Title : Tetanggaku, Baekhyun.
Author : Damneed a.k.a Dathan
Genre : Slice of Life.
Rating : T+
Main Cast : KYUNGSOO GS, other EXO member. Perhaps, a few OC.
Disclaimer : Karakter EXO itu milik tuhan, bukan saya. Tapi status-nya sih, memang suami-suami saya. /senyumin/
Pairing : Unknown.
WARNING : Typo & ketidakjelasan; Pengulangan kalimat yang beruntun, karena penulisan masih belajar.
Namanya, Byun Baekhyun.
Dia baru pindah rumah, beberapa hari yang lalu.
Untuk diperlurus, pemuda itu pindah ke sebelah rumah milik keluarga Do.
Baekhyun adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kedua orangtua-nya bekerja, Ibunya sebagai Editor sebuah majalah, dan Ayahnya yang menjadi Akuntan. Kakaknya masih menginjak bangku semester lima kuliah dengan jurusan Industrial Engineering, di Universitas Seoul. Baekhyun sendiri tengah memijak kelas dua SMA.
Baekhyun memiliki sepasang mata cokelat muda yang bening, dan bibir tipis. Perawakannya manis dan tampan. Untuk seorang laki-laki, tubuhnya memang tidak terlalu tinggi semampai, yang jelas, ia masih lebih tinggi daripada putri keluarga Do.
Sementara putri keluarga Do sendiri, adalah Do Kyungsoo. Tubuhnya memang terlihat pendek, rambutnya menjuntai turun sampai atas bahu, berlapis warna hitamnya yang senada dengan netra miliknya.
Kedua Insan itu duduk berdampingan dengan Ibunya masing-masing di ruang tamu milik keluarga Do, Ibu mereka terlihat bercakap-cakap ramah. Di lain sisi, Kyungsoo dan Baekhyun sama sekali tidak mengeluarkan topik pembicaraan pada satu sama lain. Meski umur mereka di angka yang sama, seperti pilihan mereka tetap untuk bungkam, tak mau mengangkat omongan.
"Baekhyun, ajaklah Kyungsoo bicara."
Suara dari seorang wanita yang berkisaran umur empat puluhan itu membuat Baekhyun menoleh ke arahnya. Mata mereka yang memiliki corak sama itu bertemu, "Kalian kan sebentar lagi, akan bertemu terus. Mengingat kau akan masuk sekolah yang sama dengannya."
Byun Jessica, Ibu dari Baekhyun. Ia terlihat sangat awet muda mengenakan pakaian rapih, seperti kemeja putih dan celana jeans biru-nya, selalu enak dlihat. Bahkan, untuk Kyungsoo sendiri, yang hampir mengira, kalau Jessica adalah Kakak Baekhyun.
"Ya sudah, Eomma aku tinggal dengan Tante Heesun ya."
Pemuda itu perlahan bangkit dari duduknya. Kyungsoo sendiri melebarkan sepasang mata, dan masih berkutat nyaman pada posisi duduk. Ia heran, bukankah biasanya para pria akan menolak dengan jawaban bisu di setiap momen seperti ini?
Do Heesun, Ibu dari Kyungsoo, menengok kepada putri yang tengah duduk di sampingnya itu, "Antarkan Baekhyun ke halaman belakang ya, Kyungsoo-ah."
Tanpa babibu lagi, Kyungsoo bangun dari tempat duduknya. Ia melangkah untuk menghampiri Baekhyun, dan kini mereka berdiri secara berhadapan.
"Bicaralah yang banyak!" Tegur Jessica, dengan untaian senyumannya di bibir.
Kyungsoo merasa kaku, canggung dan tak tahu harus apa.
Yang perlu ia lakukan sekarang adalah, menuruti apa permintaan dari dua wanita itu.
Ia pun berbalik dan berjalan menjauhi ruangan tengah, untuk menuju ke pintu belakang. Tak lupa, di belakang Kyungsoo, tetap ada Baekhyun yang mengikutinya.
Setibanya di halaman belakang, Kyungsoo mempersilahkan Baekhyun untuk duduk di salah satu bangku panjang berbahan kayu mahoni itu di sana. Pemuda itu menggeleng pelan, dan membalikkan arahan, dengan isyarat tangan dikibaskan sedikit, kalau lebih baik Kyungsoo duluan untuk mengambil duduk.
Tidak mau ambil pusing, Kyungsoo pun menurut, dan duduk terlebih dahulu.
"Apa yang kau sukai dari hidup?"
Omongan itu terlepas, tepat Baekhyun duduk di sebelah perempuan dengan surai hitamnya itu. Kyungsoo melirik padanya, "Hidup?"
"Pertanyaanku aneh?" Baekhyun segera menengok ke arah Kyungsoo.
Dan Kyungsoo sendiri menggeleng, "Tidak, kupikir hanya spontan. Karena kau tiba-tiba berbicara padaku dengan topik yang cukup jarang kubicarakan dengan banyak orang, maksudku, memang bukan jarang lagi, tapi tidak pernah."
Keheningan menyelimuti suasana kelam pada malam itu; Keluarga Do memiliki satu pohon besar di halaman belakang rumahnya, dan tempat duduk panjang yang mereka duduki itu berada di bawah pohon tersebut. Angin malam berhasil menusuk rusuk mereka, yang padahal tubuh mereka telah dibalut oleh penghangat tubuh masing-masing.
Baekhyun yang mengenakan jaket, sementara Kyungsoo yang telah mengenakan sweater hitam-nya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
Kyungsoo tersentak, dan mengerjapkan sepasang matanya. Ia baru ingat, kalau ia sedang bercengkerama dengan seorang laki-laki. Perawakan milik Baekhyun membuatnya telah salah paham dua kali. Ketika bertemu di lawang pintu rumahnya, Kyungsoo pikir Jessica memiliki seorang putri, tetapi saat Jessica mengatakan kalau Baekhyun adalah 'putra'-nya, ia merasa sedikit kecewa.
"Entah, otakku belum berputar sampai ke sana," Ucap Kyungsoo, "Bagaimana denganmu?"
Baekhyun melengos, "Palsu."
"Apa?" Alis Kyungsoo terangkat dua-duanya.
"Kenapa orang-orang selalu mengenakan topeng mereka, setiap kali mereka keluar dari kamarnya sendiri."
Baekhyun mengatakan hal tersebut sembari mengangkat dagunya ke atas, dan melayangkan pandangannya ke langit-langit hitam tanpa percikan para bintang itu.
"Mereka akan mengatakan kalau mereka tidak apa-apa, yang sebenarnya setiap malam, mereka selalu menangis dari balik bantal mereka, dan memukul-mukul dada mereka sendiri."
Pemuda tersebut tersenyum pahit, "—Mereka penipu."
Sepasang mata Kyungsoo membulat.
Bibirnya terbuka sedikit.
Tak memperdulikan sebelah matanya tertutu oleh poni rambutnya, yang menghalangi pandangannya pada Baekhyun.
Kyungsoo penasaran.
"Dan aku benci," Pria itu menurunkan penglihatannya, "Benci bagaimana sekarang aku telah menjadi salah satu seperti mereka."
"Apa kau menyesal?"
Pertanyaan mendadak dari Kyungsoo itu membuat Baekhyun menoleh pada si perempuan.
"Apa kau menyesal telah pindah ke sini?" Tanya Kyungsoo sekali lagi.
Baekhyun dan Kyungsoo hanya saling berpandangan untuk beberapa detik. Di sisi lain, Baekhyun tengah memikirkan jawaban, dan di sisi lain, Kyungsoo nyaris terjebak dalam pusaran netra cokelat milik Baekhyun.
"Aku belum tahu."
Pemuda itu mengalihkan perhatiannya, "Aku belum menemukan setitik jawaban dari wilayah ini."
Kyungsoo menganggukkan kepalanya singkat, dan memutuskan untuk melihat ke depan. Ia hanya menemukan sekumpulan tanaman-tanaman bunga yang Heesun hias di sana, berjejeran dengan rapih dan indah.
"Setelah ini, kau akan berpikir kalau aku aneh," Celetuk Baekhyun, "Dan kau akan berpura-pura untuk berteman denganku. Hanya karena orangtua kita saling akrab, aku hanya menebak."
"Tidak."
Telinga Baekhyun tergelitik tatkala mendengar respons cepat dari Kyungsoo; Tetapi, mereka berdua belum pula menemukan mata satu sama lain. Kyungsoo belum melanjutkan omongannya, setelah menghela napas kecil.
"Tebakanmu salah," Tuturnya, "—Apa ini pertama kalinya tebakanmu salah?"
"Mungkin."
Kemudian, Baekhyun mengedikkan bahu, "Memangnya, apa yang kau inginkan setelah semua omongan tak berguna dariku ini?
"Berteman."
Kyungsoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sebenarnya ia bingung juga harus berbicara seperti apa. Karena ini pertama kalinya, Kyungsoo bertemu seorang pria yang dapat berbicara dengannya lebih dari lima menit.
"Jujur," Lanjutnya, "Aku susah berkomunikasi dengan lelaki."
Ia menyapu poni-nya yang menghalangi sebelah matanya itu ke belakang dengan tangan, "Tapi topik spontan milikmu ini, membuat persepsi mataku padamu, seakan berubah dalam sekejap."
Kalimat Gelap, mungkin dapat Kyungsoo berikan pada Baekhyun.
Tak bisa ditebak, dan spontan pada perkataannya.
Kyungsoo belum berani menatap, "Apa kita boleh berteman?"
"Aku rasa begitu."
Dan saat itu juga, Kyungsoo reflek menengok pada Baekhyun. Karena Baekhyun merasa tengah dipandangi, ia ikut menoleh pula padanya, dan mendapati Kyungsoo sedang mengulurkan sebelah tangannya, untuk berjabat.
"Kenapa?" Tanya Baekhyun, memiringkan kepalanya sedikit.
Penglihatannya turun pada tangan kecil milik Kyungsoo, seperti menilainya dengan baik-baik.
Kyungsoo membuka mulutnya, "Eomma bilang, jabatan tangan dalam awal pertemanan itu penting."
"Oh."
Lalu, Baekhyun pun segera memberikan sebuah jabatan tangan pada Kyungsoo. Mempersilahkan kulit tangan mereka masing-masing bertemu. Dan mereka baru menyadari, ketika tubuh mereka terasa dingin, hanya tangan mereka yang terasa hangat saat tangan mereka bertemu; Mereka pikir, pemikiran itu akan mereka urungkan saja di kepala masing-masing.
"Baekhyun! Kita kembali, sekarang~"
Suara Jessica menyadarkan rekaan mereka; Perlahan tangan mereka berpisah.
Dan Kyungsoo pun bangkit dari kursi itu, menoleh ke samping. Dan melihat kedua wanita itu tengah berdiri di ruang tamu sembari asyik berbicara, dari balik jendela kaca lebar rumahnya.
"Kajja." Kyungsoo berpaling pada si pemuda.
"..Kenapa.."
Kening Kyungsoo mengernyit, menunggu kelanjutan kata dari Baekhyun.
"Kenapa kau memiliki aura di belakangmu itu terlihat berbeda?"
Kyungsoo melirik ke samping, "Ada apa dengan aura milikku?"
Dengan ringan, Baekhyun berdiri dari bangku itu. Dan menghadap pada Kyungsoo, yang sekarang hanya menampakkan ekspresi tanda tanya pada Baekhyun.
"Semua orang memiliki aura gelap yang menyeramkan, dengan picingan mata tajam yang selalu mereka berikan padaku," Ujar Baekhyun, "—Kau terlihat tanpa warna, dan itu membuatku penasaran."
"Kau juga membuatku penasaran."
Singkat kata dari Kyungsoo itu membuat Baekhyun melebarkan pandangannya.
"Kalau begitu, kita harus saling mencari tahu satu sama lain."
Kyungsoo pun memperlihatkan senyumannya, "Dengan awal pertemanan."
"Awal pertemanan." Ulang Baekhyun, dengan anggukan kecil.
"Baekhyuuuun~"
Baekhyun mendengus seraya memutar kedua bola matanya, bosan mendengar Ibunya yang terus-terusan memanggilnya seakan tak sabaran itu; Ia mulai berbalik badan dan melangkah menuju pintu belakang, "Nee, Nee.."
Setelah keluarga Do dan Byun saling berpamitan di depan rumah keluarga Do; Heesun pun mengunci pagar rumah, mengingat jam malam sudah benar-benar larut. Kyungsoo masih mengintip dari balik pagarnya, melihat apa Baekhyun telah masuk ke dalam rumahnya atau belum.
Detik-detik lelaki itu kian memasuki lokasi rumahnya, Kyungsoo mendapati Baekhyun yang sempat menolehkan kepalanya ke arah pagar milik keluarga Do; Membuat Kyungsoo buru-buru menarik tubuhnya sendiri, dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Punggungnya di sandarkan ke pintu, setelah ditutup kembali.
Heesun tengah merapihkan piring-piring makanan di atas meja makan; Posisi Kyungsoo masih dapat melihat figur Ibunya yang berjarak itu. Kyungsoo menghela napas pendek, dan menggerakkan tungkai-nya untuk mendekati Heesun.
"Apa yang kalian bicarakan tadi?"
Pertanyaan Heesun membuat Kyungsoo yang baru saja ingin membantu Ibunya itu tertunda. Kyungsoo segera melanjutkan kegiatannya kembali setelah diam beberapa detik,"Baekhyun menanyakan, apa yang aku sukai dari hidup."
"Lalu?" Heesun terkekeh mendengarnya, ia mengangkat piring terakhir dan berjalan ke arah dapur.
Kyungsoo yang telah mengangkat piring lainnya itu mengulumkan bibirnya, sebelum berbicara lagi, "Aku bilang tidak tahu, dan sekarang aku baru saja menemukan jawabannya."
"Oh, apa itu?"
Tepat Heesun bertanya, Kyungsoo pun mendekati Heesun yang ada di dapur; Dan menggabungkan piring-piring di tangannya itu pada wastafel. Heesun mulai menyalakan keran wastafel tersebut, dan segera mulai mencuci.
Kyungsoo menyandarkan pinggangnya pada meja dapur, menurunkan pandangannya ke lantai.
"Hidup selalu mengenalkan kejutan yang tak terduga oleh kita."
Kalimat Kyungsoo membuat Heesun menengok ke arah putri-nya tiba-tiba,
Dan menemukan perempuan itu telah memandang Heesun duluan sedaritadi.
"—Kupikir Baekhyun adalah salah satu dari hal itu."
투비컨티뉴드
.
.
.
.
.
.
Arti-nya, To Be Continued.
Saya tahu sebagian dari kalian bakal berpikir: Lha, kok Pair-nya Baeksoo sih? Masa uke sama uke? Nggak jelas, nggak cocok, nggak danta. Yowes, kalo udah dibaca, tak perlu dilanjutkan lagi. Lagian saya buat-nya juga Kyungsoo Gender Swap, dan dari semua member, cuma dia yang perempuan. Nanti lihat ke sana-nya saja ya, bagaimana akhirnya. Saya juga nggak tahu mau buat Romance atau nggak, yang jelas Main Theme-nya adalah kehidupan. Saya mau para pembaca belajar soal kehidupan dari sini, saya mau memberi kesan positif soal kehidupan, dan beberapa saran yang sekiranya saya harap akan membantu para sebagian pembaca yang tengah mengalami situasi buruk atau sedang Mood jelek. Kita semua manusia, dan saya pikir, nggak ada salahnya, sesama manusia saling membantu dengan mengutarakan pesannya lewat cerita fiksi.
Saya, Dathan. Sampai jumpa di Chapter selanjutnya!
