Never Say Love
.
.
.
Warning: Alternative Universe, Modified Canon, Out of Character, typo(s).
Note: untuk memudahkan, fem Draco, bernama Dracia Malfoy.
.
.
.
By: Ulilil Olala
Disclamer: Harry Potter by J. K. Rowling
Pairing: Harry Potter x fem Draco Malfoy
Rated: T
Setting: 4th Year
.
.
.
Summary: Harry di tahun keempatnya mulai beranjak remaja dan merasakan perutnya bergejolak ketika melihat seorang cewek. Dia sudah yakin bahwa dia menyukai Cho Chang, namun ternyata, dari hari ke hari, keyakinannya digoyahkan oleh seorang Malfoy yang berubah menjadi sangat cantik tahun ini. Tapi Harry juga sangat ingat, bahwa si Malfoy itu berubah sangat menyebalkan tahun ini!
CHAPTER ONE
"Apa benar cewek itu Malfoy?"
"Masak sih dia Malfoy?"
"Yaampun, lihat dia cantik banget!"
"Ya Tuhan, aku tidak menyangka, Malfoy berubah menjadi seperti itu."
Bisik-bisik itu terdengar di seluruh peron tiga perempat, ketika melihat seorang gadis cantik berambut pirang platina lewat.
Dia adalah Dracia Malfoy, satu-satunya pewaris tunggal keluarga Malfoy.
Tidak heran juga, ketika banyak orang lewat yang membicarakan penampilan barunya. Yah, sebenarnya sih, tidak ada yang berubah dari dirinya. Namun, mungkin perbandingan penampilannya yang sekarang agak signifikan dibandingkan penampilan sebelumnya.
Dulu, pertama kali saat Dracia masuk Hogwarts, yang mencolok darinya hanyalah kulit pucat dan rambut pirang platina sebahu miliknya. Dulu penampilannya bisa dibilang agak menyedihkan. Bahkan dulu badannya rata, tidak memiliki lekuk sama sekali. Dan jangan bicarakan dadanya. Bahkan dulu dadanya lebih rata daripada dada milik Granger. Dan badan kurus tinggi miliknya malah tidak membantu sama sekali. Malah menyiratkan bahwa dia adalah semacam tiang hidup dengan rambut pirang menyolok.
Namun semenjak akhir semester akhir tahun lalu, hormon pertumbuhannya melesak terus-menerus. Bahkan sekarang dia agak risih dengan penampilannya. Lihat saja, sekarang banyak kakak kelasnya yang memandanginya dengan mata terbelalak. Dan hampir semua gadis penghuni asrama lain menatapnya dengan sinis dan melotot setiap kali dia balas memandangnya.
Jujur, dirinya juga tidak terlalu peduli akan semua hal tidak penting itu. Yang dia pikirkan sekarang adalah, bagaimana cara mengganggu Harry-kepala-pitak-Potter di hari pertama sekolah ini. Dan dia memutuskan untuk membuat target baru tahun ini, yaitu: "Ganggu Potter sampai puas dan buat dia tak nyaman."
Sementara dia berjalan di sebelah ayahnya, dia terus berpikir. Dan mendadak dia memiliki satu rencana awal.
.
Harry, Hermione, dan Ron memilih duduk di salah satu kompartemen kosong di ujung kereta. Mereka sudah bertemu beberapa teman seangkatan mereka tentang Piala Dunia Quiddicth yang mengagumkan dan Ron sedang pamer mawar Irlandia pada Neville yang mendengarkan dengan iri.
"Nenek tak mau pergi ke sana," katanya merana. "Tak mau beli tiket. Kedengarannya seru sekali,"
"Memang." Kata Ron. "Lihat ini Neville..."
Ron mencari-cari dalam kopernya di atas tempat bagasi dan mengambil figur miniatur Viktor Krum.
"Oh, wow," kata Neville iri ketika Ron meletakkan Krum di atas tangannya yang gemuk.
"Kami juga melihatnya dari dekat," kata Ron. "Nonton di boks utama..."
"Untuk pertama dan terakhir kalinya dalam hidupmu , Weasley."
Dracia Malfoy sedanga berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan pintu kompartemen mereka. Di belakangnya berdiri Crabbe dan Goyle yang sudah bertambah tinggi dua puluh senti—dan kedua mata mereka tak luput dari dada Malfoy.
Harry yang mau tak mau memperhatikan apa yang membuat mata Crabbe dan Goyle tak luput dari tempat tersebut. Dan Harry seketika tahu jawabannya.
Dracia Malfoy memakai kemeja putih seragam Hogwartsnya tanpa memakai jubah hitam yang biasa—dan mau tak mau, kemeja putih tersebut menunjukan semua lekuk tubuh Malfoy. Dan menunjukkan dadanya yang menonjol ke depan. Perut Harry agak bergejolak ketika melihat pemandangan ini.
` Harry juga malas mengakui bahwa Malfoy memang terlihat cantik sekarang—dengan wajah yang tirus, bola mata biru keabuan, bibir tipis berwarna merah muda, hidung yang kecil dan mancung dan rambut pirang platina yang entah kenapa terlihat benar-benar halus untuk dipegang. Apalagi, bentuk tubuhnya yang bisa diakui bagus dan terlihat benar-benar pas di tubuh rampingnya. Harry menengok untuk melihat Ron dan Neville.
Ron hanya memandangi dada Malfoy yang dibalas dengusan oleh Hermione, sementara Neville hanya tersipu—wajahnya berubah merah jambu sekarang.
"Oi Weasley!" seru Malfoy. "Kau ngiler tuh melihatku." Malfoy menambahkan kalimat terakhir yang dibarenginya dengan seringai yang menampilkan deretan gigi putih dan rapi miliknya.
"Jangan mimpi kau, Malfoy!" tambah Ron, tapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan semburat merah muda yang menjalar di sekitar pipinya.
"Tunggu dulu Weasley," Kata Malfoy tiba-tiba, matanya berkilau jahat. "Apa itu?"
Jemarinya menunjuk sangkar Pigwideon yang ditutupi jubah pesta Ron yang bergoyang-goyang sesuai irama guncangan kereta.
Ron berusaha menyingkirkan jubah itu, tetapi Malfoy jelas lebih cepat darinya. Dia menyambar legan jubah itu dan menariknya.
Dan sudah diduga selanjutnya. Malfoy meledek Ron habis-habisan dan muka Ron lebih merah daripada rambutnya.
"Ngomong-ngomong, kau mau ikuy Weasley? Mau coba mengharumkan nama keluarga? Ada hadiah uang juga, tahu... kau akan bisa beli jubah yang layak kalau kau menang..." kata Malfoy lagi. Seringai menyebalkan tidak luput dari paras cantiknya.
"Kau bicara apa?" Tukas Ron.
"Apakah kau mau ikut?" Malfoy mengulangi . "Kalau kau pasti ikut, Potter? Kau tak pernah melewatkan kesempatan untuk pamer, kan?
Harry hanya bisa menganga mendengar pertanyaan yang diajukan Malfoy. Jujur, dia tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Dia sama seperti Ron dan Hermione, menganggap bahwa Malfoy terkena serangan jiwa. Mereka saling lirik satu sama lain dan saling mengerutkan dahi mereka.
"Jelaskan apa yang kauocehkan, kalau tidak, pergi sana Malfoy," kata Hermione jengkel. Dia memberi penekanan pada kata 'pergi sana' yang menandankan bahwa dirinya benar-benar terganggu atas kehadiran Malfoy di kompartemen ini.
Senyum misterius merekah di wajah pucat Malfoy. Dia hanya berbisik misterius kepada Crabbe dan Goyle dan berkata, "Wah, wah. Kukira kalian sudah tahu. Ternyata belum ya? Ternyata memiliki ayah dan kakak yang bekerja di kementrian tidak membantumu ya? Yah, tidak heran sih, ayahku ini kan orang top kementrian. Mungkin ayahmu tingkatnya Cuma junior, jadi kau tak tahu, Weasley."
Malfoy memberi isyarat pada Crabbe dan Goyle—yang masih sibuk memelototi dada Malfoy—yang dibalas dengan injakan keras dari Malfoy sendiri. Lalu mereka melengang pergi.
Rambut pirang Malfoy berkibar tertiup angin, dan Harry merasakan ada sensasi aneh di perutnya.
Harry terhenyak dan kembali berpaling kepada Ron, Hermione dan Neville—yang pipinya masih memerah—dan kembali ke percakapan mereka. Namun sepertinya percakapan mereka sudah berubah haluan
"Dasar cewek menyebalkan." Ron menggerutu sembari mengumpat. "Seenaknya saja dia bilang begitu. Dad bisa saja naik pangkat dari dulu-dulu, Cuma saja dia senang di tempatnya sekarang. Ingin rasanya kutonjok dia—sayang sekali dia cewek."
"Yah, mau bagaimanapun Ron, tampaknya kau senang-senang saja dihina Malfoy." Kata Hermione agak sengit.
"Apa maksudmu Hermione?" tanya Ron tidak mengerti. "Aku mana mau dihina orang sepertinya? Dia sudah menghina ayahku."
"Masak sih?" Tanya Hermione dengan nada tidak percaya yang dibuat-buat. "Yang kulihat, kau sepertinya baik-baik saja tuh. Daritadi kuperhatikan kau hanya melototi dada Malfoy dan kulihat kau senang sekali melihat wajahnya!"
"Yah..." muka Ron memerah lagi. "Habis mau bagaimana, dia cantik sekali sih."
Harry dan Neville tidak mau ambil bagian dalam hal ini. Neville merasa canggung dan segera pergi dari kompartemen mereka. Dan Harry sedang malas melerai Ron dan Hermione.
Hermione mendengus sekali lagi dan Ron tiba-tiba berkata "Aku tidak mengerti..."
"Apanya yang kau tidak mengerti, Ron?" kata Harry yang memutuskan sudah cukup aman jika dia menanggapi sekarang.
"Kenapa Malfoy bisa menjadi seperti itu hanya dalam kurun waktu sekitar dua bulan.
"Yah, kan kau sudah tahu jika Malfoy memang menyebalkan. Paling, kadar menyebalkan dalam dirinya sudah meningkat dalam dua bulan terakhir ini, kan?" Kata Hermione sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Bukan—bukan itu yang kubicarakan Hermione." Kata Ron dengan tampang agak bloon. "Aku membicarakan fisik Malfoy. Lucu juga aku baru sadar dia cewek."
Wajah Hermione memerah lagi karena marah. Dan rasanya Harry melihat bahwa Hermione ingin sekali menampar wajah Ron. Harry sekali lagi memutuskan untuk tidak mengambil bagian dalam hal ini, dan Harry memutuskan untuk memandangi pemandangan yang tersaji di balik kereta.
.
Dracia Malfoy mendengus kesal. Dia membanting pintu kompartemen miliknya dan tidak mempedulikan Crabbe dan Goyle yang memandangnya dengan tampang idiot keheranan.
Dia merasa sebal hari ini, karena hampir setiap pria yang berbicara tidak melihat ke arah matanya, melainkan ke arah bibir, wajah, atau yang paling parah—dadanya.
Memang dia sebegitu bedanya apa? Rasanya tahun ajaran sebelumnya, para "cowok" tidak memandanginya dengan melotot begitu. Bahkan tadi saja dia sudah diajak kencan oleh empat kakak kelasnya, yang bahkan dia sendiri pun tidak kenal siapa. Dia juga mendapatkan tawaran kencan untuk kunjungan Hogsmead yang bahkan belum terjadi. Dan yang paling menyebalkan dari semua itu adalah, geng cewek-cewek Slytherin mendadak marah padanya, dan membicarakannya di belakang kepalanya.
Dracia bukannya tidak suka menjadi pusat perhatian—oh tentu saja dia sangat suka diperhatikan. Tapi, dia sangat benci pada hormon pertumbuhannya yang melesak seperti itu. Seingat Dracia, semenjak dia kelas dua, tubuhnya terus-terusan bertambah tinggi. Dan semenjak akhir semester pertama, dadanya terus terasa sakit—seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Awalnya, pertumbuhan fisik dirinya, tidak terlalu jelas terlihat, dan oh—baru terlihat sekarang, setelah dia mengalami menstruasi pertamanya.
Ayahnya tidak mengatakan apa-apa tentang pertumbuhan tubuhnya yang mendadak seperti ini. Tetapi ibunya berceloteh panjang lebar tentang ini. Beliau berceramah bahwa sekarang dia sudah dalam tahap perkembangan menuju penyihir dewasa, bla, bla, bla—lalu berkata bahwa Dracia harus merawat tubuhnya, tidak berkelakuan seperti laki-laki lagi, bla, bla, bla dan masih banyak omelan lainnya yang membuat kepala Dracia pusing.
Malahan saking bencinya dia pada hormon pertumbuhannya, kemarin dia nekat hampir meminum ramuan penghambat pertumbuhan—yang dengan sialnya ketahuan ibunya, dan langsung mencelotehinya lagi.
Ibunya menceramahinya bahwa jika dia meminum ramuan penghambat pertumbuhan, nanti rahimnya tidak bisa berkembang dan mengakibatkan dirinya tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk sepuluh tahun kedepan.
"Memangnya siapa juga yang bakal mengandung anak?" dengusnya ketika dia mengingat perkataan ibunya yang menceramahinya kira-kira seminggu yang lalu.
Tetapi tiba-tiba saja sekelebat bayangan muncul dalam pikirannya.
Bayangan tentang dirinya yang mengendong bayi laki-laki yang berambut pirang dan lebat. Anak itu tertawa dan memandanginya dengan matanya yang indah—cemerlang dan berwarna hijau.
Dracia tersadar dari imajinasinya dan merasakan hatinya mencelos. Bermata hijau? Ya Bagaimana bisa seorang Malfoy memiliki anak berwarna hijau. Kecuali jika nanti suaminya memiliki mata berwarna hijau. Lucu juga, memangnya nanti dia akan menikah dengan pria yang memiliki iris hijau apa? Lagipula dia tidak memiliki teman dekat dengan warna mata hijau cemerlang—kecuali satu orang.
Dan Dracia bergidik—merasa mual dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya, dan kembali memandangi jendela dengan pikiran tidak fokus.
.
Ini sudah lewat sekitar tiga hari setelah pengumuman diselenggarakannya Turnamen Triwizard di Hogwarts. Kemarin sore, guru baru mereka—Professor Moody nyaris mengubah Dracia Malfoy menjadi musang putih menyebalkan. Harry antusias sekali ketika melihat Moody mengangkat tongkatnya, dan mengarahkannya ke arah Malfoy. Namun sayang, cewek itu gesit sekali dan berhasil mengelak dengan mudah. Akibatnya malah Crabbe yang terkena mantra dan berubah menjadi musanng berbulu putih gemuk. Dan Malfoy diancam dengan mengerikan oleh Moody. Itu adalah salah satu momen yang tidak akan dilupakan oleh Harry seumur hidupnya. Pipi Malfoy kemarin berubah merah jambu dan bibirnya memucat. Muka Malfoy memang lucu sekali waktu itu.
Harry tersenyum sendiri tanpa sadar ketika membayangkan ekspresi konyol Malfoy. Dia lalu berbelok ke tangga dan masuk ke dalam ruang rekreasi Gryffindor—dan memutuskan untuk menyelesaikan PR sekolahnya bersama Ron dan Hermione.
Tujuh lantai dibawah mereka—di ruang rekreasi Slytherin lebih tepatnya—Dracia Malfoy sedang memandang Pansy Parkinson dengan tatapan angkuhnya yang biasa. Pansy tadi tiba-tiba menggebrak meja tempat ia menyelesaikan esai sialan McGonaggall—dan membuat botol tintanya tumpah kemana-mana.
Pansy membentaknya dan mengatakan segala macam tentang dirinya. Dia menyebut Dracia perempuan rendahan, jalang, cewek penggoda, dan segala macamnya. Dracia sendiri tidak tahu apa yang membuat Pansy kerasukan seperti itu. Dia curiga ini ada kaitannya dengan Blaise yang mengajaknya kencan setelah "katanya" menolak cinta Pansy.
Kemarin juga Daphnee menangis dan menyebutnya penghianat setelah melihat Theo mengajaknya kencan (lagi?) setelah putus dari Daphnee.
Dracia bahkan menolak semua ajakan kencan yang ditawarkannya dari berbagai macam cowok di Hogwarts untuk menjaga perasaan teman-teman ularnya. Namun apa yang dia dapatkan? Rata-rata anak-anak perempuan di Hogwarts memandangnya dengan tatapan benci sekaligus jijik.
Memangnya ini semua salahnya apa? Bukan! Dia kan tidak meminta hormon estrogennya berkembang seperti ini. Dia juga tidak meminta cowok-cowok menyedihkan itu mengajaknya kencan dan dia juga tidak meminta mereka untuk memujanya kan?
Dia merengut dan berbalik masuk ke kamarnya tanpa memedulikan Pansy yang berteriak-teriak marah dibelakangnya.
Dan omong-omong dia sangat benci pada Moody si guru sialan itu. Dia benci saat guru gila itu mempermalukannya di aula besar karena mencoba menyihir Potter. Dan dia benar-benar benci saat Potter menertawakannya dengan ekspresi sangat puas. Lihat saja, dia akan membuat hidup santo Potter si kepala pitak itu menderita tahun ini.
.
Harry sudah melaksanakan minggu-minggu yang cukup berat di Hogwarts. Dia sudah disiksa Moodyy beberapa kali hanya untuk menangkal kutukan imperius, diceramahi oleh McGonnagall, diberi tugas menumpuk oleh Trelawney dan masih banyak lagi.
Dia sudah berdiri di depan aula besar sembari menunggu tamu Turnamen Triwizard.
Tidak berselang berapa lama, delegasi kedua sekolah sihir—Beauxbatons dan Dumstrang—datang, dan membuat murid-murid Hogwarts terpukau. Ron masih menatap Viktor Krum—yang ternyata masih sekolah—dengan pandangan mendamba. Harry sendiri personal menganggap Ron seperti gadis remaja yang bertemu cowok tertampan di sekolahnya. Dia merasa geli sendiri, namun memutuskan untuk bungkam.
Ron menatap Krum dengan kecewa setelah Krum memilih duduk di meja Slytherin. Harry bisa melihat Malfoy, Crabbe, dan Goyle sangat puas. Namun, Harry memperhatikan, sirat kepuasan yang muncul di wajah Malfoy bukan ditunjukan untuk Ron maupun anak asrama Gryffindor lainnya—melainkan untuk asrama nya sendiri. Harry memperhatikan, senyum miring muncul di wajah Malfoy, saat memandang Pansy Parkinson—yang menatap Malfoy dengan penuh kebencian.
Aneh juga, rasanya Malfoy dan kamerad-kameradnya adalah gerombolan ular licik yang menempel satu-sama lain. (Harry lebih suka meyebutnya kawanan ular.) tapi kenapa, Parkinson si anjing pug itu menatap Malfoy dengan penuh kebencian dan kejijikan seperti itu. Rasanya Harry mengenali pandangan itu. Biasanya Parkinson menatap seperti itu hanya pada Hermione saja. Apa benar jika Malfoy dan Parkinson sedang bertengkar? Kalau iya kenapa? Lalu untuk apa juga Harry peduli? Harry memalingkan wajah dan memutuskan untuk menatap meja Ravenclaw.
Matanya tertuju pada gadis berambut hitam panjang. Harry merasakan perutnya bergejolak seperti diisi oleh timah hitam. Cho sedang terkikik bersama temannya yang berambut keriting. Cho sangat cantik, dan Harry tahu dia punya kertertarikan pada Cho.
Cho memang cantik dengan wajahnya yang manis dan ramah—tidak seperti Malfoy yang angkuh dan menyebalkan. Rambutnya juga hitam dan panjang, tidak seperti Malfoy yang berambut pirang platina. Namun, Harry mengakui memang Malfoy dan Cho sama-sama cantik, tubuh mereka juga bagus—terlihat pas dan seimbang, dan rambut mereka memang sama-sama bagus. Namun, jika disuruh memilih, tentu saja jelas Harry akan memilih Cho. Malfoy itu benar-benar menyebalkan, sombong, arog—TUNGGU! Kenapa pula Harry harus membandingkan Cho dengan Malfoy? Memangnya dia tidak punya hal yang lebih bagus untuk dipikirkan apa? Harry ,menggelengkan kepalanya sekali lagi dan memutuskan untuk memandang meja guru saja.
Harry memutuskan untuk memperhatikan kedua sahabatnya kembali. Ron dan Hermione sedang berdebat tidak jelas, dan Harry mendengar Hermione menggerutu karena memperhatikan gadis Beuxbatons yang bertingkah agak berlebihan. Tidak berapa lama setelah itu makanan muncul ke atas meja, dan mereka bersiap-siap untuk makan. Ron tiba-tiba menanyakan makanan yang muncul kepada Hermione.
Setelah bercakap-cakap sebentar, Hagrid tiba-tiba muncul masuk ke aula besar. Dan untuk beramah-tamah, Harry memaksakan bertanya tentang skrewt pada Hagrid, yang dibalas Hagrid dengan riang gembira.
Harry agak kehilangan nafsu makan sebenarnya, tetapi dia memaksakan makan, karena mau bagaimanapun, makanan Hogwarts hari ini memang enak sekali. Dia memandang Ron—yang sekarang memandang seorang gadis Beaxbatons yang dikritik Hermione dengan pandangan terpesona dan mulut menganga. Wajah Ron tiba-tiba berubah ungu ketika melihat gadis itu berjalan mendekat ke kursi mereka. Gadis itu memang cantik dengan rambut pirang keperakan sepinggang, mata biru tua, dan giginya benar-benar rapi.
"Maaf, kalian mau bouillabaisse itu?" si gadis, bertanya dengan suara berat beribawa. Aksen Perancisnya terdengar dengan sangat kentara.
"Tidak, silahkan," kata Harry mendorong piringnya ke arah gadis itu.
"Kalian sudah tidak mau tambah lagi?"
"Tidak," jawab Ron sambil menahan napas, "Yeah, memang enak sekali."
Si gadis mengangkat piring dan membawanya ke meja Ravenclaw. Ron masih terbelalak menatapnya, seakan dia belum pernah melihat anak gadis. Harry tertawa. Suara tawanya rupanya menyadarkan Ron.
"Dia Veela!" katanya parau kepada Harry.
"Tentu saja bukan!" Tukas Hermione masam. "Orang lain tak ada yang melongo seperti orang idiot melihatnya!"
Tetapi Hermione tidak sepenuhnya benar. Ketika si gadis melintasi aula, banyak anak lelaki yang mendongakkan kepalanya dan beberapa di antaranya ada yang tiba-tiba melongo mendadak seperti Ron.
"Percaya deh, dia bukan cewek Normal!" Kata Ron sembari memelototi gadis itu lagi. "Tidak ada yang seperti itu di Hogwarts. Bahkan menurutku, Malfoy saja tidak secantik gadis itu!"
"Cewek Hogwarts oke juga," kata Harry tanpa berpikir. Cho kebetulan duduk hanya beberapa kursi dari gadis berambut perak.
Dua meja dari meja Gryffindor, Dracia Malfoy menatap Harry Potter dengan wajah masam. Dia merasa benar-benar kesal sekarang.
Setelah Pansy dan beberapa anak cewek Slytherin mengerecokinya tadi pagi, perasaannya bertambah buruk lagi setelah melihat Potter menatap Cho Chang sedari tadi, dan tidak memalingkan wajahnya selain berbicara dengan kedua sahabat anehnya.
"Huh." Dengusnya. "Jadi si Potter bau itu menyukai Cho Chang? Apa dia tidak tahu apa, jika Cho Chang itu jalang rendahan yang sedang, mendekati Diggory?" ujarnya dalam hati. "Memangnya apa bagusnya Chang? Badannya pendek dan kemampuan quiddicthnya juga tidak bagus-bagus amat! Belum lagi, dia itu terlalu lembek untuk jadi cewek." Tanpa sadar, Dracia menggerutu terus dan tidak memperhatikan Crabbe dan Goyle yang daritadi mengernyit melihatnya.
Dracia bukannya cemburu pada Chang maupun Potter. (Memangnya juga, buat apa dia cemburu?) Dia hanya kesal, karena selera Potter memang benar-benar payah. Dari teman yang dipilihnya, sampai selera berpakaiannya memang benar-benar payah. Untuk itu, tidak heran juga, selera gadis yang ditaksirnya juga memang payah. Dracia mengaduk sup yang berada di piringnya dan mendengus sekali lagi.
.
TBC
A/N: Hello everybody, ulil kembali lagi dengan fic nya yang terbilang absurd dan gaje.
Ulil juga gak tau kerasukan jin apa yang menyebabkan ulil nekat bikin fic ini. Awalnya sih, ulil Cuma iseng aja mikir kalo Draco pasti cantik banget kalau jadi cewek, dan gataunya malah kebawa mimpi. XD
Yaudah daripada ulil kepikiran terus, yaudah deh jadi bikin fic ini. Btw, ulil sengaja milih setting 4th year, karena ulil rasa memang itu taun yang cocok. Dan, bagi yang kurang ngerti kenapa si Dracia/Draco mendadak berubah cantik, sebenernya memang konsep awalnya, dia memang cantik dari awal, cuman keliatan suram aja karena ceritanya Dracia/Draco itu tomboi dan dia belum puber waktu tahun 1-3 smt awal. Lalu dia mendadak kena serangan pubertas karena hormon estrogen dalam tubuhnya malah nongol dan malah melesak gitu. Dan kenapa dia baru keliatan cantik pas awal tahun keempat, karena ulil sengaja bikin kalau dia baru menstruasi pas awal liburan musim panas. Ulil juga menyimpulkan begini, karena dari buku yang pernah ulil baca, katanya perempuan keliatan cantik banget pas dia udah menstruasi pertama. /eh malah ceramah/
Dan rencananya, fic ini bakal jadi one shoot, namun ternyata takut kepanjangan. Yaudah dibikin multichap deh. :v Dan untuk chap 1, belom kerasa ya romancenya, karena ini masih permulaan :v
Btw, untuk fic Our Lovely Nanny, updatenya agak lama dikarenakan ulil banyak tugas, pr, dan sekolah ulil lagi ngadain banyak acara T_T
Oh, iya readers, thanks udah baca fic ini, dan ulil minta tolong tinggalkan jejak berupa review, agar ulil mengetahui berhasil/tidaknya fic yang udah ulil buat ini. See you next time!
Ps: sorry author's notenya kepanjangan :v
