Dari sekian banyak hal yang terjadi dalam hidupnya Sakura tidak pernah sekali pun menyangka bahwa bertemu dengan seseorang di masa lalunya adalah hal yang harus dilaluinya di hari damainya ini. Seseorang yang telah menghabiskan lebih dari setengah panjang hidup Sakura untuk menangisinya. Seseorang yang namanya pun tidak ingin lagi Sakura rekam di memorinya. Seseorang yang telah kurang ajar menghabiskan stok kantong rindu di sudut hatinya sampai kandas. Sakura pernah bersumpah, bahwa orang itu—Uchiha Sasuke—tidak akan pernah tertulis kembali dalam lembaran sejarah masa depan hidupnya.

Namun,

Bagaimana jika dia kembali dengan kondisi seperti ini?

.

.

allihyun presents

Circle

a SasuSaku Fanfiction

AU. OOC. Alur maju mundur. Typo(s). Misstypo(s). Rate M for safe.

main pair : SasuSakuIta

genre : Hurt/Comfort, Crime, Romance, Family

DLDR is on term.

Naruto and its character © Masashi Kishimoto

Circle © allihyun

Special for my beloved daughter (?) emerallized onyxta

-chapter I-

Why Do You Back?

Senyum girang matahari pagi mengiringi kicauan burung gereja yang bernyanyi tak kalah riangnya mewarnai nuansa pagi di kota Konoha waktu ini. Angin lembut bulan Juni ikut menyambut menggoyangkan dedaunan kering yang berjatuhan di jalan, sesekali menggesek-gesek ranting renta yang masih mempertahankan dirinya pada rangkaian dahan pohon-pohon di kanan kiri jalanan utama. Beberapa aktivitas penduduk kota yang sudah merintis maju ini sudah terlihat ikut meramaikan suasana esok hari yang masih didominasi warna jingga sang surya. Ada anak-anak kecil yang sudah sibuk berlarian mengejar bus pertama mereka ke sekolah, ibu-ibu yang mengantre di halte untuk berbelanja di pasar tradisional, sekumpulan pejalan kaki yang sedang asyik mencelotehkan what-was-hot-today, dan tidak sedikit pekerja kantoran yang setengah berlari sambil sesekali mengerling arloji mengejar kereta mereka. Semuanya bergerak sendiri-sendiri hampir tanpa bersinggungan namun menciptakan dinamika kesibukan yang harmonis.

Memang begitu lah biasanya pagi hari di Konoha, ramai dan padat. Khas kota metropolitan jaman sekarang. Apalagi mengingat sekarang sudah 15 menit mendekati jam tujuh pagi, kesibukan dimana-mana bukan pemandangan asing yang bisa dijumpai di Konoha.

Namun, sepertinya tidak semua kesibukan itu menyentuh setiap elemen kota Konoha. Di salah satu sudut kota Konoha, tepatnya di sebuah apartemen bernomorkan 237 yang terletak di jalan Foxie 1010, terlihat seorang wanita muda baru saja menggeliatkan badan sintalnya dari lindungan selimut biru dongker-nya. Surai merah jambunya yang memanjang sampai punggung masih terlihat acak-acakan. Sementara mata jade-nya masih mengerjap-ngerjap malas menyesuaikan kemampuan pandangnya dengan sinar matahari yang seenaknya menerobos masuk lewat jendela kamarnya. Tirai kamarnya yang berwarna senada dengan selimutnya itu sudah terbuka lebar dengan sempurna. Pasti suaminya yang membukanya.

Ngomong-ngomong soal suami—

"ITACHI-KUN!"

—wanita berusia 23 tahun itu langsung terlonjak dari posisi terlentangnya begitu otaknya mengirim sinyal-sinyal berupa rangkaian alphabetic berbunyi suami. Uchiha Itachi, yang tidak lain adalah suaminya bukan tipe orang yang suka melihat istrinya bangun lebih siang daripada dirinya. Fakta itu yang membuat wanita yang kali ini hanya bermodalkan selimut untuk melindungi privasi tubuhnya itu langsung berjengit kaget dan melontarkan selimutnya menjauh. Sama sekali lupa dengan kondisi tubuhnya. Dia baru sadar ketika dilihatnya cermin besar yang memang diletakkan di depan ranjang king size-nya itu memantulkan sosok dirinya dalam wujud sempurna tanpa sehelai benang pun. Buru-buru wanita yang terlihat identik dengan nuansa musim semi itu kembali menyelinap ke balik selimut biru dongker-nya setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk berteriak lebih dulu. Meskipun sudah bukan pertama kali baginya melihat dirinya dengan kondisi yang sama bukan berarti akan terbiasa. Melihat ruam-ruam merah yang menghiasi beberapa jengkal tubuhnya selalu berhasil membuat pipi chubby-nya merona.

"Hah gara-gara Itachi-kun curang! aku jadi bangun kesiangan!" gerutunya sambil menggulung dirinya dengan selimut sampai sebatas dada.

Badannya masih terasa pegal akibat 'permainan'nya dengan Itachi yang memakan waktu lumayan lama tadi malam. Lebih lama daripada yang terakhir mereka lakukan sebulan yang lalu. Mengingat pekerjaan suaminya sebagai salah satu anggota andalan Interpol tidak heran frekuensi hubungan intim mereka agak jarang. Hanya saja Itachi adalah orang yang berpatokan pada kualitas, bukan hanya kuantitas. Jadi tidak heran jika sekalinya 'bermain'kondisi wanitanya jadi agak 'menyedihkan', seperti pagi ini misalnya. Untung saja Sakura—istrinya—hari ini mendapat cuti dari rumah sakit tempat dia bekerja. Jadi bukan masalah besar jika seharian dia agak kesulitan berjalan. Yang jadi masalah sekarang adalah—

"Itachi-kun, kok tidak ada?"

—sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan suaminya di kamar yang sudah mereka tempati bersama selama empat tahun ini. Wanita Uchiha itu menautkan kedua alisnya begitu menyadari hal itu. Reflek tangannya bergerak ke meja kecil di samping tempat tidur mereka dan menemukan secarik kertas berwarna kuning. Tarikan nafas kesal langsung tersuarakan dari bibir merah merekahnya, tanpa perlu membacanya pun Sakura sudah hafal dengan isi memo yang ditinggalkan Itachi itu. Suaminya itu sudah berangkat lagi ke kantor dengan alasan ada misi darurat di Interpol. Hal ini bukan hal yang pertama terjadi. Itachi terlampau sering mengutamakan misinya sebagai salah satu agen kepercayaan Interpol—semacam lembaga penyelidik profesional di Konoha—dan mengabaikan istrinya di rumah. Bahkan walau pun pasangan muda itu sudah menyusun rancangan pergi berdua, setiap ada panggilan dari Interpol maka buyarnya rencana yang sudah mereka susun dari berhari-hari sebelumnya itu adalah sesuatu yang bisa dipastikan.

Kesal sudah pasti wajar. Sebagai seorang istri, perhatian lebih dari suaminya adalah kebutuhan yang tak terelakkan. Bahkan walau pun Sakura sudah lebih dari sekedar paham kenapa suaminya begitu menggilai misi-misinya di Interpol. Ya, misi terselubung di balik misi-misi beresiko tinggi yang sering diambil oleh sulung Uchiha itu. Walau pun Itachi tidak pernah mengucapkannya secara gamblang, tapi Sakura tahu tujuan utama Itachi selama ini adalah untuk bisa menemukannya.

Nyuuuuttt-

"Ah!" Sudut kiri dada Sakura seketika terasa nyeri mengingat alasan utama Itachi mau membahayakan diri dengan misi-misi resiko tingginya. Secara tidak langsung Sakura ikut turut mengambil andil dalam keputusan yang dibuat Itachi. Kalau saja Sakura tidak pernah mengenal laki-laki brengsek itu, sudah pasti sekarang Sakura tidak akan pernah merasakan nyeri di ulu hati seperti ini. Punggungnya pun tidak perlu mengalami bekas luka bakar permanen yang membuatnya selalu merasa malu jika berhadapan dengan Itachi di ranjang. Cih, laki-laki itu memang sebaiknya tidak pernah ada. Bahkan menyebutkan namanya pun Sakura sudah tidak sudi. Baginya, nama laki-laki itu hanya akan tersimpan dalam kotak Pandora yang selamanya tidak akan pernah Sakura buka.

Tapi sepertinya Itachi mempunyai pandangan lain tentang itu. Laki-laki Uchiha itu begitu terobsesi untuk menemukan adik semata wayangnya. Padahal apakah adiknya itu masih menganggap Itachi sebagai kakak saja Sakura menyangsikannya. Bukan sekali dua kali Sakura menentang misi Itachi itu, acap kali sepasang suami istri itu bertengkar kecil karena mendebatkan hal ini. Namun Itachi selalu saja menutupnya dengan senyum maklum dan tepukan halus di kepala Sakura. Hanya dengan itu, karena Sakura tahu hal itu menandakan Itachi tidak mau didebat lagi. Keputusan Itachi tidak pernah goyah untuk hal ini.

"Kuso!"

Sakura mendecih kesal. Mengingat laki-laki itu hanya akan membangkitkan emosi labilnya yang tertidur. Akhirnya dengan geraman tertahan wanita dengan tinggi semampai itu menggerakkan dirinya untuk beranjak dari kasur. Dengan selimut membungkus tubuhnya tentu saja.

Mandi dan keramas sepertinya bisa membuat otaknya lebih segar.

.

.

.

Selesai mandi dan merapikan diri Sakura membiarkan dirinya khusus untuk bersantai hari ini. Tidak ada kegiatan yang akan dia lakukan seharian selain tidur-tiduran, duduk-duduk membaca, browsing, menonton TV atau sekedar bergosip ria dengan Ino di telepon. Sahabatnya itu sedang menikmati masa bulan madunya bersama suaminya, Sai, di Korea. Jadi kebiasaan mereka untuk bergosip sambil minum teh di kafe langganan mereka harus dihentikan dulu selama kurang lebih tiga minggu. Sakura sedikit mencibir iri kalau ingat sahabat karibnya itu tengah menikmati bulan madunya di negeri orang selama tiga minggu, pasalnya dia sama sekali belum merasakan indahnya bulan madu selama empat tahun menyandang gelar Nyonya Uchiha. Yah, mengingat kondisinya sendiri ketika awal pernikahan mereka hal itu bisa dimaklumi, sih. Kalau mengingat itu hati Sakura terasa ada yang dengan sengaja mencubit, ada rasa bersalah yang bercokol di hatinya. Suaminya sempurnanya, Itachi, pasti sudah bersabar begitu banyak sampai Sakura bisa stabil seperti sekarang ini.

Ngomong-ngomong terima kasih pada Itachi yang sudah meninggalkan pesan di kertas kuningnya. Laki-laki 26 tahun itu memang pengertian dengan meninggalkan pesan kalau hari ini Sakura seharian bisa bersantai tanpa melakukan apa-apa termasuk memasak. Itachi janji khusus malam ini dia akan pulang lebih cepat dan akan memasak untuk makan mereka berdua. Anggap saja itu sebagai ganti batalnya acara piknik kecil mereka hari ini.

Tersenyum kecil sambil membaca ulang pesan Itachi yang ditinggalkan di meja, Sakura kemudian berjalan ke arah ruang keluarga. Di sana hanya ada sebuah sofa bernuansa biru dan karpet beludru bercorak abu-abu beserta TV LED di depannya. Dengan santai wanita itu menjatuhkan dirinya di sofa, berniat menyalakan TV dengan remot. Tapi kemudian bunyi ringtone dari ponselnya menarik atensi mantan gadis Haruno itu. Matanya menyipit heran melihat nama yang tertera di layar ponsel merah muda-nya.

"Hei pig! Ada apa kau menghubungiku sepagi ini?"

"Sakura, kau… kau sudah buka Konohacom pagi ini belum?"

Sakura menautkan alis pink-nya dengan heran. Sejak kapan Ino jadi rajin buka Konohacom? Situs itu hanya memuat berita kriminal dan politik, bukan gosip.

"Saku? Kau mendengarku?"

"Ah, iya! Memangnya ada apa di Konohacom? Tidak biasanya kau buka-buka situs itu."

"…"

"Pig?"

"…"

"Ino?"

"Hhh, aku tidak yakin harus memberitahumu atau tidak, tapi-"

"Katakan saja!"

Terdengar helaan napas berat dari Ino di seberang sana. Sakura mengenal baik kebiasaan Ino, sahabatnya itu tidak akan menghela napas sedemikian keras kalau memang bukan hal penting dan serius yang ingin disampaikannya.

"Ino?"

"Sasuke, dia-"

Rahang Sakura langsung mengeras,

"Aku tidak mengenalnya!"

"Sudah kubilang kan aku tidak yakin akan memberitahumu atau tidak. Tapi Saku-"

"Dengar Ino, aku tidak mengenalnya dan tidak ada hubungan apa pun dengan pria brengsek itu. Jangan membuang tagihan telponmu hanya untuk mengabariku hal yang tidak perlu aku tahu."

Sakura dapat merasakan napasnya sendiri mulai memburu begitu mendengar nama itu. Detak jantungnya menaikkan tempo iramanya. Bulir-bulir keringat mulai menghiasi jidat lebarnya. Tidak bisakah hidupnya sehari saja tenang dan santai? Itachi sudah memberikan waktu santainya hari ini, kenapa harus ada kemunculan nama yang tidak pernah diharapkan ada itu di saat seperti ini?

Secara serampangan wanita Uchiha itu kemudian menyalakan TV di depannya. Berharap ada hal lain yang bisa mengalihkan emosinya saat ini. Ponselnya menggantung di apitan tangan kanan dan telinganya. Di seberang Ino masih mengoceh, entah apa, Sakura sudah menulikan telinganya. Tidak peduli rentetan huruf apa yang keluar dari mulut Ino di seberang sana.

Tapi—

—seberapa kuat pun usaha Sakura untuk menulikan telinganya, sepertinya dunia hari ini tengah bersekongkol untuk mempermainkannya. Boleh saja Sakura tidak lagi peduli dengan perkataan Ino di seberang sana, tapi mata wanita itu tetap harus menerima pengkhianatan dari tayangan televisi di depannya.

Di sana, terpampang jelas wajah yang bertahun-tahun lalu sempat begitu memenuhi hatinya sampai terasa sesak. Masih wajah yang sama. Dengan kulit putih pucat, mata hitam kelam, alis hitam pekat dan rambut sekelam malam yang mencuat di bagian belakang. Hanya poni depannya yang lebih memanjang daripada yang Sakura masih ingat. Wajah tampan itu tertunduk saat tertangkap kamera, tapi sekilas terlihat mata hitam kelamnya masih saja menyiratkan bahaya yang menjerat. Seolah menantang siapa saja untuk menyelaminya lebih dalam.

Napas Sakura kembali tercekat. Manik hijau matanya terbelalak lebih lebar. Lidahnya kelu dan tiba-tiba saja mulutnya terasa kering. Persendian tubuhnya serasa lolos satu per satu. Ponsel yang tadinya masih tergenggam di tangannya, kini mulus terjatuh di sampingnya. Menyisakan suara Ino yang bernada tanya di ujung satunya.

Kalau tadi Sakura menulikan telinganya, maka sekarang dia benar-benar tuli dari suara-suara di sekitarnya. Gravitasi bumi seolah tidak lagi mampu menahannya untuk berpijak. Di otaknya hanya terekam satu frame wajah yang sudah susah payah dibuangnya dari ingatan dan sebuah tajuk utama yang tadi melintas di tayangan berita yang secara tidak sengaja dia tonton.

Interpol telah berhasil membekuk dalang di balik aksi terorisme di Konoha 4 tahun terakhir ini, Uchiha Sasuke.

"Brengsek! Untuk apa kau kembali muncul?"

==== tbc ====

Haloooooooo XD

FF ini request dari si mput, emerallized onyxta. Tadinya pengen full hurt/comfort tapi entah kenapa malah kepikiran crime jadinya yah, tararaaaaa kaya giniii ==" hiks. Maap mput kalo belum kerasa hurt-nya, kamu tahu kan nak aku ga jago nge-hurt T.T *mata berkaca-kaca*. Dan maap juga nih publishnya mundur-mundur, lagi banyak tanggungan juga ehehehe. Udah kaya mpok minah aja gue maap-maap mulu =="

Btw, kayaknya saya kena tanda-tanda WB huhuhu, jadi susah banget nuangin ide ke kata-kata. Jadi scene-nya di kepala jalan, tapi nuangin ke kalimat yang pas itu susah banget. Lari kemana-mana jadinya, errrr. Ada yang bisa nolongin saya? T.T

Ohya dan ini saya pasang di rate M bukan karena mau nge-lime atau nge-lemon yak hehehe, saya suka baca itu tapi gak bisa bikin OwO. Cuma buat aman-nya aja karena bahasa yang saya gunakan agak-agak dewasa (ecieeeh) makanya saya taruh di rate M. Jadi maybe kalau pun ada lime, implisit aja. Cuman jangan terlalu ngarep hehe :p

Okelah, itu aja curhatan dari saya. Maap panjang banget hehe. Mind to RnR?

See ya next chapter ! :D

Story only = 1763word

180613, withabunchoftask

allihyun.