Aku berjalan dengan santai sambil mendengarkan musik dari headphone berwarna putih yang kubawa. Di belakang, Izuki Shun—PG tim basket Seirin—melihatku sambil berusaha memecahkan teka-teki yang baru saja diberikan kepadanya.
"Apa yang kamu pikir bisa hilang begitu saja, tapi sebenarnya tidak akan pernah hilang?"
Pada awalnya, Shun mengajakku untuk menemaninya membeli buku lelucon yang baru keluar di toko buku, tapi aku (dengan motif tersendiri) memberinya teka-teki dan menyuruhnya untuk menyelesaikan teka-teki itu sebelum pergi ke taman.
Aku melihat wajah Shun yang terlihat serius. Sepertinya dia benar-benar memikirkan jawaban dari teka-teki itu. Entah karna dia penasaran, atau karna dia benar-benar ingin membeli buku lelucon volume 109 itu. Kemungkinan besar adalah pilihan kedua.
Karna Shun terlalu sibuk memikirkan tentang teka-teki itu, aku mulai melihat sekeliling. Saat itu, mataku berhenti pada sebuah toko aksesoris.
"Shun," mulaiku sambil melepaskan headphone, "apa kamu punya uang?"
Shun langsung melihatku dengan bingung. "Memangnya ada apa, [Name]?"
Dia tidak mendapat jawaban langsung, melainkan melihat jariku yang menunjuk ke arah toko. Terlihat di depan kaca pajangan toko itu; sebuah gantungan handphone berbentuk beruang dengan warna hitam dan putih. Sepertinya, gantungan itu berpasangan.
"Ah!" Shun berteriak dengan tiba-tiba sambil ikut menunjuk kesana, membuatku kaget dan bertanya, "Ada apa?"
"Beruang itu ber-uang." Shun bergumam sambil mencatat di buku leluconnya. Aku berkedip bingung, sebelum akhirnya tertawa senang. Laki-laki berambut hitam yang ada di sebelahku ikut tertawa. Tidak sengaja tangan kami bersentuhan, membuat kami berdua berhenti tertawa dan memalingkan kepala dengan malu.
"Ne, bukankah mereka manis?"
"Anak muda~"
Orang-orang disekeliling kami berkomentar, membuat wajahku berubah merah. Tiba-tiba aku merasakan tangan seseorang yang memegangku, dan aku melihat Shun yang masih memalingkan wajahnya.
"Ayo kita pergi."
Shun melihatku, wajahnya sama seperti aku; merah padam. Tapi dia tersenyum senang, seakan memenangkan sesuatu. Aku melihatnya dengan bingung, tidak tau apa yang dimaksudnya. Sepertinya Shun melihat ini, dan dia mulai berbicara.
"Membeli buku lelucon itu di toko buku. Apa kamu pikir aku tidak sadar kemana arah kita berjalan?"
"A-Ahaha..." Aku tertawa gugup sambil menggaruk belakang kepala. Jadi dia sadar...
"Dan juga—" Tiba-tiba Shun mendekatkan wajahnya ke wajahku, sangat dekat. Aku menutup mataku, dan merasa sentuhan lembut dari sesuatu. Bukan di mulutku, tapi di hidungku.
"Walaupun aku selalu berpikir kalau kamu akan berhenti menyayangiku, kamu akan selalu menyayangimu [Name]." Shun tersenyum senang. Dia lalu bertanya balik, "Apa yang kamu pikir bisa hilang begitu saja, tapi sebenarnya tidak akan pernah hilang?"
...Rasa sayang kita berdua kepada satu sama lain.
