Disclaimer: The owner of all characters in this story is Masashi Kishimoto. I owned nothing but this story.
Genre: Supranatural, Romance, Sci-fi.
Warning: a Little OOC in some characters, Genderbender, and some dark themes.
Ok, ini FF pertama saya yang terus menerus menghantui sejak saya mulai menulisnya. Entah kenapa saya merasakan firasat buruk jika tidak publish ini di FFN *Ngaco*
Ah, let's skip this unworthy chit-chat. Enjoy...
The Begining of Verse
I'm the body of my soul
Spirit is my sight, and darkness is my hole
I'm the eyes of my lore
Heaven is my hate, and holyness is my gloom
Through the abyss, through the doom
Strolling, Seeking, Sighting
Through the madness, through the thorn
Feeling, Sneaking, Killing
The Curse that flow with light of essence
The Curse that brough by the ground eye
The Curse that killed anything
The Curse that absorbed by 'Him'
May the Lord of Death bless you with darkness
Of your soul's always wandering
May the Lord of Essence give you a way
Of your body's always trembling
First Verse: The red eyes in a dark night.
20.00PM
Uchiha Sasuke mendesah pelan saat menyadari bahwa hari ini dia harus berjalan lagi. Dia melihat jam tangan hitamnya untuk yang entah-ke-berapa kalinya. Di jam seperti ini akan sulit mendapatkan kendaraan umum, semua penduduk di sekitar sini tahu hal itu. Namun Sasuke harus, atau dengan terpaksa pulang di jam dimana bis sudah tidak akan lewat. Mengapa? Well, salahkan si Naru-Dobe yang selalu mengajaknya ribut hingga ke titik dimana mereka harus dihukum karena hampir menghancurkan perpustakaan, dan dia sebagai laki-lakilah yang harus bertanggung jawab merapikan karena Si Dobe itu punya alasan yang super bagus namun menjijikkan di mata sasuke tetapi diterima dengan simpatik oleh si penjaga perpus. Cukup ekstrim? Tidak juga, masih ada yang lebih buruk dari ini, mengerikan bukan? Sasuke harus menahan agar tidak mengumpat ketika mengingat cewek bocah berambut kuning itu. Awas saja, besok dia akan mencari perhitungan dengannya. Dia mendesah lagi. Kuso.
Setiap manusia pasti punya emosi, begitu pula emosi sasuke yang mulai naik. Dia sudah kehilangan kesabarannya. Sambil mengutuk pelan dia mulai berjalan meninggalkan Halte bus terkutuk itu. Meskipun rumahnya hanya sejauh lima kilometer(hanya?) dari halte tadi, dia sebenarnya sudah terbiasa lari sejauh itu bahkan lebih. Well, latihan untuk menjadi serang juara kompeetisi bela diri bukanlah hal yang mudah. Dia harus berlatih setiap hari untuk mencapainya. Namun sekarang dia sudah hampir tidak latihan lagi. Ujian sudah didepan mata, dia tidak ingin waktu belajarnya tersita karena latihan.
Baru beberapa langkah, dia berhenti. Ada sesuatu yang tidak enak di benaknya. Dia merasakan 'seserorang' sedang mengawasinya. Dia tidak langsung menoleh kearah dimana dia merasakan 'orang' itu. Dengan hembusan nafas pelan, dia mulai berjalan kembali dengan tenang, namun pikirannya masih tertuju pada 'orang' yang mengikutinya. Telinganya tidak mendegar suara langkah, itu menandakan bahwa 'orang' itu profesional, atau sudah sering mengikuti orang seperti ini. Atau kemungkinan lain, bahwa orang itu bukanlah manusia yang menggunakan kaki untuk bergerak. Apapun itu, dia merasakan hal yang tidak baik.
Dia mulai memasuki kawasan pertokoan yang ramai. 'Orang' itu sepertinya sudah berhenti mengikutinya, karena dia sudah tidak bisa merasakan keberadaan orang itu. Yang aneh adalah, 'orang' itu menghilang dalam sekejap, dan hal itu tidak mungkin dilakukan orang biasa. Mungkin memang seorang prefesional atau 'makhluk lain'. Jika seorang prefesional, tidak masuk akal dirinya yang dari keluarga yang sudah hancur ini dibuntuti orang seperti itu. Keluarganya yang sekarang tidak punya harta yang cukup banyak untuk menarik perhatianpenculik profesional. Jadi, kemungkinan lainnya, 'orang' itu bukan manusia. Memikirkan hal ini membuat Sasuke tegang. Apa yang diinginkan makhluk itu darinya? Sebaiknya dia menemui Kakashi. Si rambut ubanan, masker holic, dan mesum itu mungkin bisa memberinya jawaban. Tapi tidak sekarang, dia masih punya setumpuk buku yang harus di pelajari dan beberapa tumpuk pekerjaan rumah untuk dibantai. Sigh.
00:12AM
Senyumnya berkembang. Dia melakukannya lagi. Di antara tembok bangunan kota yang sempit ini dia telah melakukannya lagi. Sekuat apapun dia menahan hasrat ini, akhirnya dia melakukannya juga. Sudah yang kedua di malam yang sama. Matanya menatap sedih tubuh yang tergeletak tak bernyawa di depannya. Kasihan sekali yang sudah 'berkorban' demi dirinya. Pikirannya menerawang kembali kata-kata itu. Ya, benar, dia tidak melakukannya semena-mena, mereka sendiri yang merelakan diri untuknya. Dia hanya mengambil yang mereka berikan. Tidak ada yang salah dari hal ini, ya kan? Sebenarnya dia ingin sekali mengambil yang lebih bagus dari ini. Tapi dia tidak tega jika harus melakukan itu padanya. Dia terlalu mencintai orang itu.
Pemilik rambut keemasan itu mulai berdiri, matanya menatap 'karyanya' yang 'indah'. Dia ingin melakukannya lagi, mencari seseorang ang mau menyerahkan dirinya untuknya, namun sepertinya sudah cukup untuk malam ini. Kaa-san dan Tou-san pasti akan marah jika mereka tidak menemukan dirinya di dalam kamar saat ini. Denggan senyuman manisnya dan sebuah anggukan, dia berjalan meninggalkan apa yang tersisa dari perbuatannya. Seonggok mayat yang terpotong menjadi sembilan bagian.
"Arigatou ne, onii-chan,"
15:03PM
Sasuke memijati pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Padahal tidak ada sesuatu yang membuatnya menahan emosi hari ini. Tapi kenapa tiba-tiba dia pusing? Dia mengira kalau sup buatan tetangga tadi malam yang menjadi sebab rasa mual lima menit yang lalu. Tapi bisa saja roti yang tadi dia makan saat istirahat sianglah pelakunya, entahlah. Yang jelas, sekarang dia merasa lega, bisa duduk di lantai paling atas sekolah ini tanpa ada yang mengganggu...
"Ah..."
Dan semua pikiran tentang sore tanpa orang lain di atas atap tadi, menghilang ditelan awan. Seseorang yang 'menyebalkan' telah datang. Tanpa sadar Sasuke mendessis pelan. Entah kenapa perutnya jadi kesemutan. Sialan.
"Oi, ada apa dengan wajah itu? Kau seperti melihat orang paling jelek sedunia saja," Naruko Uzumaki. Cewe paling cerewet yang pernah di temui Sasuke seumur hidupnya, telah membuka pembicaraan.
"Masa wajah se imut ini kau bilang jelek? Kau buta Sasuke? Hmm, tapi sepertinya pengelihatanmu tidak ada masalah tuh, kau kan selalu dapat nilai A saat pelajaran olahraga dan kesehatan, jadi tidak mungkin ada masalah dengan indra pengelihatanmu ssehingga tidak bisa membedakan cewek imut dengan cewe buruk rupa," Naruko mulai berbicara panjang lebar dengan tangan kanan di pinggang dan tangan kiri yang memegangi dagunya, seperti seorang guru yang berceramah kepada muridnya.
"So, apa penyebab kerusakan indra pembeda imut dengan buruk rupamu itu?" Dia berganti pose, dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dada, seperti seorang pemikir.
"Kau yang selalu perfect ini tidak mungkin salah makan, bahkan jika kau kehabisan bahan makanan, pasti kau bisa cari cara untuk mendapatkan makanan bergizi,"
"Naruko.."
"Kau juga jarang bergaul dengan orang-orang yang 'mereka' sebut sebagai 'sampah masyarakat' itu untuk meracuni persepsimu terhadap wanita,"
"Naruko..."
"Oh, kau juga jarang sekali bergaul dengan cewe di kelas, bahkan kau menolak Sakura yang menjadi idola seluruh sekolah hanya karena alasan yang gak mutu"
"Naruto..."
"Kesimpulanku, kau itu,"
"Kau bisa diam?"
"GAY!"
"Ha?"
Sasuke langsung melongo (meski hanya mengangkat sebelah alis) begitu mendengar kata terakhir yang diucapkan cewek berambut blonde di depannya ini. Pikirannya masih belum menangkap penuh apa maksudnya. Namun cewek itu, Naruko Uzumaki, malah tersenyum lebar dengan dada yang dibusungkan, seakan bangga dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
"Ya, kau Gay," Ucapnya sambil menunjuk Sasuke dengan jarinya yang mungil disertai cengiran rubahnya yang mungkin bisa membuat cowok satu sekolah melting. Sedangkan Sasuke hanya bisa memegangi kepalanya yang semakin terasa ngilu. Dalam hati dia mengutuk orang yang melahirkan cewek gila di dipannya ini.
17:25PM
Jalan yang menghubungkan kawasan sekolahnya adalah jalan menanjak yang seringkali licin ketika hujan datang. Memang SMA tempatnya belajar adalah sekolah yang besar dan favorit, tapi tetap saja, tempatnya yang terletak di daerah perbukitan bukanlah hal yang mudah untuk siswa/siswi pejalan kaki seperti dirinya. Ini dikarenakan halte bus terdekat jaraknya cukup untuk membuat para pelajar menghela nafas panjang. Semoga rencana para petinggi sekolah dimasa yang akan datang, yaitu membangun jalur bisa sekolah, bisa terlaksana dengan baik.
Setelah berpikir dengan cermat, entah kenapa Sasuke jadi pesimis tentang rencana itu. Yah, melihat kondisi zaman sekarang yang segalanya serba egois. Dia mengangkat bahunya, memutuskan untuk tidak memikirkan hal tidak pasti seperti itu. Lebih baik dia memikirkan masa depannya untuk menjadi orang yang lebih berguna selain untuk mencari uang demi keluarganya kelak. Cita-cita yang bagus bukan? Well, whatever.
Sudah ada beberapa murid yang sedang menanti bus untuk pulang atau sekedar jalan-jalan. Tiga siswa yang tidak dia kenali, namun dilihat dari badgenya Sasuke tahu kalau mereka anak kelas tiga, dengan cara bepakaian yang sembrono. Dasar berandalan, tanpa sadar Sasuke memaki mereka dalam hati. Dua orang siswi yang sedang duduk dan mengobrol di sisi paling kanan halte ini adalah dua orang yang sering ia lihat bersama si dobe sialan itu. Err, dia lupa nama mereka, namun dia tidak mungkin bisa tidak mengenali rambut pirang berkuncir kuda dan rambut pink pendek mereka. Merasa diperhatikan, salah satu dari mereka menoleh, namun Sasuke lebih cepat, dia memalingkan wajahnya sebelum mereka bisa melihat lirikan Sasuke.
Beberapa menit berlalu dengan ketidak siswa kelas tiga yang berisik ditambah kedua siswi yang bergosip ria, dan bus yang ditunggu akhirnya datang juga. Hampir saja Sasuke menghela nafas syukur karena dia tidak perlu mengalihkan perhatiannya dari orang-orang tidak jelas itu. Tanpa basa basi, dia memasuki bus itu dan mengambil kursi dibagian tengah. Tempat yang jarang membuat stress, menurutnya. Setelah para penumpang yang kebanyakan memang para pelajar telah naik, bus mulai bergerak dengan kecepatan stabil. Namun entah kenapa, Sasuke merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. Sebaiknya dia tidak lengah.
Bus mulai memasuki jalanan kota. limabelas menit sebelum memasuki kawasan rumahnya. Tidak ada hal yang mencurigakan selama perjalanan. Hanya beberapa orang berisik dan beberapa pelajar-yang-juga-berisik saling mengbrol satu sama lain. Tidak ada hal yang bisa membuat siswa semacam Sasuke berhenti menguap. Perjalanan pulang memang memosankan. Matanya terus memperhatikan daerah sekitar yang dilewati bus melalui jendela. Orang-orang pembisnis yang memulai bisnisnya dari pagi sudah mulai pulang, digantikan ara pemuda dan pembisnis malam yang mulai memenuhi trotoar maupun restoran dan toko. Dunia malam.
Dia baru saja akan menguap lagi, kalau saja matanya tidak menangkap sosok yang sangat familiar sedang berjalan di trotoar sana. Tatapan heran langsung muncul beserta pertanyaan 'kenapa' di kepalanya. Apa yang dilakukan dobe itu disini? Pandangannya menjadi serius saat dia bisa mengenali ekspresi yang sedang ada pada wajah gadis itu. Ada apa dengan ekspresi itu?
'Sialan'
Entah kenapa dia seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tanpa berkata apapun, dia berdiri dan menuju supir didepan.
17:45 PM
Konohamaru tidak pernah mengira akan berakhir seperti ini. Bahkan di dalam khayalan paling menakutkan yang pernah ia bayangkan. Dia tidak pernah menyangka bahwa perjalanan pulang dari Game Center dengan melewati gang-gang sempit yang gelap untuk menyingkat waktu akan menyebabkan dia terjebak dalam situasi ini. Dalam ketakutan, dia mengutuk otaknya yang tidak mau berhenti bermain hingga sepetang ini baru pulang.
"H-h-haaaaa..." Dia berusaha untuk mengucapkan kalimat untuk orang di depannya. Namun bukanlah kata-kata yang keluar, hanya sebuah desahan nafas yang tertahan. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, bahkan pikirannya mulai terasa mengambang. Orang didepannya mencekiknya dengan sangat kuat hingga tubuhnya terangkat setengah meter sembari menempel pada tembok lusuh dibelakangnya. Tangan Konohamaru terus berusaha melepaskan genggaman orang itu dari lehernya, namun sekuat apapun dia mencoba, tangan itu tidak bergerak sama sekali. Dia sudah pasrah, ini hari kematiannya.
"Sudah menyerah, eh? Kawaii desu," Orang yang sedang mencekiknya tertawa pelan dengan suara yang feminim, bahkan terkesan Cute. Lapu yang buram di ujung gang gelap ini sedikit memberi cahaya untuk menampakkan rambut pirang panjangnya yang dikuncir twintail. Rok sekolah yang dipakainya cukup menjadi bukti jika orang ini adalah Gadis. Jika dilihat, semua yang ada pada gadis itu adalah normal, kecuali dia bisa mengangkat laki-laki yang lebih tinggi beberapa senti meter darinya hanya dengan satu tangan.
"Sepertinya sudah saatnya permainan dimulai..." Gadis itu berkata pelan. Dia mengangkat kepalanya, menampakkan wajah manis dengan mata merah yang didalamnya terlihat iris seperti mata hewan buas. Senyumnya yang manis terlihat seperti senyuman kematian untuk Konohamaru yang semakin kehilangan kesadaran. Gadis itu mengangkat tangan kirinya yang tidak ia gunakan untuk mencekik anak laki-laki tidak beruntung itu. Ini seperti yang sudah pernah ia lakukan, ya, dia akan mengambil 'hadiahnya' sekarang. Dengan sentakan yang bukan seperti manusia, tangan gadis akan itu menembus dada Konohamaru.
Brak!
Sebuah tendangan yang datang dari arah samping kanan membuat gadis itu terpental beberapa meter dan gagal untuk menyelesaikan pekarjaannya yang tadi. Gadis biasa pasti akan susah untuk berdiri jika menerima tendangan seperti itu, namun gadis ini tetap berada diatas kedua kakinya, seakan tendangan tadi hanya mengagetkannya. Senyumnya menghilang, digantikan oleh tatapan datar untuk siapapun yang sudah mengganggu 'permainan' miliknya.
Seragamnya sedikit berantakan karena berlari, dengan rambut hitamnya yang bagaikan bayangan dan mata hitamnya yang seperti black hole bagi yang memandang. Uchiha Sasuke berjongkok untuk melihat keadaan orang yang menjadi korban gadis tadi. Dengan dahi yang berkerut dia mengecek denyut nadi dan detak jantung orang itu. Dia masih bisa merasakan tanda kehidupan, bagus. Sasuke menghela nafas lega, lalu dengan tatapan datar dia menlihat orang yang telah melakukan ini semua. Matanya sedikit melebar, seakan tidak mempercayai yang ada di depannya. Kenapa? Karena yang ada didepannya, orang yang hampir membunuh, adalah Uzumaki Naruko, rival terdekatnya.
"Onii-chan ngapain disini? Kau mengganggu tau," Naruko mengerucutkan bibirnya, tanda kalau dia sedang ngambek. Orang-orang pasti akan melihat lucu apa yang ia lakukan, namun fakta bahwa gadis manis itu telah mencekik orang hanya dengan satu tangan membuat Sasuke waspada.
"Naruko, apa yang kau lakukan?" Hanya kalimat itu yang bisa Sasuke katakan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Gadis didepannya adalah Uzumaki Naruko, lalu apa?
"Aku hanya bersenang-senang, tidak boleh?" Naruko berkata dengan nada marah, matanya yang semerah darah menatap Sasuke tajam.
Sasuke yang mendengar alasan Naruko mencekik seseorang hanya untuk bersenang-senang, entah kenapa, menjadi panas. Nyawa orang lain bukanlah mainan! Dia sudah kehilangan keluarganya, dan itu menyakitkan. Bagaimana kalau orang yang menjadi korban ini memiliki orang yang sangat menyayanginya? Sasuke bisa membayangkan rasa sakit yang akan diderita. Tatapan Sasuke kepada Naruko menjadi tajam. Mereka berdua saling bertukar pandangan, dan sat itulah Sasuke menyadari sesuatu. Gadis didepannya bukanlah Naruko. Memang tubuhnya adalah Naruko, namun ada sesuatu lain yang sedang mengendalikan tubuh itu. Mata merah itu menjadi bukti. Mata Naruko adalah langit yang biru, bukan merah darah.
"Sebenarnya, siapa dirimu?" Sasuke bertanya dan mulai berdiri. Jika memang benar yang di depannya bukanlah Naruko yang biasa dia jumpai, dia harus berhati-hati. Meskipun dia ahli dalam beladiri, dia masih merasakan firasat buruk.
"Hihihi, ketahuan yh?" Senyum Gadis ini berubah menjadi cengiran kecil namun gelap. Dia akan mengambil orang ini juga. Memikirkan hal itu membuat cengirannya semakin lebar.
"Kau memang bukan orang bodoh, Sa-su-ke-kun~," dia berkata sambil berjalan mendekat kearah Sasuke. Lalu, dia berlari kearah Sasuke dan dengan kecepatan yang mengerikan.
Sasuke yang kaget tidak dapat bereaksi lebih cepat, karena kecepatan gadis itu melebihi reflek yang dimiliki Sasuke. Gadis itu berhasil mendapatkan leher Sasuke, dan dengan kekuatan seperti para penggulat profesional dia mencekik Sasuke sambil mengangkatnya. Sekarang kondisi Sasuke seperti apa yang terjadi kepada orang tadi. Ironis.
Namun bukan Sasuke jika panik dalam situasi seperti ini. Dia menenangkan diri meskipun dengan leher yang tercekik dan nafas yang tidak bisa masuk. Dia menutup matanya sejenak, dan ketika membukanya, pupil merah dengan tiga buah titik hitam menggantikan pupil hitam gelapnya. Dengan sekali sentakan dia memutar tubuhnya, lalu menyabitkan kaki kanannya ke arah kepala gadis ini.
Suara benda lunak yang saling bertabrakan terdengar. Gadis itu terlempar beberapa meter, namun berhasil mendarat jongkok dengan kakinya. Dia sangat terkejut dengan serangan tidak terduga itu. Seorang manusia biasa, bisa membuatnya terpental seperti itu? Kali ini dia yang harus bertanya, siapa orang itu sebenarnya?
"I see, kau memang bukan Naruko, kenapa kau menggunakan tubuhnya?" Sasuke bertanya dengan tatapan datar, matanya yang merah melihat apa yang berada di dalam tubuh Naruko. Aura merah yang dipancarkan Naruko saat ini adalah milik 'sesuatu' yang mengendalikannya sekarang, Sasuke dapat melihatnya dengan mata merahnya. Apapun itu, sebaiknya dia segera mengusirnya dari tubuh Naruko.
"Cih, kau merusak hari ini, Sasuke-kun..." Gadis ini berdecak kesal. Tanpa berkata apapun, dia lalu melompat tinggi dan mendarat di atas atap bangunan berlantai dua. Benar-benar bukan manusia. Membuat Sasuke semakin waspada.
"Baiklah, waktunya pergi, kita akan berjumpa lagi, Sasuke, hihihi," Dia teerkikik pelan dan dengan sekejap, tubuhnya sudah menghilang dari pandangan Sasuke.
Sasuke menghela nafas. Sepertinya dia cukup beruntung, Tidak ada pertarungan lebih jauh. Dia benar-benar bersyukur, terlebih saat melihat gadis itu dapat melompat setinggi itu, dan menghilang secepat itu. Dia tidak akan ada kesempatan jika berhadapan dengan mahluk yang memiliki kekuatan diatasnya. Dia bisa melepaskan diri dari cekikan itu pun hanya karena faktor surprise. Mata merahnya kembali menjadi hitam normal.
Matanya melirik orang yang mejadi korban gadis itu. Tubuh orang itu tergeletak bersandar di dinding lusuh gang ini. Ternyata masih pingsan. Sasuke membopong orang yang bahkan belum ia kenal ini menuju rumah sakit terdekat.
Tanpa dia sadari, seseorang dengan senyuman gelap sedang mengawasinya dari atas gedung pertokohan. Wajahnya tidak terlihat karena dia memakai jubah hitam yang berlambang awan merah. Dia melihat semua yang terjadi di bawah sana, dan dia merasa senang sudah melihat dua orang yang memiliki 'itu' di sini. Artinya dia sudah menemukan apa yang kelompoknya cari. Dia hanya perlu mengawasi mereka sampai 'Awakening', dan dia akan mengambilnya. Orang ini tertawa pelan, lalu menghilang tanpa jejak seperti asap.
So, how is it? Masih lom jelas?
Dari awal memang udah gak jelas nih cerita *OTL*
Ok dah, kalau suka dan pengen lanjutannya...
Please Review...
