I Wish

Disclamer: Masashi Kishimoto

Genre : Supranatural, Romance & Friendship

Pair: NarufemSasu

.

.

(Kelopak yang terpisah dan kehilangan baunya)

Dari balik dunia yang tak ku tahu, semua terasa semu…

Kau bertanya padaku, jawaban apa yang dapat ku berikan

Kenapa kau terus bertanya, apa kau tak percaya aku telah tiada.

Tap tap tap

Kehidupan dan kematian adalah dua hal berbeda yang terkait satu sama lain. Satu manusia mati dan kemudian digantikan oleh satu bayi yang terlahir ke dunia. Apa itu yang dinamakan reinkarnasi. Apa mereka yang terlahir di hari itu adalah reinkarnasi dari orang-orang tersebut.

Menghela nafasnya bosan, hari ini ia memikirkan hal tak berguna lagi. Naruto mempercepat langkahnya menuju atap, buku catatannya tertinggal saat ia makan siang dan sekarang ia harus mengambilnya. Naruto merutuk, ia ingin segera pulang ke rumah. Entahlah sejak pelajaran terakhir perasaannya tak enak. Mungkin itu efek karena ia meninggalkan buku catatannya.

Naruto terus meyakinkan dirinya sendiri, sedikit lagi ia mencapai pintu atap. Setelah ia mengambil buku catatannya ia akan segera pulang.

Kriiet

Angin yang berhembus di atap menerpa wajahnya, ia hendak melangkahkan kakinya sebelum sebuah suara menghentikan langkah kakinya.

Hikaru ase, tiishatsu, deatta koi

dare yori mo kagayaku kimi o mite

Tangan kanannya yang memutar kenop pintu tiba-tiba terhenti, suara itu.. suara itu membuatnya bergetar.

Meneguk ludahnya, ia tak tahu jika ada orang yang masih berada di atap pada saat jam seperti ini. Ia tak mengerti jalan pemikiran orang tersebut. Naruto mendorong pintu dan hembusan angin kencang menerpanya.

Cahaya matahari membuatnya menutup kedua matanya dalam sekejap, matahari terasa sangat dekat. Membuat matamu seakan buta dalam waktu beberapa detik.

Membuka kedua bola mata safirnya, seorang gadis berambut panjang terlihat tengah berdiri di pembatas atap.

Hajimete no kimochi o mitsuketa yo

arata na tabi ga hajimaru

Gadis itu masih bernyanyi, punggung kecilnya terlihat bergetar. Naruto mengerutkan alisnya bingung, apa dia sedang menangis.

Naruto berbalik, ia tak peduli. Tujuannya kemari hanya untuk mengambil catatannya yang tertinggal dan segera lekas pulang. Kenapa ia harus peduli?

Kenapa ia harus peduli?

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Pada akhirnya ia terlibat juga, menghela nafasnya lelah. Apa boleh buat, ia benar-benar terganggu sekarang.

Nyanyian itu menghilang, gadis itu tiba-tiba terdiam mendengar pertanyaannya. Naruto menunggu dengan tidak sabar tapi gadis itu masih mengacuhkannya.

"Sudahlah, aku juga tak peduli.."

Naruto hendak meninggalkan gadis itu sendirian tapi niatnya terhenti saat gadis itu dengan tiba-tiba membalikkan tubuhnya.

Gadis itu sekarang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Naruto terkekeh dalam hati, apa dia malu karena terpegoki olehnya. Anak jaman sekarang, terlalu banyak menonton drama jadi terlalu mendramatisir keadaan. Mungkin gadis itu sedang putus cinta.

"Apa kau melihatku?" Gadis itu menatapnya dengan senyuman yang kini berkembang di bibirnya. Sesaat Naruto terdiam, senyuman itu membiusnya dalam sekejap.

"A.. kau tenang saja, aku tak akan mengatakan hal ini pada siapa pun."

Gadis itu menutup kedua matanya. Naruto tak mengerti, gadis dihadapannya mungkin saja sudah gila. Naruto hendak memutar badannya kembali sebelum hembusan angin kencang membuat kedua matanya terbuka dengan lebar. Di depan kedua matanya tubuh kecil gadis itu terhempas dan menghilang dengat cepat dari pandangannya. Gadis itu melompat.

Deg

Naruto berlari berusaha menggapai tubuh gadis itu, apa yang dilakukan gadis itu begitu tiba-tiba. Nafasnya masih memburu ia kini dapat melihat tubuh gadis itu terjatuh dengan cepat menuju tanah.

Drap drap drap

Naruto berlari menuruni tangga dengan terburu-buru, jantungnya masih berpacu dengan cepat. Buku catatannya yang tertinggal di atap terlupakan begitu saja. ia terus berlari tak memperdulikan tatapan yang diberikan oleh beberapa murid yang berada di sekitar koridor kelas. Saat ini yang ada dipikirannya hanya keadaan gadis gila yang baru saja bunuh diri tepat di depan kedua matanya.

"Hahh.. haah.."

Menormalkan deru nafasnya yang memburu, Naruto menghentikan langkahnya. Jika ia melewati belokan yang ada di depannya ia pasti akan menemukan tubuh tak bernyawa gadis itu. Memantapkan tekadnya Naruto melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Deg

Ia sekarang dapat melihat tubuh gadis itu tergeletak tak berdaya di atas tanah. Tubuh pemuda berambut blonde itu bergetar, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Naruto meneguk ludahnya ragu tapi ia memutuskan untuk mendekat siapa tahu jika gadis itu masih bisa diselamatkan bukan.

Kedua mata gadis itu terpejam dengan erat dan wajahnya memang pucat tapi tak ada darah yang ada disekitar tubuh gadis itu.

"A- apa kau masih.. hidup?" Naruto semakin mendekat dan melihat tubuh gadis itu dengan teliti.

Gadis itu masih memejamkam kedua matanya. Dibandingkan dengan keadaan orang yang baru saja terjun dari atas atap gadis itu malah terlihat seperti orang yang tengah berfikir dengan keras.

"Apa.. apa kau masih hidup?"

Kedua mata gadis itu tiba-tiba terbuka dan sontak membuat Naruto terjungkal ke belakang.

"K-kau.."

"Kenapa kau terus bertanya, apa kau tak percaya aku telah tiada?"

Sebelumnya hari-hariku berjalan dengan normal, hal yang membosankan berlalu begitu saja. Kehidupanku sama seperti orang normal, hanya saja aku tak terlalu suka dengan keramaian.

Sore itu kehidupanku berubah dengan drastis, seorang gadis yang tak ku ketahui namanya melompat dari atas atap. Aku tak tahu, sejak saat itu dia selalu mengikuti ku kemana pun .

"Jadi, siapa namamu?"

Naruto menatap bosan pada arwah gentayangan yang saat ini sedang membaca novel di atas sofa rumahnya. Setelah kejadian di atap sekolah gadis itu selalu mengikutinya kemana pun dan setelah ia mengambil salah satu novel yang ada di rak bukunya lalu gadis itu kini mengacuhkannya begitu saja.

"Hn.."

Menggelengkan kepalanya, gadis ini benar-benar.

"Ku tanya lagi, siapa namamu?"

Gadis itu kini menaruh novelnya di atas meja, ia terlihat berfikir dan kemudian menatap Naruto datar, "Aku tak ingat.. "

Menepuk jidatnya sekarang ia akan terlibat lebih jauh dengan mahkluk tak jelas yang ada di depannya, "Apa ada hal yang ingin sekali kau lakukan ketika hidup dahulu? Kau tahu, biasanya seseorang yang menjadi arwah gentayangan sepertimu mempunyai sesuatu yang belum bisa ia lakukan ketika hidup."

"Aku tak tahu, aku tak ingat apapun… "

Menghela nafasnya, "Baiklah aku tak akan bertanya apapun lagi, lakukan saja sesukamu."

Naruto pergi meninggalkan gadis itu sendiri, pikirannya benar-benar kacau sekarang. Ia berjalan memasuki kamar dan membuka kancing baju seragam sekolahnya. Sudut matanya menangkap bingkai foto yang ada di atas meja belajarnya. Disana terlihat kedua orang tuanya dan dirinya.

Tuk

Membalikkan bingkai foto keluarganya, raut wajah pemuda itu berubah dengan sangat drastis. Kushina, sang ibu yang sangat dicintainya sudah pergi meninggalkannya tiga tahun lalu. Penyakit ganas merenggut nyawa ibunya, tuhan telah membawa pergi jauh ibunya.

Setelah mengganti bajunya Naruto memutuskan untuk tidur, kepalanya benar-benar terasa pening. Ia bahkan tak memperdulikan sosok gadis aneh yang kini sudah berada di dalam kamarnya.

"Apa kau sudah tidur?"

Naruto tetap memejamkan matanya, kepalanya benar-benar sangat pening sekarang. Sosok Kushina terus terngiang-ngiang di dalam kepalanya, ia terus memikirkannya dan tanpa sadar ia sudah tertidur dengan lelap.

Melihat Naruto yang sudah memasuki alam mimpi gadis tanpa nama itu memutuskan menunggu Naruto hingga terbangun. Alis pemuda blonde itu tiba-tiba berkerut, tak lama keringat nampak jelas di wajahnya.

Tangan kanan gadis itu terulur hendak menyentuh wajah Naruto tapi tangannya malah menembusnya. Gadis itu terdiam sesaat, apa dia benar-benar sudah mati.

Pukul enam sore Naruto terbangun dari tidurnya. Di dalam mimpinya ia bertemu dengan Kushina, hal itu membuatnya sangat resah. Saat ibunya menghampirinya entah mengapa sosok itu menghilang dan berganti sosok arwah penasaran yang baru saja ditemuinya.

Mengedarkan pandangannya keseliling dan sekarang ia mendapati sepasang onyx yang menatapnya tanpa berkedip, dan itu benar-benar membuatnya sedikit tak nyaman.

"K-kau masih disini?"

Gadis itu memutar bola matanya dan menatap Naruto jengkel, "Hanya kau yang dapat melihatku, jadi apa boleh buat.."

Suasana mendadak hening, Naruto menghela nafasnya lelah. Ia tatap gadis itu dengan teliti, seragam sekolah masih melekat di tubuhnya. Mungkin dia adalah siswi di sekolahnya yang bunuh diri jadi arwahnya menjadi gentayangan seperti sekarang ini.

Pikiran Naruto melayang pada mimpinya kembali, ia alihkan padangannya pada bingkai foto keluarganya yang terbalik. Apa saat ibunya meninggal dahulu ia bernasib sama seperti gadis dihadapannya ini. Jika ia memang melalui hal yang sama, mungkin Naruto akan membantu arwah gadis itu kembali ke surga dan ia berharap jika sang ibu melalui hal yang sama, seseorang yang baik hati akan menolongnya seperti dirinya saat ini.

"Siapa namamu?"

Naruto menolehkan kepalanya dan melihat arwah penasaran itu tengah menatapnya.

"Naruto Uzumaki kau boleh memanggil nama depanku. Apa kau sudah mengingat namamu?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya dan terdiam sebentar dan tak lama ia kembali membuka suaranya, "Saki.. kau boleh memanggilku seperti itu sekarang, sampai aku mengingat kembali siapa aku."

Di saat itu juga Naruto memutuskan untuk membantu gadis itu, ia nampak kebingungan dengan apa yang baru saja dialaminya. Mungkin ia besok bisa menanyakan sesuatu pada teman sekelasnya, ya jika mereka menganggapnya teman ia rasa.

Paginya Naruto kembali pada aktivitasnya yang biasa namun yang berbeda kini ia berjalan bersama sesosok arwah gentayangan yang ia akui cukup cantik. Jika seandainya gadis itu masih hidup mungkin semua orang akan iri padanya. Naruto tertawa dalam hati.

"Memikirkan hal kotor di pagi hari.."

Naruto tertohok, ia menatap Saki yang berjalan disampingnya. Arwah gentayangan itu menatap jalanan dengan malas.

"Aku tak memikirkan hal kotor!" Naruto berteriak tak terima.

Saki menghentikan langkahnya, "Tersenyum-senyum sendiri di pagi hari, aku rasa kau sedang memikirkan hal yang tidak-tidak."

Naruto hendak membalas hinaan Saki sebelum sebuah suara mengintrupsinya.

"Waah, karena terlalu banyak belajar kau berubah menjadi gila ya Uzumaki."

Menolehkan kepalanya ke belakang, ia kini dapat melihat Kiba teman sekelasnya tengah berlari dengan seringai kecil di wajahnya. Ia memang tak terlalu akrab dengan pemuda itu tapi ia tahu Kiba adalah orang yang mudah bergaul dengan siapa saja.

Mungkin untuk pertama kalinya ia akan membalas perkataan pemuda bersurai coklat itu, ya mungkin karena Kiba menjadi satu-satunya orang yang dapat ia mintai tolong. Naruto bukanlah orang yang suka bergaul, ya itu bermula semenjak ibunya meninggal. Ia lebih sering menghabiskan waktu untuk belajar dibandingkan bermain ataupun berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya.

Ia menjadi seseorang yang tertutup, Naruto sendiri ragu apakah ia mempunyai teman.

"Pagi…" Ucap Naruto kikuk, jantungnya berdetak sangat kencang. Ini adalah kali pertama ia menyapa seseorang setelah sekian lama.

Naruto menolehkan kepalanya ke samping karena tak mendapatkan balasan dari Kiba. Sekarang ia dapat melihat ekspresi tak percaya yang ditunjukan pemuda bersurai coklat itu padanya, apa ia terlihat aneh sekarang.

"Pagi.. Oh, apa kau terbentur sesuatu?"

Naruto memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan dari Kiba. Sementara pemuda itu kini menatapnya dengan antusias. Sepertinya hari-hari tenangnya akan berubah.

Saat bel istirahat berbunyi Naruto buru-buru bergegas menuju meja yang berada di paling belakang. Beberapa teman sekelasnya nampak menatapnya bingung saat ia pergi menuju meja Kiba, siswa paling berisik yang ada di kelasnya.

"Oh, kau ingin makan siang bersama kami?"

Kiba yang melihat Naruto kini berada di depan mejanya refleks mengajak pemuda yang tak pernah bicara itu untuk makan siang bersama. Sementara Chouji dan Shikamaru yang sejak tadi mengobrol bersamanya menatap Naruto dengan pandangan tak percaya.

"Itu.." Naruto menggantung ucapannya, disampingnya nampak Saki tengah menatapnya dengan tajam. Sedari tadi hantu itu terus mengoceh.

"Apa kau tahu, apa pernah ada seorang siswi sekolah kita yang bunuh diri dengan melompat dari atas atap?"

Shikamaru yang mendengar pertanyaan Naruto hanya menguap dengan malas, sementara Chouji dan Kiba nampak cengo. Ini pertama kalinya pemuda itu bertanya dan itu adalah hal yang konyol menurutnya.

"Hmm.. aku tak pernah mendengar rumor itu, bagaimana dengan kalian?"

Chouji menggelengkan kepalanya sementara Shikamaru mengatakan jika ia juga tak tahu sama seperti dirinya.

Menghela nafasnya, Naruto menatap Saki yang masih berada di sampingnya. Gadis itu masih menatapnya dengan tajam dan itu sukses membuat bulu kuduknya berdiri.

"Kalau begitu.. apa dulu ada siswi di sekolah kita yang meninggal di sekolah?" Naruto kembali bertanya.

"Setahu kami tidak ada, apa.. itu sesuatu yang penting?"

Sekali lagi Naruto tak menemukan jawaban yang berarti. Sekarang ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.

Melewati koridor demi koridor yang ramai, Naruto menghela nafasnya berat. Ia sudah terbiasa dengan suasana seperti itu di jam istirahat tapi berjalan dengan teman sekelasnya yang membuatnya sedikit tak nyaman.

"Jadi.. kau selalu memakan makan siangmu di atap?"

"Ya.." Jawab Naruto malas, sedari tadi Kiba tak henti-hentinya mengoceh. Berbeda sekali dengan kedua temannya, Shikamaru dan Chouji.

"Sendirian?!"

Memutar bolanya, ia benar-benar kesal sekarang.

"Kau menyedihkan sekali, Naruto.." Dan sekarang arwah gentayangan pun berani mengejeknya.

'Kembalikan kehidupanku yang damai!' Jerit Naruto dalam hati.

Setibanya di atap, Naruto dapat menghembuskan nafasnya dengan lega. Pasalnya Kiba tak lagi berceloteh, mulutnya sudah tersumpal dengan makanan. Shikamaru dan Chouji juga memakan makan siang mereka dengan tenang, lalu-

Naruto berhenti mengunyah, kedua matanya menatap Saki yang kini tengah tertidur di sampingnya. Apa hantu juga bisa tidur, entahlah ia tak peduli. Dengan begitu ia tak akan mendengar omelan arwah gentayangan itu terus menerus.

"Gochisousama deshita.." Naruto menolehkan kepalanya dan mendapati Kiba yang sudah selesai dengan makan siangnya.

"Makan siang di atap, hmm tak buruk juga.." Ucap Kiba dengan cengiran yang tertuju padanya.

Mengerutkan alisnya, apa pemuda bersurai coklat itu sedang mencoba lebih dekat dengannya. Naruto terdiam kaku, apa yang harus ia katakan sekarang. Ia tak ingin terlibat jauh oleh mereka lebih dari ini.

Tak kunjung mendapatkan respon dari teman sekelasnya yang terkenal individual, Kiba berdehem lalu menatap Naruto tak enak. "Apa kau merasa terganggu?"

Suasana tiba-tiba menjadi canggung, Shikamaru dan Chouji kini juga ikut menatap Naruto. Apa ia benar-benar merasa terganggu?

Naruto menatap ketiga teman sekelasnya itu dalam diam, sebenarnya ia merasa sedikit terganggu. Tapi ia membutuhkan mereka. Naruto menolehkan kepalanya ke samping, Saki masih tertidur di sampingnya. Wajah gadis itu terlihat tenang. Bagaimana pun caranya ia akan membantu gadis itu.

"Aku.. tak merasa terganggu.." Ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Dalam hitungan detik saat Naruto menatap kembali wajah ketiga teman sekelasnya, ia dapat melihat senyuman kecil yang tertuju padanya. Sesuatu yang hangat kini menjalar di hatinya, perasaan apa ini. Naruto terus bertanya-tanya tanpa sadar bibirnya kini tengah melengkung membuat segaris senyuman yang sudah lama menghilang dari wajahnya.

'Terimakasih…'

Menengadahkan kepalanya ke atas, matahari nampak membakar kedua matanya. jam istirahat akan berakhir beberapa menit lagi, Kiba, Shikamaru dan Chouji sudah pergi setelah menyelesaikan makan siang mereka.

"..." Menolehkan kepalanya ke samping, sekarang ia dapat melihat kedua bola mata onyx itu sudah terbuka.

"Aku tak tahu hantu juga bisa tidur." Ucap Naruto jahil, tapi Saki tak kunjung meresponnya.

"Apa sekarang kau marah padaku?"

Saki menggelengkan kepalanya, dan itu membuat Naruto semakin bingung.

"Apa hantu bisa tidur?"

Naruto menahan nafasnya, sekarang ia dapat melihat kedua bola mata onyx itu menatapnya dengan sendu.

"Aku selalu bertanya-tanya, apakah aku sudah mati?"

Naruto tertegun, pertanyaan it menohoknya. Apa sebenarnya arwah gentayangan dihdapannya ini tak mempercayai bahwa dirinya sudah meninggal dan tak lama Naruto mengetahui jawabannya.

Tubuh gadis itu bergetar, kepalanya tenggelam dalam kukuhan kedua lengannya. Saki benar-benar tak mempercayainya, jika kenyataannya ia benar-benar telah tiada.

Menghela nafasnya, ia mengalihkan pandangannya kearah lain dari Saki dan berkata"Aku sudah katakan sebelumnya, aku akan membantumu. Jadi, kau tak perlu khawatir.."

Saki mengangkat kepalanya dan sebuah senyuman lembut dari Naruto membuatnya sedikit merasa lebih baik. "Terimakasih, Naruto…"

TBC

AN: Padahal masih banyak fanfic yang belum saya lanjutkan, tapi malah publish fanfic baru hhehe :D plaaak

Akhir kata, terimakasih sudah membaca I Wish n.n jangan lupa tinggalkan jejak di kotak review setelah membaca.

RnR