Holla minna!
Setelah sekian lama, aku cuma baca-baca, sekarang aku udah jadi member disini, dan ikut nulis fanfic disini!
Ini cerita pertamaku, dengan pair HitsuRuki. Hm, ga full HitsuRuki sih, ada slight HitsuKarin. Gomen ne kalau jelek… maklum, ini fic pertama yang berhasil aku bikin… hehehe.
Oke, daripada lama-lama, silahkan dinikmati! *emang makanan* *abaikan*
Disclaimer: Bleach original character by Tite Kubo-sensei!
Summary: Hitsugaya Toushiro, seorang siswa SMA Karakura. Kedua sahabatnya, Ggio Vega dan Yukio Hans Vorarlberna, menyarankan agar ia mendekati Kuchiki Rukia -senpainya di SMA Karakura- yang sudah lama ia kahumi. Ia mulai bingung. Dan ketika Kami-sama telah memudahkan jalannya, apa ia akan berhasil mendekati Rukia dan menyatakan cinta padanya? HitsuRuki, HitsuKarin.
Chapter 1: First Introduction
"Aku terlambat lagi!" seru bocah berambut putih berlari-lari. Kaki-kakinya —yang mungil— menyelusuri lorong-lorong menuju kelasnya. Langkahnya terhenti di depan kelas 10-3. Bocah itu mengatur nafasnya dan menggeser pintu kelasnya. "Sumimasen, Aizen-sensei."
Guru berkacamata tebal itu berbalik dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau terlambat. Kali ini apa lagi, Hitsugaya Toushiro?"
"E.. Ano.. Aizen sensei…" Toshiro memegang tengkuknya gugup. Apalagi saat ini sekelas memandanginya dengan tanda tanya di kepala mereka.
"Mungkin dia harus mencuci celananya karena mimpinya semalam, sensei." Celetuk Karin memecah keheningan. Seluruh murid di kelas 10-3 gaduh, menertawakan celetukan Karin yang sukses membuat wajah Toushiro memerah menahan malu.
PLETAK! Aizen sensei yang melempar penghapus papan tulis ke papan tulis. Satu kelas hening seketika, menatap Aizen-sensei bingung. Aizen menghela nafas.
"Baiklah, Hitsugaya. Sebagai hukuman, kau harus membersihkan ruangan OSIS sepulang sekolah nanti. Sekarang, duduklah di bangkumu."
"Hai." Toushiro membungkuk lalu berjalan menuju bangkunya.
"Hm, sudah seminggu ini kau terlambat terus, Toushiro." Ujar Yukio, yang duduk di samping Toushiro sambil bermain game di PSP-nya.
"Apa jangan-jangan yang dikatakan Kurosaki itu benar? Kalau begitu siapa yang kau mimpikan?" timpal Ggio iseng. Ggio menyeringai lebar pada Toushiro.
"Hei, apa-apaan wajahmu itu! Kau mau menggantikan Ichimaru-sensei yang tidak masuk?" hardik Toushiro, berusaha menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah.
"Ah! Aku tahu! Pasti Kuchiki-senpai kan?" goda Yukio. Wajah Toushiro semakin merah.
"Kuchiki Rukia? Kelas 11-2? Haha! Jangan bercanda kau Yukio, Kuchiki-senpai itu tidak ada seksinya, dia R-A-T-A." celetuk Ggio sambil mengeja kata 'rata' di akhir kalimatnya. Toushiro melempar tatapan membunuh pada Ggio.
"Urusai!"
Ggio gelagapan merasakan suhu di sekitarnya turun drastis —yang entah kenapa— selalu muncul ketika Toushiro marah.
"Gomenasai, Toushiro-sama." Mohonnya sambil menangkupkan kedua tangannya di depan kepalanya. Ggio menghela nafas lega ketika suhu di sekitarnya berangsur normal.
"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku, Toushiro. Sekarang katakan, apa kau bermimpi tentang Kuchiki-senpai?" Yukio bertanya lagi sambil sibuk dengan PSP-nya.
Toushiro menggeleng. "Tidak."
"Lalu, kenapa kau terlambat lagi?" tanya Ggio dan Yukio, bersambungan.
Toushiro menghela nafas. "Ban sepeda Momo bocor lagi."
Ggio dan Yukio menahan tawa, mulai tertawa cekikan, dan tertawa terbahak-bahak. Toushiro menatap kesal pada kedua sahabatnya itu, menebarkan hawa dingin lagi di sekitar mereka. Ggio dan Yukio berhenti tertawa saat itu juga. Ggio mengatur nafas setelah suhu kembali normal.
"Hei, kuberi tahu kau, Hitsugaya Toushiro. Kalau kau masih nempel dengan sepupumu itu, kau tidak akan bisa mendekati Kuchiki-senpai."
"Hm." Gumam Yukio mengangkat jempolnya, sebagai tanda ia mengiyakan kata-kata Ggio. Toushiro menaruh dagunya di meja.
"Lalu bagaimana? Kami memang sudah dekat dari kecil. Dan saat orangtua Momo pergi dan tinggal di Korea, mereka menyuruhku untuk menjaga Momo."
"Kenapa kau repot-repot sampai melewatkan kesempatanmu untuk mendekati Kuchiki-senpai? Bukankah Momo juga punya pacar, Izuru Kira dari kelas 10-6? Ayolah, Toushiro. Kau juga harus memikirkan dirimu sendiri. Momo juga pasti akan sibuk dengan si pirang itu. Kau mau sendirian, ditinggalkan Momo dengan pacarnya? Makanya, kau juga harus punya pacar." nasihat Ggio pada Toushiro.
Toshiro mendengarkan kata-kata Ggio dengan serius. "Hm, mungkin akan kufikirkan lagi."
Bel pulang berdering nyaring. Seluruh siswa SMA Karakura membereskan buku-bukunya lalu berjalan pulang. Toushiro bangkit dan berjalan menuju kelas 12-1, kelas sang Ketua OSIS untuk mengambil kunci Ruang OSIS.
"Shiro-chan!"
Suara lengkingan seorang gadis terpaksa menghentikan langkahnya. Tanpa semangat, ia balikkan badannya untuk melihat gadis bercepol yang tengah berjalan menghampirinya, Hinamori Momo.
"Hari ini kita tidak pulang bersama ya, Shiro-chan. Aku harus ke bengkel untuk mengambill sepedaku lalu ke rumah Kira. Ibunya mengundangku untuk makan malam. Jadi, aku juga akan pulang agak larut."
Toushiro mengangguk. "Baiklah. Hati-hati, Momo. Aku tidak akan langsung pulang, aku harus membersihkan Ruangan OSIS dulu."
Momo tersenyum lebar. "Ah, hukuman dari Aizen-sensei, ya? Ah, untungnya tadi adalah pelajaran Unohana-sensei. Jadi, aku tidak dihukum sama sekali. Hehehe. Oh ya, kalau kau mencari Kurosaki-kaicho, tadi aku lihat kaicho menuju Ruang OSIS."
Toushiro mendengus. "Terserah kau saja, Momo. Nanti malam kau kujemput di rumah Kira."
"Tidak usah. Nanti Kira akan mengantarku. Tak perlu khawatir. Baiklah, aku pergi dulu, Jaa nee, Shiro-chan~" Momo melambaikan tangannya dan berlari menghampiri Kira. Toushiro memutar haluannya, langsung menuju Ruang OSIS.
Di depan Ruang OSIS, tampak seorang pemuda bertubuh tinggi tegap memutar kunci di lupang pintu. "Kurosaki-kaicho!" sapa Toushiro. Sosok berambut orange itu membalikkan badannya dan tersenyum ramah.
"Oh, kau. Toushiro! Apa hukuman lagi dari Aizen-sensei?" tanya Kurosaki Ichigo, orang yang berada di depan pintu Ruang OSIS, ketua OSIS SMA Karakura.
"Iya, kaicho. Apa hari ini ada rapat?" tanya Toushiro.
"Tidak ada. Aku hanya akan memeriksa beberapa berkas. Ayo masuk." Ichigo mempersilakan Toushiro untuk masuk. Toushiro masuk, mengambil sapu, lalu mulai menyapu Ruang OSIS. Sementara Ichigo ke Ruang Sekretariat untuk mengecek berkas-berkas tersebut.
Setelah satu jam membersihkan Ruang OSIS, Toushiro berjalan pulang. Ichigo sudah pulang duluan, menyuruh Toushiro untuk membawa pulang kunci Ruang OSIS atau menitipkannya pada Karin yang akan latihan karate sore ini. Toushiro yang masih kesal pada Karin memilih membawa pulang kunci Ruang OSIS. Bisa-bisanya kaicho yang baik seperti itu punya adik yang menyebalkan, kata Toushiro dalam hati.
Tiba-tiba Toushiro teringat kata-kata Ggio tadi. 'Momo juga pasti akan sibuk dengan si pirang itu. Kau mau sendirian, ditinggalkan Momo dengan pacarnya? Makanya, kau juga harus punya pacar.' Kata-katanya selalu terngiang di fikirannya. Toushiro menggelengkan kepalanya frustasi. Mendekati Kuchiki-senpai? Itu akan sulit.
Kuchiki Rukia adalah anak Ketua Komite Sekolah, Kuchiki Byakuya. Dia orang kaya. Dia juga cantik dan baik, bagai Putri dari Negeri Dongeng. Bahkan walaupun rambut sebahunya dipotong menjadi seleher, dia tetap cantik. Mungkin dia tidak punya tubuh menarik seperti Inoue-senpai, atau Nel-senpai. Tapi dia sangat manis. Toushiro mengenalnya saat pertama masuk SMA, saat Rukia mempromosikan ekskul Teater. Mulai saat itu Toushiro mulai mengaguminya.
"AWAS!" pekik seseorang di belakangnya. Toushiro tersadar dari lamunannya, tapi sebelum ia membalikkan badan, sebuah sepeda menabraknya. Toushiro jatuh, begitu dengan pengendara sepeda. Ia meringis, lalu terpaku pada seseorang yang berusaha berdiri di depannya. Kami-sama, di cantik sekali… dia seperti…
"Ku-kuchiki… s-senpai?"
Rukia menepuk-nepuk roknya. "Kau tak apa-apa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan. Toshiro menelan ludahnya. Ia meraih tangan Rukia yang terulur di depannya. Rukia memperhatikan Toushiro. Toushiro yang masih gugup mulai berkeringat dingin.
"Apa kau kohai-ku di SMA Karakura?" selidik Rukia. Toushiro terlonjak.
"B-bagaimana senpai bisa tahu?" tanya Toushiro. Rukia menyilangkan tangannya di depan dadanya, bersidekap.
"Tentu saja aku tahu. Kau memakai seragam SMA Karakura. Tubuhmu juga lebih pendek dariku, lagipula tadi kau memanggilku senpai bukan?"
Toushiro dilema. Sebenarnya ia tak suka jika masalah tinggi badannya ini diungkit-ungkit, tapi sekarang yang bicara adalah senpai idamannya. Ia berusaha menerimanya.
"Siapa namamu?"
"H-Hitsugaya T-Toushiro, senpai."
Alis Rukia berkerut. "Kau tidak gagap kan? Bicaralah dengan benar."
"Hitsugaya Toushiro." Jawab Toushiro, berusaha agar tidak terlihat gugup lagi.
Rukia mendirikan sepedanya, lalu tersenyum pada Toushiro, membuat wajah Toshiro merona. "Baiklah, Hitsugaya Toushiro. Aku Kuchiki Rukia. Dan sebagai permintaan maafku, aku akan mengantarmu pulang." ajak Rukia.
Toshiro berusaha mempertahankan ekspresi cueknya. Namun dalam hati, ia melompat-lompat senang. Bingo! Senpai yang dikaguminya menawarkan tumpangan gratis untuk dirinya. Rukia menaiki sepedanya. "Dimana rumahmu, Toushiro?"
"Beberapa blok lurus dari sini, Kuchiki-senpai."
"Kebetulan, aku disuruh mengambil pesanan Kaa-san-ku di toko yang melewati jalan ini. Ayo cepat naik!"
Toushiro pun naik ke sepeda Rukia. Rukia mulai mengayuh sepedanya sambil membonceng Toushiro.
"Kau kelas apa, Toushiro?"
"Kelas 10-3, Kuchiki-senpai."
"Panggil aku Rukia saja, dan aku akan memanggilmu Shiro-kun saja, bagaimana?"
Toushiro berfikir sejenak. "Baiklah, Rukia-senpai."
"Hm, terserah lah. Apa kau sekelas dengan Karin-chan?"
Toushiro mengerutkan keningnya. "Karin Kurosaki?" Rukia mengangguk, sambil tetap fokus pada jalannya.
"Ya, dia teman sekelasku." Jawab Toushiro.
"Apa kau akrab dengannya?" Rukia melirik Toushiro.
"Tidak, aku dan dan dia malah sering bertengkar di kelas. Dia gadis yang menyebalkan." keluh Toushiro.
Rukia tertawa renyah. "Hm, sayang sekali, ya."
Toushiro mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya, Rukia-senpai?"
Rukia menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa."
Rukia tetap fokus mengendarai sepedanya. Samar-samar, Toshiro dapat mencium wangi parfum Rukia. Kamisama, bahkan sudah sore begini pun Rukia-senpai tetap wangi… fikir Toshiro.
Chapter 1 selesai! Bagaimana minna? eh aku selipin sedikit humor di tengah cerita… maaf ya kalau garing, soalnya aku emang ga pinter bikin humor… huhu TAT. Baiklah. Karena ini fic pertamaku… RNR ya minna! Arigatou! ^_^
