NOT AN ORDINARY LOVE

Cast : Cho Kyuhyun, Lee Sungmin, Lee Donghae, Kim Ryeowook dan cast lain akan menyusul^^

Genre : Drama, School-Life

Gender : BoyxBoy (YAOI)

Warning : DLDR!

Cerita pasaran! Awas hati-hati bosen :'v

BAB 1

"ketika aku melihatmu, aku tersenyum. Meski kau tak pernah melihat kearahku, aku akan selalu melihat kearahmu"

Dari seseorang yang mencintaimu tanpa mengharap balasan

Kriiing~

Suara jam berdering nyaring di sebuah kamar yang berukuran tak cukup luas dengan keseluruhan ruangan bercat Pink. Pinky lovers adalah sebutan untuk dirinya. Meski ia acap kali mendapat ejekan dari teman-temannya karena selalu mengenakan benda apapun berwarna pink, toh ia tak akan marah. Karena sesuatu yang ia suka akan selalu ia suka. Tak peduli apa yang orang lain katakan.

Sebuah tangan menyembul dari balik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Hangat sekali hingga ia merasa enggan untuk berpisah dengan selimut pink kesayangannya. Tangan tersebut bergerak gusar mencari benda perusak mimpi indahnya yang ia rajut susah payah semalaman.

Tak

Ia sengaja melempar jam bekernya hingga tak mengeluarkan suara lagi. Didalam selimut ia tersenyum penuh kemenangan. Ia sudah memiliki cadangan jam lain di dalam lemarinya. Jadi ia tak masalah jika harus mengganti jam yang kini telah rusak itu.

"LEE SUNGMIN! BANGUN ATAU IBU AKAN SURUH DONGHAE UNTUK PULANG SEKARANG?!"

aahhh! Ibunya -Lee So Ra memang selalu mengganggu tidur nyenyaknya, tidak tahukah sang Ibu jika ia begadang sampai jam 1 hanya untuk memahami Bab Logaritma? Dan itu pun belum ia pahami separuhnya! Kapasitas otaknya memang tak sebesar teman-temanya, bisa dikatakan ia 'pas-pasan'. Oleh karena itu ia selalu berusaha keras agar ia terlihat sepadan dengan yang lain. Ia lemah, tapi ia tak ingin terlihat lemah di depan orang lain. Karena ia tak suka di pandang remeh, di rendahkan, dan di pandang sebelah mata. Ia teramat membenci hal tersebut.

Jam bekernya berbunyi saat pukul 6:00 tepat dan mungkin sekarang telah lebih 5 menit. Masih terlalu pagi untuk dia bangun dan pergi ke sekolah. Memang dasarnya si Ibu suka mengganggu tidurnya dan memaksanya bangun pagi hingga -

"KYAAA! IYA AKU BANGUUN!"

burung-burung yang tadinya sedang bercengkerama damai di dahan pohon di dekat balkon kamarnya sontak terbang berhamburan tak tentu arah setelah mendengar teriakan Sungmin. Laki-laki bertubuh mungil dengan wajah bulat, bermata foxy, hidung mancung dan bibir merah muda segar seakan menjadi paduan yang pas.

Senyuman manis bak lengkungan pelangi itu begitu mempesona. Suara tenornya menjadi ciri khas nya. Berkat suara merdunya ia bahkan seringkali menjadi wakil dari sekolah untuk mengikuti kompetisi bernyanyi yang di adakan oleh berbagai ajang. Mulai dari tingkat sekolah hingga kota.

Matanya terbuka lebar saat sang Ibu mengatakan sebuah nama keramat baginya.

'Donghae' nama Indah yang selalu bisa menggetarkan hatinya. Nama seorang laki-laki yang 5 tahun berteman akrab dengan dirinya, bukan teman lagi. Tapi sahabat. Sahabat specialnya, ya Sungmin mengaku jika ia memiliki perasaan lebih kepada Donghae, tapi perasaan tersebut ia pendam dalam-dalam, ia tak ingin Donghae sampai tahu. Bisa-bisa persahabatan mereka akan kandas jika Donghae sampai tahu. Dan Sungmin tak ingin hal itu terjadi, sama halnya ia menjerumuskan dirinya sendiri kedalam lubang hitam yang ia ciptakan sendiri.

Ia gusar, sang Ibu memberitahu jika di dibawah Donghae telah menunggunya? Dia bahkan belum mandi. Dengan asal ia melipat selimutnya dan mengenakan sendalnya tergesa-gesa. Sedikit berlari ia menuju ke kamar mandi untuk melakukan mandi kilat.

Pintu putih yang sempat tertutup itu kembali terbuka. Sebuah tangan menyembul dari dalam pintu kamar mandi dan meraih handuk pink yang tergantung di sebelah pintu. Lihatlah betapa gusarnya dia.

.

.

.

Disebuah kamar besar dengan gaya eropa terdengar sebuah siulan. Siulan yang bernada itu menambah warna di pagi harinya. Dengan girang ia meraih dasi merahnya dan mematut penampilannya di depan cermin besar yang memantulkan dirinya dari atas sampai bawah.

Sesekali ia melirik jam tangannya. Sedikit merapikan surai coklatnya ia pun menjentikkan jarinya tanda selesai.

Drrrtt

Kegiatannya terinterupsi oleh sebuah vibra yang berasal dari tepi ranjangnya.

Ia pun melangkah mendekati ranjang nya dan membaca sebuah pesan singkat yang baru saja masuk.

Ternyata dari sahabatnya.

'Kyu, aku mau meminjam catatanmu' begitulah bunyi pesan singkat tersebut.

Kyuhyun tersenyum mengejek. Bukan hal yang baru jika sang sahabat meminjam catatannya. Sebenarnya bukab meminjam catatan lebih ke menyalin pekerjaan. Dengan otak jeniusnya ia selalu menjadi tempat contekan sahabatnya tersebut.

'Sorry Hae, aku akan berangkat telat hari ini. Bersenang-senanglah dengan hari ini kkkkk'

Kyuhyun tak henti terkikik geli melihat pesan yang baru saja ia kirimkan kepada sahabatnya. Lee Donghae, pemuda bertubuh kekar namun tak terlalu tinggi, wajah yang tampan tapi Kyuhyun masih mempercayai jika dirinya lebih tampan dibandingkan dengan Donghae. Otak Donghae pun tak sepintar dirinya, boleh lah ia berbangga diri atas hal tersebut.

Donghae adalah ketua tim basket, dia adalah 'ace' di timnya. Tak pelak hal itu membuat dirinya memiliki banyak fans, meski mereka bersekolah di sekolah khusus laki-laki hal itu tak menutup kemungkinan mereka lebih memiliki ketertarikan kepada sesama jenis daripada lawan jenis. Namanya juga sekolah khusus laki-laki, mana ada perempuan bersekolah disini? Kecuali staff sekolah dan guru-guru tentunya.

Hari ini ia sengaja terlambat datang ke sekolah, bahkan kemarin lusa ia sengaja meminta ijin kepada Bu Yuan, guru Matematika killer yang mengajar di kelasnya pagi ini. Sempat mendapat tentangan dari guru bersurai pendek rapi khas Bu Yuan. Tapi bukan Kyuhyun namanya jika semua keinginannya tak terpenuhi. Ia rela menerima tantangan Bu Yuan untuk mendapat nilai 100 di ulangan mingguan besok. Tak sulit untuk mewujudkan hal tersebut, mengingat banyaknya prestasi yang ia torehkan di berbagai ajang perlombaan antar sekolah yang membuat dirinya menjadi murid yang di bangg-banggakan oleh para guru.

Ketampanannya menjadi modal utama disamping otak jeniusnya. Tak sedikit pula murid dari sekolah lain yang mayoritas perempuan selalu rajin menyapanya diluar gerbang sekolah. Bahkan ia kerap mendapat hadiah dari para fansnya saat ia berulang tahun atau saat hari valentine tiba.

Namun, sampai saat ini ia masih sendiri. Bukannya tidak laku. Ia mencintai seseorang, seseorang yang manis, dan tertutup. Ia bahkan menyukai sosok tersebut selama kurang lebih 1 tahun. Ia selalu melihatnya, tersenyum di tempat ia bersembunyi dan menyaksikan sosok Indah itu dalam diam.

Hari ini ia akan memberanikan diri. Keluar dari tempat persembunyiannya, dan membuat dirinya 'ada' di depan sosok itu. Ia tak ingin membuang waktunya lagi, sudah cukup ia menjadi pengecut selama 1 tahun, dan ia tak ingin waktunya terbuang sia-sia lagi.

.

.

Tap

Tap

Tap

mata bulat foxy itu berpendar. Mencari sosok yang membuat dirinya begitu semangat pagi ini. Sambil mengaitkan tas selempang di bahunya ia turun dari anak tangga yang menjadi penghubung lantai bawah dan kamar atas. Menjumpai sang Ibu yang tengah mengaduk kopi di mug putih. Aroma khas kopi menguar begitu nikmat, namun sang Ibu malah menyodorkan segelas susu.

"Kau mencari Donghae?" tanya So Ra sambil menyembunyikan senyuman evilnya. Sebenarnya Donghae tidak kemari, tapi jika dia menggunakan Donghae sebagai alarm khusus untuk Sungmin, pasti akan berhasil seratus persen. Dan itu terbukti pagi ini.

Sungmin meraih gelas berisi susu pemberian Ibunya, menenggaknya hingga tersisa setengah lalu menganggukkan kepalanya. Matanya menelisik ruang tamu, namun Donghae tak pula berada disana.

"Apa Ibu benar-benar menyuruh Donghae pulang?" tanya Sungmin polos. Ia bahkan tak mengetahui jika sang Ibu mengulas lengkungan lebar di bibirnya. So Ra meletakkan cangkir kopinya dan menarik salah satu kursi dan mengisyaratkan Sungmin untuk duduk.

Sungmin menurut. Ia menempatkan pantatnya disana. Sambil menunggu sang Ibu menjawab pertanyaanya mengenai Donghae.

"Sebenarnya.." tangan keriput itu meraih satu lembar roti diatas meja. Sungmin masih menunggu. Tangan itu kembali meraih pisau dan membuka selai strawberry.

"Aku mau yang Coklat" cegah Sungmin.

Sang Ibu menurut, ia mengoleskan selai coklat diatas selembar roti tersebut.

"Cha, sekarang habiskan sarapanmu. Sayang" lapisan selai coklat itu tertutup lagi dengan satu lembar roti. Meletakkan roti itu dihadapan Sungmin yang masih terdiam.

Sungmin berpikir, apa Ibunya sudah pikun?

"Ibuu~ aku bertanya. Apa Donghae disini?"

So Ra mengangkat sebelah alisnya. Rupanya jagoan manisnya ini sangat penasaran. Ia paham mengingat Sungmin dan Donghae berteman cukup lama, tak pelak jika Sungmin dan Donghae selalu mengkhawatirkan satu sama lain.

Sang Ibu kembali menyeduh kopinya pelan lalu berhenti.

"Ibu tadi berbohong. Hahahhaa"

So Ra tak kuasa menahan tawanya melihat raut wajah Sungmin yang berubah menajdi cemberut. Putra semata wayangnya itu memang menggemaskan, apalagi jika sedang cemberut seperti itu.

"Ibu menyebalkan!" sungut Sungmin. Ia melahap roti buatan ibunya dengan bersungut-sungut, sang ibu ternyata hanya memanfaatkan nama Donghae untuk membuatnya bangun. Hal itu sangat menyebalkan! Bukan hanya karena ia harus bangun pagi, tapi karena harapannya untuk di jemput Donghae kandas begitu saja akibat bualan sang Ibu.

'Sial' batinnya tak henti-hentinya menggerutu.

"Hahahaa.. Ibu juga menyayangimu sayang. Ibu berangkat dulu, uang sakunya sudah Ibu taruh di atas kulkas. Nanti ambil saja ya sayang, kkkk~"

Sungmin mendengus. Apalagi sang ibu memperlakukannya seperti anak kecil LAGI. Ya, hal ini sudah berlangsung sejak ia masih di Sekolah dasar, dan sampai sekarang ia masih harus mengambil uang saku di atas kulkas. Padahal teman-temannya sudah memiliki kartu ATM masing-masing, hanya dirinyalah yang masih mempertahankan 'tradisi' mengambil uang saku diatas kulkas seorang diri.

Beberapa kali tenggukan hingga gelas yang tadinya berisi separuh itu kini kosong. Perutnya sudah kenyang meski ia sedikit dongkol dengan keisengan Ibunya tapi ia tetap menyayangi sosok malaikat tak bersayap itu. Wanita kuat yang membesarkan dirinya seorang diri tanpa hadirnya seorang ayah. Ayah Sungmin sudah meninggal sejak ia masih dalam kandungan, hal itu membuat So Ra -sang Ibu bekerja ekstra untuk membiayai dirinya. Tak ada wanita kuat selain Ibunya, wanita berhati lembut, penuh perhatian, cantik dan juga menyayanginya tanpa henti. Ia hanya bisa berdoa semoga sang Ibu selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang agar ia dapat membalas semua jasa sang Ibu terhadapnya.

Langkah kakinya mengarah menuju ke dapur, lebih tepatnya kearah kulkas. Meraih beberapa lembar uang yang disiapkan sang ibu untuk dirinya.

Setelah memasukkan uangnya kedalam sakunya, ia pun dengan malas keluar rumah dengan sebelumnya mengunci pintu terlebih dahulu. Sang Ibu memiliki kunci yang satunya hingga ia selalu mengunci pintu depan saat ia keluar rumah.

Cuaca hari ini cukup cerah. Padahal sekarang sedang musim dingin, dirinya saja mengenakan syal tebal melilit lehernya dan juga coat tebal hangat yang membungkus tubuh mungilnya.

Hari ini hari senin, salah satu hari selain jumat dimana ia harus latihan bernyanyi di ruang kesenian. Ia di tunjuk untuk mengikuti lomba menyanyi mewakili sekolahnya. Ia sebenarnya malas untuk latihan, karena ia selalu datang terlambat di jam pelajaran. Hal itu membuatnya semakin tertinggal jauh diantara teman-temannya.

'Haah' ia menghela nafasnya panjang sebelum keluar dari rumahnya.

Jarak antara rumahnya dan halte bus tidak terlalu jauh, ia lebih memilih untuk jalan kaki saja daripada menggunakan sepedanya. Sambil berjalan menuju halte, ia memasang headset di telinganya. Memutar lagu-lagu kesukaannya di ponselnya. Ia adalah tipe orang yang tertutup dan cuek. Ia tidak tertarik untuk menjalin hubungan pertemanan dengan banyak orang, karena itu merepotkan.

Diawal mereka akan semanis madu. Tapi dilain waktu mereka bahkan bisa lebih berbahaya dibandingkan racun sekalipun.

Ia sudah mengalaminya sendiri, dan ia sedikit.. Trauma untuk menjalin pertemanan lagi.

Setelah sampai di halte bus ia duduk, dilihatnya sekilas beberapa orang yang juga tengah menunggu kedatangan bus.

Tak menunggu lama bus berwarna kuning itu datang. Sungmin berdiri, bersiap untuk memasuki pintu bus yang terbuka secara otomatis. Ia menempelkan sebuah kartu yang dipergunakan khusus untuk menaiki transportasi umum. Diedarkannya pandangannya di seluruh penjuru bus.

Penuh, ia tak mendapatkan kursi untuk ia duduki. Tak ada pilihan lain selain berdiri dengan mengaitkan tangannya di sebuah pegangan yang memang diperuntukkan bagi penumpang yang tak kebagian kursi.

Namun ia tersentak saat sebuah tangan menepuk bahunya.

.

.

.

"Ibu sudah memasukkan obatmu di dalam tas. Jangan sampai lupa meminumnya saat istirahat nanti, jangan minum minuman bersoda, jangan terlalu lelah, dan ja-"

"-iya Bu, aku mengerti. Anakmu ini kan pintar"

Kalimat panjang tersebut hampir setiap hari ia dengar. Cho In Jung -Ibu dari Kyuhyun itu memang selalu menasehatinya sebelum ia berangkat ke sekolah, hanya ke sekolah lho. Bukan ke Mars -,- dan Kyuhyun hafal sekali kalimat keramat tersebut.

Ibunya mendesah. Mengusap rambut kecoklatan milik anak bungsunya. Hanya Kyuhyun satu-satunya harta berharganya saat ini. Ia berharap bisa menjaga Harta berharga itu selamanya, terkadang ia prihatin karena Kyuhyun besar tanpa seorang ayah yang bisa membimbingnya hingga dewasa. Semua karena keegoisannya, In Jung memilih untuk berpisah dengan ayah Kyuhyun dan melepaskan anak sulungnya -Cho Ah Ra yang jatuh ke tangan sang mantan suami. Jika keduanya tak saling berebut kebenaran dan membentengi diri dengan keegoisan, pasti keluarganya masih utuh, saling bercengkerama berempat.

Namun itu hanyalah angan belaka. Semuanya sudah terjadi, realita yang berbanding terbalik dengan angan-angannya.

"Ibu mengkhawatirkanmu. Kenapa tidak berangkat dengan supir saja, hm?"

In Jung pagi-pagi di gegerkan dengan keinginan anaknya itu. Kyuhyun berkata jika ia akan berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum. Padahal jelas-jelas sebuah mobil hitam mewah itu terparkir anteng di garasi rumahnya, tapi apa? Malah memilih berangkat dengan angkutan umum?

Belum lagi ini sudah memasuki musim dingin, kondisi fisik Kyuhyun tak sekuat orang lain yang membuatnya harus ekstra menjaga Kyuhyun.

"Ayolah Ibu.. Ibu sudah menyetujuinya tadi" tolak Kyuhyun.

In Jung hanya bisa menghela nafasnya, keinginan anaknya adalah prioritas untuknya. Bagaimana pun pula ia tak ingin membuat Kyuhyun merasa terkekang dengan semua tindakannya. Meski itu juga demi kebaikan Kyuhyun.

"Baiklah, berjanji pada Ibu jika kau akan berhati-hati. Hubungi Ibu jika ada sesuatu" ujarnya sambil merapikan coat coklat Kyuhyun.

Senyuman Kyuhyun mengembang. Ibunya memang yang terbaik!

"Aku mencintai Ibu"

Chup

Kyuhyun menempatkan sebuah kecupan di pipi kanan In Jung. Lalu ia bergegas keluar rumah dan menuju ke halte. Karena jarak antara rumahnya dan halte yang cukup jauh, ia pun menyuruh supirnya untuk mengantarkan dirinya ke halte.

Dalam perjalanan menuju ke halte, senyumannya tak luntur sedikitpun.

Hari baru akan dimulai, ia memutuskan untuk maju. Jika tidak, ia tak akan memiliki kesempatan lagi untuk 'memperlihatkan' dirinya.

Sampai di halte bus ia tak lantas duduk di bangku. Ia lebih memilih untuk berdiri menggu bus. Ia tak sabar, sampai rasanya jarinya terasa berkedut-kedut.

Wajahnya berbinar. Senyumannya semakin mengembang. Aneh, ia tak pernah sesenang ini saat bus datang. Seperti anak kecil yang tengah menunggu ayahnya datang.

Kyuhyun memasuki bus tersebut dan menempelkan kartunya. Siswi-siswi sekolah yang berada di dalam bus sontak pada girang saat Kyuhyun memasuki bus. Dalam hati Kyuhyun bernarsis ria. Beginilah nasib orang ganteng, begitulah sekiranya.

Matanya membidik tempat duduk kosong di sebelah kakek-kakek. Berusaha mengindahkan tatapan-tatapan dari para siswi itu.

Setelah beberapa saat bus yang Kyuhyun tumpangi mulai bergerak. Meninggalkan halte yang sempat menjadi tempat persinggahan bus tersebut.

Kurang lebih 10 menit bus itu berhenti di halte lain. Ini dia!

Kyuhyun celingukan di kaca jendela. Membuat sang kakek yang berada di sampingnya sedikit risih akibat ulahnya. Kyuhyun pun meminta maaf kepada sosok tua tersebut.

Matanya semakin berbinar, melihat sosok berbalut coat abu-abu dengan syal berwarna biru dongker melilit di lehernya. Darahnya berdesir lembut, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya bahkan tak bisa terlepas dari sosok itu.

Pemuda bertubuh mungil itu nampaknya sedang kebingungan saat tak ada lagi bangku kosong yang tersisa. Namun sosok itu tak menyadari kehadirannya, pemuda manis itu memutuskan untuk berdiri.

Kyuhyun tak tega melihat sosok itu berdiri, dirinya memberanikan diri untuk berdiri dan berjalan mendekat kearah sosok itu.

"Maaf, kau boleh duduk disana" ujar Kyuhyun sopan. Namun tak ada respon dari pemuda mungil itu. Pandangan Kyuhyun jatuh pada kabel putih yang berada di sekitar telinga Sungmin, ternyata pemuda manis itu tengah mendengarkan musik melalui headset. Pantas saja dia tak mendapat respon dari pemuda manis itu. Kyuhyun pun berinisiatif untuk menepuk bahu Sungmin, hingga pada akhirnya mereka beradu pandang untuk sejenak.

Sungmin melepaskan headsetnya dan menghadap Kyuhyun. Tidak tahukah pemuda itu jika Kyuhyun mati-matian menahan debaran dihatinya?

"Kyuhyun, kan? Temannya Donghae?"

Deg

Dia mengenalnya!

Dia tahu namanya!

...Meski harus ada Donghae yang mengaitkannya.

.

.

NEXT OR NO!

UPDATE DI WATTPAD JUGA ^^ SILAHKAN MAMPIR Sita888