk tidak menggangguku," tertawa ringan sambil menunjuk kearah seorang pemuda berambut perak yang duduk tidak jauh dari tempatnya duduk, "tetapi karena keadaanmu terlihat aneh..."
Tsuna tidak mendengarkan kata-kata temannya itu. Matanya tiba-tiba tertuju pada seseorang yang berdiri didepan jalan yang dilalui oleh bus itu. Seakan-akan tidak melihat jika ada sebuah bus yang melaju kearahnya.
'Tsunayoshi...'
Entah kenapa seakan-akan waktu disekitar mereka melambat, Tsuna dapat melihat mata orang itu.
Kuning-
Sama dengan warna rambutnya yang seakan menyala ditengah kegelapan malam itu. Senyumnya yang hangat-seakan-akan ia pernah memberikannya pada sang pemuda.
"Tsuna?"
"H-hentikan bus ini!" Tsuna berteriak sekencang-kencangnya, membuat supir bus itu tersentak dan segera menghentikan bus yang sedang melaju itu. Tentu saja itu membuat sedikit hentakan yang otomatis membangunkan semua yang ada disana.
"Ada apa!"
"Hei, kenapa busnya berhenti!"
"Dame-Tsuna, kenapa kau berteriak!"
Semua teman-temannya tampak terganggu dengan teriakan Tsuna dan juga insiden pengereman mendadak sang supir akibat teriakan dari Tsuna. Tetapi, yang dilakukan Tsuna hanyalah berlari, dan menuruni bus yang ada disana.
"Tsuna!" Yamamoto dan juga lelaki berambut silver itu menghampirinya dan mengikutinya yang turun dari bus itu. Tsuna sendiri berjalan kedepan bus, mencari sosok yang ada didepan tadi.
Tidak ada-
Hanya keheningan malam, dan juga hutan belantara yang mengitari tempat itu. Tsuna mencoba untuk melihat kebawah bus, tidak ada siapapun-tidak ada yang tertabrak.
Ia bersyukur, sekaligus ketakutan...
Bersyukur ternyata tidak ada satupun orang yang tertabrak, dan ketakutan karena hal yang sama-yang berarti yang ia lihat tadi tidak nyata-.
"Tsuna-san, kau tidak apa-apa?" Lelaki berambut silver itu tampak cemas dan mencoba melihat Tsuna. Tsuna sendiri hanya berdiri dan menatapnya, mencoba menyembunyikan ketakutannya.
"Y-ya, aku tidak apa-apa Gokudera-kun."
"Baiklah," suara yang dingin dan berat itu membuat Tsuna, Yamamoto, dan Gokudera menatap kebelakangnya. Tampak sang pengawas yang siap dengan tonfa ditangannya sudah melancarkan deathglare yang mematikan, "kalau begitu, sebutkan satu hal kenapa kau menghentikan bus ini tengah malam..."
"H-Hieee! M-maafkan aku Hibari-san!"
"Sudahlah Kyouya, jangan membuatnya ketakutan..." Sang guru, yang berambut kuning itu menghampiri sang pengawas dan menepuk kepalanya, "Tsuna, kenapa kau berteriak malam-malam seperti ini? Berbahaya jika bus berhenti mendadak seperti ini..."
"Lepaskan tanganmu-" sang pengawas hanya bisa men-deathglare sang guru-seakan ia tidak perduli ia guru atau tidak-dan melepaskan tangan besar itu dari atas kepalanya.
"M-maaf Dino-sensei," Tsuna membungkukkan badannya didepan Dino dan meminta maaf, "aku melihat seseorang didepan tadi, rambutnya kuning dan memakai jubah berwarna hitam, tetapi mungkin itu hanya bayanganku saja..."
"Huh? Yang benar saja Dame-Tsuna, hanya karena hayalanmu saja kita harus berhenti mendadak seperti ini!"
"Ya, kau masih bermimpi ya!"
'Mimpi...?'
"Hei, kau tidak boleh mengejek Tsuna-san!" Gokudera tampak marah dan mencoba untuk menyerang mereka semua.
"Ma, ma... Bagaimana kalau kita naik kebus dan melanjutkan perjalanan saja? Disini sedikit menyeramkan," Yamamoto tampak sedikit risih ditempat itu, "bagaimana kalau yang dilihat Tsuna itu benar, tetapi tidak nyata?"
"M-maksudmu hantu?"
"Mungkin," dengan tenangnya Yamamoto mengangkat bahunya, "bagaimana sensei? Hibari-san?"
Melihat kearah mereka berdua, yang dilihat malah hanya diam dengan tatapan terkejut. Seakan-akan mengetahui arti dari penglihatan Tsuna.
"Hibari-san, Dino-sensei?" Yamamoto mencoba mengibaskan tangan didepan muka keduanya.
"A-ah, Yamamoto benar sebaiknya kita segera melanjutkan perjalanan," Dino mengatur mereka semua, masuk kedalam bus dan melanjutkan perjalanan. Dengan jawaban anggukan kecil, Tsuna, Yamamoto, dan Gokudera mengikuti Dino dan Hibari masuk kembali kedalam bus.
Setelah bus melanjutkan perjalanan, sebagian besar dari mereka melanjutkan tidur mereka dan sebagian lagi melanjutkan aktifitas mereka masing-masing yang sempat terganggu. Tsuna sendiri tampak melamun sambil menatap pemandangan yang ada dijendela.
"Aku yakin melihat seseorang disana... Dan suara itu, senyuman itu, dan sosok itu..." Tsuna menutup matanya dan hanya bisa memikirkan semua yang ia lihat tadi, "aku pernah melihatnya, tapi dimana..."
Sementara itu, Dino dan Hibari tampak melihat kearah Tsuna. Seakan-akan menyadari sesuatu, mereka saling bertatapan dan mengangguk.
...
-Unknown place-
"Aku tidak percaya mendapatkan laporan seperti ini darimu," disebuah tempat yang menyerupai rumah sakit itu tampak seorang laki-laki berambut krem yang menyilangkan tangannya didepan dada sambil menghadap ke seseorang, "kau mengirimkan sinyal kepada 'Umano'-mu, bahkan menunjukkan dirimu di 'Mondo'..."
"Aku hanya ingin, melihat-"
"Aku mengerti, kau sebagai seorang 'anima' ingin menolongnya," menunjuk keseseorang yang terbaring tak sadarkan diri diatas tempat tidur, lelaki itu tampak kesal, "tetapi kita tidak bisa Giotto, kalau kau membawanya kemari sebelum ia menyadarinya sendiri. Itu akan membahayakannya, ia masih dalam tahap 'sogno'..."
"...aku mengerti... Alaude..."
"...kalau Umanoku tidak memberitahuku, maka mereka akan menangkapnya Giotto, ingat itu..." Lelaki itu tampak diam dan berjalan meninggalkan Giotto sendirian. Sinar bulan berwarna merah itu menyinarinya, menampakkan sosok yang sama dengan sosok yang dilihat oleh Tsuna.
"Tsunayoshi..."
...
-Namimori, Jepang-
"Uhm, mimpi yang aneh..." Tsuna yang baru saja bangun dan turun dari bus itu mencoba merenggangkan otot-ototnya. Disampingnya Yamamoto dan juga Gokudera tampak menemaninya.
"Memang mimpi apa Tsuna?"
"Seperti biasa, tetapi kali ini mereka berbicara seakan-akan padaku," Tsuna tampak lelah dan hanya menatap kearah kedua sahabatnya.
"Apa maksud Tsuna?"
"Kau tidak tahu Yakyuu-bakka?" Gokudera tampak mendecak kesal dan melihat Yamamoto, "Tsuna-san selalu bermimpi bertemu dengan seseorang yang selalu tersenyum kearahnya, tetapi ia bahkan tidak bisa menggerakkan ujung jarinya sekalipun!"
"B-begitulah..."
"Oi Dame Tsuna, masih melindur seperti semalam?"
"Mana ada seseorang yang berdiri didepan bus yang sedang berjalan?"
Beberapa anak tampak mengejek Tsuna karena kejadian semalam.
"Oi, berani-beraninya kalian mengejek Tsuna-san!"
"Ma, ma... Sabarlah Gokudera-kun..." Yamamoto tampak menenangkan Gokudera yang akan mengamuk pada yang lain.
"..." Tsuna hanya bisa diam sambil menatap kearah yang lainnya, "memang, apa yang aku lakukan semalam?"
...
"Jangan bilang kau melupakannya lagi Tsuna," Yamamoto tampak tertawa ringan sambil menggaruk dagunya. Sementara Tsuna tampak tidak enak dengan Yamamoto dan yang lainnya, "kau itu terbalik dari normalnya ya..."
"Hm? Maksudmu Tsuna-san itu tidak normal!" Gokudera tampak bersiap untuk menyerang Yamamoto.
"Bukan seperti itu," Yamamoto menghindari serangan Gokudera dan mencoba menghentikannya, "biasanya yang kita lupakan adalah mampi dan yang kita ingat adalah kenyataan..."
"Melupakan mimpi... Ingat kenyataan...?"
'Bagaimana kalau kehidupan yang kau jalani adalah mimpi...?'
Mendengar suara yang lagi-lagi muncul tiba-tiba membuatnya langsung mencari sosok yang dimaksud. Menoleh kearah kuil yang menjadi tujuan wisata sekolah mereka saat itu, ia lagi-lagi menemukan sosok berambut kuning itu disekitar hutan.
"Dia..." Dengan segera, Tsuna langsung berlari dan mencoba mengejar sosok itu.
"Tsuna!" Yamamoto dan Gokudera mencoba untuk mengejar Tsuna yang menuju kedalam hutan.
...
"Dimana..." Tsuna berlari sekencang-kencangnya, dan setiap kali ia mendekati sosok itu, ia seakan-akan menghilang dan muncul ditempat lain, "tunggu!"
Berlari kembali dan mencoba untuk mengejar sosok itu lagi. Hingga akhirnya, tanpa sadar ia tersesat dihutan itu. Yang ia lihat hanyalah pohon yang mengelilinginya.
"Dimana ini..." Berjalan mundur, dan mundur lagi, ia mencoba untuk mencari seseorang yang ada disana.
'Tsunayoshi!'
Tersentak mendengar namanya dipanggil, tiba-tiba Tsuna terpeleset dan terjatuh dari tempatnya berdiri menuju kejurang yang cukup dalam. Terluka parah dibagian kepala dan juga
...
-Unknown place-
"Giotto, hentikan!" Seorang laki-laki berambut merah mencoba menghentikan Giotto yang berusaha untuk melakukan sesuatu pada lelaki yang terbaring didepannya, "kau tidak bisa melakukan itu!"
"Lepaskan aku G, aku harus menolongnya!"
"Kau hanya akan lebih membahayakannya Giotto," pemuda bernama G itu tampak mencoba menahan Giotto.
"Tapi-"
"Bukankah kalau ia mati kau akan mendapatkan tubuhmu sendiri...?" Seseorang tampak muncul dari kegelapan dan tersenyum dingin. Ia menatap Giotto dengan mata hitamnya dan juga rambut putihnya.
"Aku bukan sepertimu yang membiarkan Umano-mu tewas begitu saja sehingga kau mendapatkan tubuhmu itu, Byakuran..."
"Ara~? Ini menyenangkan kau tahu, tubuh kita yang semula tidak nyata menjadi nyata, tidak ada ketakutan akan menghilang..." Lelaki bernama Byakuran itu hanya tersenyum dan menatap tubuh yang terbaring itu, "lalu, kalau kau mengatakan seperti itu kenapa kau hanya diam sementara ia dalam keadaan sekarat seperti itu?"
"Tidak mungkin," Giotto langsung menghampirinya, mencoba untuk menekan salah satu tombol yang ada dialat itu.
"Hentikan Giotto!"
...
-Namimori, Japan-
"Tsuna, dimana kau!" Yamamoto dan juga Gokudera serta yang lain tampak sedang mencari Tsuna dihutan itu. Tetap terus mencari, mereka tidak menemukan Tsuna disana. Tetapi, tiba-tiba Gokudera melihat kearah tempat Tsuna jatuh, dan menemukannya dalam keadaan terluka parah.
"Tsuna-san!"
"Tsuna!" Yamamoto mencoba melihat kearah Tsuna, begitu juga dengan Dino yang langsung mencoba menghubungi bantuan. Sementara yang lainnya-termasuk Gokudera dan Yamamoto-langsung turun melihat keadaan Tsuna.
'Aku...' Tsuna menatap kearah semuanya, ia tidak bisa bergerak dan tidak bisa berbicara. Matanya tertutup, tetapi ia bisa melihat semuanya, 'apa yang terjadi, kenapa Yamamoto dan Gokudera-kun panik seperti itu...?'
"Tsuna, kau tidak apa?"
'Kenapa... Aku tidak merasakan sakit sama sekali...' Masih tidak bisa bergerak sama sekali, Tsuna hanya bisa menatap mereka, 'apa yang aku lakukan disini...'
...
'Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun...'
"Biasanya yang kau lupakan adalah mimpi, dan yang kau ingat adalah kenyataan..."
'Mimpi...' Tsuna mencoba untuk bergerak walaupun sia-sia, tubuhnya seakan membeku dan tidak bisa digerakkan, 'siapa yang mengatakan itu...aku tidak bisa mengingatnya...apakah sekarang aku sedang bermimpi...atau selama ini aku sedang bermimpi...?'
'Aku...'
...
-Unknown Place-
"Apa yang terjadi," Giotto tampak melihat kearah tubuh itu, yang tetap terbaring ditempatnya tanpa bergerak sama sekali.
"Giotto, apa yang kau lakukan..." Alaude yang baru datang langsung mencoba untuk menghampiri Giotto dan melihat keadaan disana, "kau..."
"Dimana ini..." Sosok itu tampak bangkit dari tempatnya duduk. Sosok berambut cokelat dan memakai kemeja berwarna putih itu tampak seperti Tsuna, tetapi usianya lebih tua daripada seharusnya.
"Tsunayoshi..."
"Aku di..." Mencoba untuk bangun, Tsuna hampir saja terjatuh jika Giotto tidak memeganginya.
"Jangan memaksakan dirimu," Giotto tersenyum dan mencoba membantunya untuk duduk, "sudah 10 tahun kau tidak menggerakkan tubuhmu, sudah pasti kau akan merasa aneh..."
"..." Tsuna menatap orang-orang yang ada disana. Giotto, G, Byakuran, dan juga Alaude hanya bisa melihatnya, mencoba untuk menunggu reaksi dari pemuda itu, "siapa kalian..."
...
Semua orang hanya bisa terdiam dan menatap Tsuna. Seorang pemuda berusia 26 tahun itu tampak bingung dan melihat kesekitarnya. Sebuah ruangan yang tampak remang-remang dan hanya disinari oleh sinar bulan berwarna merah.
"Kenapa aku disini...?"
"Apakah ada kesalahan? Seharusnya ia akan mengingat semua hal ketika ia terbangun bukan?" Giotto tampak sedikit shock dengan apa yang ia lihat.
"Mungkinkah, ia sudah mulai menyadarinya," G mencoba untuk menganalisa apa yang terjadi dengan Tsuna saat itu, "tetapi kita terlanjur mengirimnya kembali ketempat ini..."
"Jadi begitu," Byakuran tampak senang mengetahui hal yang sepertinya baru ia lihat, "menarik, aku akan mencoba menyelidiknya..." dan Byakuranpun berlalu meninggalkan mereka semua disana. Sementara Tsuna hanya menatap kearah Giotto tanpa mengatakan apapun.
"Tsunayoshi, ada apa?" Mencoba untuk tersenyum, Giotto hanya bisa melihat perkembangan keadaan Tsuna.
"T-tidak," wajah Tsuna tampak memerah dan ia hanya menggelengkan kepalanya saja, "hanya saja kenapa kau bisa tahu namaku, sementara aku tidak tahu namamu..."
"Kalau begitu, panggil saja aku Giotto..."
"Giotto...?" Tsuna memiringkan kepalanya dan menatap Giotto dengan tatapan bingung, "lalu dimana aku?"
"Kau berada di Sicilly, sebelumnya kau juga tinggal disini kok..."
"Lalu, kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"
"Tenang saja," Giotto menepuk kepala Tsuna mencoba untuk menenangkannya, "kau pasti akan mengingatnya suatu hari nanti..."
...
-Namimori, Japan-
"Bagaimana keadaannya...?" Yamamoto dan yang lainnya saat ini berada dirumah sakit. Tsuna langsung dibawa kerumah sakit setelah ambulance datang.
"Ini aneh," dokter yang menangani Tsuna hanya bisa menghela nafas panjang, "tidak ada luka serius ditubuhnya, tetapi... Ia seakan-akan tertidur dan tidak bisa dibangunkan..."
"Apa maksudmu...?"
"Dengan kata lain, mungkin Sawada Tsunayoshi dikatakan dalam keadaan koma..." Jawab dokter itu sambil menghela nafas panjang.
"Yang benar saja, kau tidak bisa melakukan sesuatu apa?" Gokudera tampak mengangkat kerah dokter itu, mencoba menyerangnya.
"Ma, ma Gokudera-kun..." Yamamoto tampak mencoba untuk menghentikannya, "bagaimana ini Hibari-san, Dino-sensei..."
"Setelah ini biar kami berdua yang menanganinya, kalian berdua pulang saja kerumah," Dino tersenyum dan menepuk pelan bahu Gokudera dan Yamamoto.
"Tapi aku harus melihat keadaan Tsuna-san!"
'Sama saja dengan 'Anima'nya...'
Menggumam sesuatu, dengan cepat Dino menyikut sedikit badan Hibari, memberinya isyarat untuk diam.
"Tenang saja, kalau ada apa-apa aku akan langsung menghubungimu Gokudera-kun," Dino mencoba tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Gokudera.
"B-baiklah," Gokudera tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya. Dino mengangguk dan mereka berdua pergi begitu saja dari sana.
...
"Benar-benar merepotkan," Hibari menghela nafasnya panjang sambil melihat kearah Gokudera dan Yamamoto yang sudah pergi dari sana, "aku ingin menggigit mereka bertiga sampai mati..."
"Tenanglah Kyouya," Dino mencoba untuk menenangkan Hibari dan menepuk kepalanya dengan perlahan, "ayo kembali ke Sicilly..."
"Bisakah kau berhenti menepuk kepalaku seperti itu?"
...
-Sicilly-
"Bagaimana keadaannya sekarang," Alaude yang tetap memakai jubah panjang hitamnya tampak berbicara dengan Giotto didepan kamar Tsuna.
"Ia hanya mengingat namanya saja," Giotto hanya menghela nafas panjang sambil menatap Alaude yang hanya diam dan tidak menjawab lagi, "baik kehidupan di Mondo maupun Sicilly, tidak ada yang ia ingat..."
"Itulah akibatnya kau melakukan hal bodoh seperti itu," Alaude memberikan tatapan tajam yang mengarah pada Giotto.
"Habis, aku tidak mungkin membiarkannya matikan...?" Giotto hanya bisa gugup melihat tatapan Alaude yang tajam dan gelap itu.
"A-lau-de-kun~" dari kegelapan dibelakang Alaude, sebuah tangan langsung merangkulnya dan memeluknya dari belakang. Refleks melihat itu, Alaude dengan cepat menyikut orang itu hingga tersungkur.
"Apa yang kau lakukan bodoh...!" Dengan wajah sedikit memerah, ia melihat kearah lelaki berambut hitam blonde yang tersungkur sambil memegangi kepalanya itu.
"Jahatnya..."
"Salahmu sendiri memeluknya tiba-tiba Al..." Giotto hanya bisa tertawa garing melihat lelaki berambut hitam yang ada disana, lelaki yang mirip dengan Dino, "kau tidak kapok-kapoknya mengerjai dia ya Al?"
"Itu karena sifatnya yang seperti itu sudah mendarah daging bahkan sampai ke Uminonya..." Suara yang familiar itu membuat ketiga pemuda itu menoleh dan menemukan Hibari dan Dino disana. Tetapi wajah mereka tampak lebih dewasa, sama seperti yang dialami Tsuna.
"Jahatnya," Dino hanya bisa menggaruk dagunya sambil tertawa garing, "Al, apa benar Tsuna terkirim ke Sicilly kembali?"
"Begitulah, karena Giotto yang tidak sabar akhirnya seperti ini..."
"Ia tidak ingat sama sekali kehidupannya baik di Sicilly maupun Mundo..." Masih dengan aura tidak enak, Alaude menatap Giotto.
"Baiklah, aku akan melihatnya," Hibari menghela nafas dan berjalan akan membuka pintu yang ada dibelakang Giotto. Menatap kearah Tsuna yang berada ditempat tidurnya. Tetapi, ia tampak memegangi dadanya dan tampak kesakitan.
"Tsunayoshi!" Mendengar nama Tsuna dipanggil oleh Hibari, Giotto dan yang lainnya langsung menoleh dan masuk kedalam ruangan itu dan menghampiri Tsuna.
"Tsunayoshi, ada apa?" Giotto mencoba untuk menyadarkan Tsuna yang masih memegangi dadanya. Nafasnya terengah-engah seakan-akan tidak bisa menghirup oksigen disana, "Tsunayoshi!"
"Benar juga, ia belum tersadar sebagai seorang Umano, walaupun ia disini ia tidak tahu apapun tentang Umano dan Anima, kau harus-!" Al yang akan mengatakan sesuatu langsung menghentikan ucapannya ketika Giotto langsung menarik Tsuna mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya, seperti akan memasukkan sesuatu kedalam mulut Tsuna.
-To Be Continue-
G27 romance ffic yang pertama x3, disini inspirasinya dari orific buatan ane yang baru ada dikomputer. Semua istilah yang ada disini simple kok cman ambil dari bahasa Italianya xD dan Sicilly itu yah, nama kota di Italia kan? XD. Ga banyak yang gw omongin buat di chapter pertama xD cuma arti istilah aja xD
Anima : Soul
Umino : human
Mondo : world
Dan ini intinya, Namimori tempat Tsuna dkk tinggal itu sebenernya cman dunia mimpi x3 dan Sicilly itu dunia sebenernya xD
Lebih lanjut lihat di chap selanjutnya!
RnR plis!
