"Bukankah butuh waktu 7 hari bagi manusia untuk jatuh cinta?" Isogai merenggangkan tubuhnya, "Itu yang kubaca."

...Masa?


Cinta

By Rakshapurwa

Rate: K+

Pair: Sakakibara x Isogai

Warning: AU, Kemungkinan terdapat typo yang terlewat dan OOC

Disclaimer: Ansatsu Kyoshitsu milik Yuusei Matsui

'Cerita ini dibuat untuk mrnambah asupan yang sulit didapat.'

Enjoy

.


Suara hujan masih terdengar dengan jelas, baju seragam kedua basah, rambut juga lepek, dan entah bagaimana dengan kabar buku mereka di dalam tas. Sudah begitu, kini mereka baru sadar—berteduh sejenak di sebuah halte bus bukanlah ide yang bagus. Angin yang bertiup tetap terasa, cipratan air hujan juga masih setia mengenai tubuh mereka.

Coba saja tadi mereka membawa payung. Bukan malah sok mengabaikan ramalan cuaca yang memberitakan kenyataan.

"Menurutku tidak juga."

Dan.

Sekarang karena bosan mereka membahas soal cinta. Lucu. Padahal keduanya belum punya cukup pengalaman. Terlalu sibuk dengan tugas sekolah dan membantu orang tua. Sadar-sadar masa SMA tersisa tinggal sebentar saja.

Eh salah—

Itu hanya Isogai yang demikian.

"Oke kau lebih berpengalaman, lalu bagaimana?"

Ayolah, hanya karena dibilang berpengalaman tidak perlu juga kan menampilkan senyuman menyebalkan itu Sakakibara?

Dicap playboy memang benar adanya, pacar setiap minggu berganti selalu tak pernah sama. Tapi benarkah dulu pernah juga merasakan cinta? Hati berdebar-debar saja sepertinya baru-baru ini mengalaminya.

Pfft.

Berdebar-debar karena takut ketahuan pulang malam itu beda arti dengan berdebar-debar karena sedang jatuh cinta. Paham?

"Satu hari cukup bagi manusia untuk jatuh cinta."

"Buktinya?"

"Fansku sekali melihat langsung jatuh hati."

"Itu nafsu bukan cinta ya..."

Isogai mendengus. Tangannya sibuk memeras kemeja miliknya yang basah. Semakin lama di sini bisa membuatnya masuk angin.

Dan itu bukanlah hal yang bagus.

Siapa yang akan memasak sarapan pagi dan makan malam? Sakakibara tidak bisa diandalkan—kenapa? Memangnya salah kalau Isogai dan Sakakibara tinggal di tempat yang sama?

Lebih irit bukan? Hemat.

Huft.

Suara hujan masih terdegar dengan jelas, mereka sampai tak sadar sudah meneduh cukup lama di sana. Isogai kini mulai bersin berulang. Mau meminjamkan jaket yang dikenakan pun percuma. Basah. Sakakibara tak mau semakin memperburuk keadaan.

"Jadi Isogai-kun, kenapa jatuh cinta itu butuh waktu seminggu?"

"Hm...kurasa karena rasa nyaman itu tidak akan tumbuh dalam waktu sekejab."

"Bohong." Tangan kanan Sakakibara terulur, merasakan rintikan air yang turun. Dingin. Andai saja ada yang menggenggamnya pasti akan kembali hangat. Misalnya Isogai gitu.

"Aku kan hanya mengutarakan pendapat—"

"Buktinya aku bisa nyaman bersamamu dalam waktu sebentar." Sakakibara menoleh. "Sehari kalau tidak salah."

Oh—alisnya terangkat, dengusan Isogai yang kedua terdengar. Meski perlahan tubuhnya kini bergeser, lalu bersender pada lengan yang kosong. Di saat seperti ini Sakakibara seketika bangga memiliki tinggi tubuh sedikit melebihi Isogai.

"Kau yakin? Bukankah dulu kau tidak mau dekat-dekat denganku?"

"Ehem—Itu karena aku sedang menyangkal."

"Maksudnya?" Isogai hanya pura-pura tidak dapat mengira. Hei, setelah melihat Sakakibara tersenyum, dan mengacak rambutnya dengan gemas—jawabannya pasti cuma itu.

"Menyangkal kalau aku jatuh cinta padamu."

Uhuk.

Tuh kan. Isogai sudah cukup berpengalaman mendengar gombalan itu. Tiga bulan berpacaran tentu saja terbiasa. Walau sempat ia merona juga. Hanya sebentar kok, tidak lama.


.

TAMAT

.


Terima kasih sudah membaca cerita ini, dan maaf kalau ceritanya mengecewakan *bows*

Uhuk—Lagi-lagi saya membuat fic dengan Ren sebagai pemerannya.

Sekian dari saya, Rakshapurwa undur diri.