BABY

kookV / Kook!seme V!uke

Rated M (buat jaga-jaga)

KookV bukan milikku. Mereka punya BIGHIT, eomma appanya dan Tuhan tentunya. Akum ah calon istrinya/tabok

ONESHOOT

Warning: Typo, Non-EYD, kalimat tidak sinkron, aneh dan segala macam kejelakan penulisan yang ada di fic ini.

Oke deh,

HAPPY READING~

.

.

.


Jendela kaca yang bening mengilat menjadi sekat tempat Taehyung berpijak dengan ruangan di baliknya. Jemari Taehyung terulur untuk sekedar membuat pola abstrak di sepanjang matanya memandang dari balik kaca itu.

Hampir setengah jam dirinya berdiri di luar ruangan itu. Seakan enggan untuk bergeser seinci pun. Bukan Taehyung namanya apabila tidak tahan dengan eksistensi para perawat, dokter, office boy, atau penjenguk—yang belalu-lalang—yang menatapnya keheranan. Sesekali terdengar 'sedang apa dia?', 'kasihan sekali', 'apa tidak lelah berdiri di sana selama hampir setengah jam, eoh?'. Tentu saja Taehyung seakan tuli dengan cibiran yang dianggapnya angin lalu.

Taehyung tidak peduli. Pemandangan di depan matanya saat ini lebih menarik daripada para perawat muda atau dokter tampan yang melintas di belakangnya. Lebih menenangkan dari sekedar suasana hening di rumah sakit ini. Lebih indah dari sekedar warna-warni kehidupan yang telah Taehyung jalani.

Di kejauhan—tidak terlalu jauh dari tempat Taehyung berpijak—Jungkook mengamati lelaki cantik itu lamat-lamat. Seulas senyuman tipis melengkung di bibirnya saat Jungkook mendapati Taehyung mengembangkan senyuman tulus di sana. Jungkook mengamati Taehyung begitu antisipatif. Menebak-nebak apa yang tengah dipikirkan pemuda yang telah berganti marga menjadi Jeon itu. 'Apa yang terjadi di sana?' atau 'Taehyung terlihat begitu bahagia' seperti itulah imajiner Jungkook berkelut.

Di sana Taehyung seakan terpaku. Asik dengan dunianya, atau mungkin asik sendiri dengan imajinasinya yang entah menggambarkan apa. Tatapan matanya begitu teduh, seakan mendamba. Alisnya terangkat, menyiratkan ketertarikan. Bibirnya merapalkan beberapa kali gerakan yang seperti 'Jangan menangis' atau bisa dibilang kalimat penenang. Semua gerak-gerik Taehyung tak pernah lepas dari pandangan Jungkook.

"Dokter!"

Jungkook menolehkan kepalanya setelah suara derap langkah kaki—yang tidak begitu lebar—yang berlari menuju ke arahnya. Senyuman manis mengembang di wajah tampan pemuda kelinci itu begitu tahu siapa yang tengah menghampirinya.

Setelah berlutut, Jungkook merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat pelukan bagi gadis kecil yang kini tengah berlari menghampirinya. Tentu saja, gadis kecil itu kemudian menubrukkan tubuhnya ke pelukan Jungkook. Mendekapnya seerat mungkin, yang malah mengundang tawa kecil seorang Jeon Jungkook.

"Astaga… tumben sekali kau memanggilku, dokter?" kata Jungkook sambil memeluk erat-erat gadis kecil yang berusia lima tahun itu. "Biasanya kau memanggilku 'paman' seperti yang diajarkan ibumu. Atau mungkin 'bedebah' seperti yang diajarkan ayahmu." Jungkook menjauhkan wajahnya agar dapat melihat wajah gadis kecil yang memang cantik itu.

"Tidak boleh?" pertanyaan polos gadis kecil itu membuat Jungkook jadi gemas sendiri. "Tidak bolehkah Jiyoon memanggil paman dengan sebutan dokter?" gadis itu yang ternyata bernama Jiyoon bertanya kembali sambil memasang ekspresi bertanya khas kepolosan anak kecil. Hal itu membuat Jungkook tidak bisa untuk tidak menahan uluran tangannya mengusak rambut kehitaman Jiyoon dengan gemas. Bagaimana dengan Jiyoon? Tentu saja menampar tangan Jungkook yang bermain-main dengan rambutnya yang semula rapi. "Paman! Rambutku berantakan!"

"Astaga… galak sekali." Jungkook malah tertawa renyah. Jiyoon malah merengut. "Seperti ibumu, astaga." Jungkook terkekeh kembali seraya membantu Jiyoon untuk membenahi tatanan rambutnya yang berantakan karena dirinya.

"Kau mengataiku?"

Oh, tidak. Jungkook akan habis setelah ini.

"A-ah, Yoongi noona. Selamat pagi!" Kata Jungkook sembari berdiri lalu membungkuk hormat. "Bersama Jimin kah?" Tanya Jungkook lagi sambil mengedarkan pandangan di belakang wanita itu—mencari keberadaan Jimin—dengan jantung berdebar. Bagaimana tidak berdebar jika…

"Tidak usah mengalihkan pembicaraan, dokter." Sialnya Jungkook kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. "Kau mengataiku galak?" Jungkook menunduk takut sambil meringis setelah mendapat pelototan dari Yoongi.

"Jangan kau ajarkan putriku kalimat-kalimat tidak baik padanya, dokter." Jungkook hanya bisa menatap Jiyoon yang kini tengah menjenggut jas dokternya—takut. Melalui tatapan itu Jungkook mengisyaratkan pada gadis kecil itu bahwa semua akan baik-baik saja. Yah, setidaknya berefek baik bagi Jiyoon sendiri. Buktinya gadis itu tersenyum setelah Jungkook mengulas senyum terbaiknya.

"Maaf, noona. Maafkan aku." Yah, minta maaf adalah jalan satu-satunya agar Yoongi bisa berhenti mengomel. Demi Tuhan, omelan Yoongi adalah salah satu daftar hal yang sangat dihindari oleh Jungkook. Omelan Yoongi itu begitu panjang sepanjang aliran sungai Han kalau boleh jujur. Belum lagi kalimatnya yang begitu menggigit, hingga buat Jungkook ingin mengubur diri hidup-hidup hingga ke dasar bumi.

"Jungkook!"

Ah… setidaknya Jungkook akhirnya bisa bernafas lega. Itu Jimin yang baru saja memanggilnya. Itu berarti, Yoongi akan berhenti mengomel jika ada Jimin. Ah, syukurlah.

"Hei, Jim!" Jungkook menyalami Jimin lalu memeluk suami Min—Park—Yoongi itu dengan erat. "Astaga, kau masih bantet saja—Aduh sakit, bodoh!" Well, Jimin menjitaknya.

"Sialan kau, Kook." Jimin mencekik main-main leher Jungkook dengan apitan lengan berototnya. "Sini ku bunuh kau!"

Sementara Jimin dan Jungkook asik bergurau seperti anak kecil, Yoongi—dengan perasaan jengah terhadap kelakuan suaminya—akhirnya menarik lengan Jiyoon untuk meninggalkan kedua sahabat sedari kecil itu.


- Baby -


Jungkook mendengus kesal lantaran Taehyung tidak menyadari kehadirannya. Istrinya itu tengah asik memerhatikan satu-persatu bayi yang tengah tertidur di brankar khusus bayi yang terlihat empuk dan lembut. Sedari tadi, satu jam lebih menatap sosok mungil bagai malaikat kecil itu. Hal ini menarik perasaan Jungkook untuk memeluk sang istri.

Jungkook bisa merasakan getaran keterkejutan dari tubuh Taehyung. Namun ketegangan itu melemas kembali setelah Taehyung tahu tangan siapa yang tengah melingkar manis di perut rampingnya. Jam tangan yang melekat di pergelangan kiri tangan itu adalah jam tangan pemberian Taehyung untuk Jungkook di hari ulang tahunnya.

Sejurus kemudian, Taehyung mengusap sayang punggung tangan Jungkook di perutnya. "Kook, lihatlah." Kata Taehyung dengan wajah berseri. Nada bicaranya begitu ceria. Membuat hati Jungkook jadi bahagia. "Ah… dia tersenyum. Lihatlah!" Taehyung menunjuk bayi berjenis kelamin perempuan dengan antusias. "Cantik." Gumamnya dengan senyuman merekah di wajahnya. Jungkook lalu melepaskan pelukannya dan mengambil posisi berdiri di samping kiri Taehyung.

"Kook, mereka semua lucu." Jungkook tersenyum lagi. Tangan kanannya terulur untuk mengusap bahu mungil Taehyung dengan sayang.

"Aku ingin menggendong mereka." Tangan Jungkook membawa kepala Taehyung untuk bersandar di bahunya.

"Aku ingin membuatkan susu untuk mereka." Jungkook mengecup sayang di puncak kepala Taehyung. Ada wangi kamomil menguar di tiap helaian surai kecoklatan Taehyung.

"Aku ingin punya bayi, Kook." Lalu Taehyung menegakkan kembali kepalanya untuk sekedar menatap Jungkook tepat di manik kelamnya. Bukan apa-apa. Hanya petunjuk bagi Jungkook bahwa Taehyung bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Senyuman manis yang Jungkook berikan pada Taehyung justru membuat Taehyung sebal. "Kau tidak ingin anak, eoh?" Jungkook menatap lekat manik Taehyung. Tatapannya tak berarti. Sulit diartikan.

"Kook, kau tidak mendengarkanku?" Taehyung memasang wajah sebal. Jungkook masih saja diam. Uh...

Ada jeda sekitar lima menit, dan itu buat Taehyung jengah. Sebenarnya Taehyung takut jika kalimatnya menyinggung suaminya atau bagaimana. Sebenarnya di sini Taehyung yang ketakutan. Takut-takut dirinya salah berucap atau bertindak. Tatapan Jungkook yang tidak dapat diartikan itu buat Taehyung jadi rishi sendiri.

Bukan Taehyung namanya kalau tidak egois, hingga berakhir Taehyung yang mendengus kesal dan mengumpat-umpat kecil .

"Kau menyebalkan." Kata Taehyung sambil membenahi lipatan pakaiannya yang sedikit berantakan. "Makan siangmu sudah kuletakkan di meja kerjamu, dokter Jeon." Kalimat yang terlontar dari bibir Taehyung terdengar ketus. Taehyung lalu melirik sebentar Jungkook yang masih terpaku menatapnya. "Issshh… Aku pulang."

Lalu, setelah dihadiahi satu kecupan kilat tepat di bibir, Jungkook hanya bisa menatap punggung mungil Taehyung yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya.

Sesungguhnya, tanpa Taehyung ketahui, Jungkook tengah berkelebat dengan fantasi liarnya.


- Baby -


Begitu sampai di kamar, Jungkook disuguhkan pemandangan Taehyung yang berdiri di hadapan jendela kaca nan besar kamar mereka. Taehyung yang melamun membuat Jungkook terheran.

"Tae…" Panggil Jungkook yang kini melepas jas dokternya untuk digantungkan di gantungan pakaian.

"Taehyung." Panggil Jungkook lagi karena istrinya itu tidak juga merespon. Jungkook kesal. Tentu saja. Karena merasa diacuhkan. Hell, Jungkook tidak suka diacuhkan.

Satu tepukan mendarat di bahu kiri Taehyung. "Ah—Jungkook. Astaga, kau mengejutkanku." Taehyung mengelus dadanya yang berdebar karena terkejut. "Akan kusiapkan air hangat. Tunggu seben—Mmpphh!"

Entah berapa kecepatan yang terlalui, yang Taehyung tahu Jungkook kini melumat bibirnya dengan sensual. Sungguh. Taehyung yang tidak mengerti karena gerakan tiba-tiba suaminya, akhirnya berontak. Dipukul-pukul dada bidang sang suami pelan-pelan takut menyakiti.

Jungkook kemudian melepaskan tautan bibir mereka. Seutas benang saliva menggantung di antara bibir keduanya. Tidak puas, akhirnya Jungkook memajukan kembali wajahnya, namun gagal karena…

"Bukankah kau tidak menginginkan anak?"

What? Imajiner Jungkook bertanya-tanya.

"Bukankah kau tidak mengingingkan anak, Kook?" Taehyung berkata dengan suara yang bergetar. Jungkook benci itu.

"Hei, hei, Taehyung-" kalimat Jungkook terpotong ketika melihat air mata bergulir perlahan dari mata indah Taehyung. Tentu saja ini membuat Jungkook kelabakan.

"Ya, kau tidak menginginkannya!" suara Taehyung meninggi. Jungkook tidak mengerti sungguh. Sebenarnya ada apa, sih? "Kau menolakku tadi di rumah sakit! kau tidak menginginkan anak, maka dari itu kau menolakku!"

Oh, yang itu.

"Kau hanya diam saja ketika aku bilang ingin punya anak, Kook. Kau tidak menginginkannya, kan? tidak menginginkan kehadiran bayi di antara kita?"

Astaga, Taehyung… kau salah.

"Wajahmu itu!" Hei, kenapa dengan wajahku? Pikir Jungkook. "Wajahmu menunjukkan bahwa kau tidak menyukai keinginanku untuk punya anak."

Astaga, bahkan aku yang seorang dokter anak bisa-bisanya kau katai tidak menyukai keinginanmu itu?

"Kau… atau jangan-jangan kau tidak mencintaiku lagi?" kali ini suaranya berganti lirih.

Stop it, Taehyung. Kau salah paham.

"Atau… atau kau menemukan wanita atau pria lain jadi kau hendak meninggalkank—Hmpphh!"

Jungkook mengunci bibir Taehyung dengan begitu erat. Sungguh Jungkook tidak dalam mode siap diomeli. Sudah cukup omelan dari Yoongi tadi di rumah sakit.

Digigitnya bibir Taehyung, lalu setelah mendapat akses akhirnya melesakkan lidahnya mengeksplorasi mulut manis sang istri. Ditekannya tengkuk sang istri untuk memperdalam ciuman keduanya. Perlahan tapi pasti, Jungkook membimbing tubuh Taehyung untuk mendekat ke ranjang mereka sebelum mendorongnya perlahan untuk berbaring di sana.

Perlahan tapi pasti, tanpa melepas tautan bibir mereka, Jungkook menindih tubuh sang istri, lalu mengunci pergerakannya.

Selanjutnya, seusai pukulan pelan dari tangan Taehyung di punggungnya, Jungkook melepas tautan mereka perlahan.

"Taehyung." Panggil Jungkook sambil mengusap saliva yang mengalir di sudut bibir Taehyung. Kemudian diusapnya dengan lembut wajah Taehyung sebelum menangkupnya dengan kedua tangan.

"Taehyung tatap mataku." Taehyung menggerakkan kedua bola matanya takut-takut, namun masih mampu menatap manik kelam sang suami. Jungkook tersenyum. "Siapa yang bilang bahwa aku tidak mengingingkan anak?" kata Jungkook. Taehyung terdiam. "Kau salah paham, sayang." Kedua alis Taehyung mengerut, tanda tidak mengerti.

"Ketika kau berkata bahwa ingin memiliki seorang anak, satu hal yang ada di pikiranku." Kata Jungkook sembari memberi seringaian pada Taehyung. Sialnya, Taehyung jadi merinding dibuatnya. "Ju-Jungkook…" Taehyung meremang ketika Jungkook mengusap sensual pinggang rampingnya. Mati-matian Taehyung menahan suara pengundang hasrat itu.

"Diamlah." Suara dingin Jungkook membuat Taehyung bungkam seketika. "Kau ingin tahu apa yang ada dalam pikiranku saat itu?" Jungkook menatap tajam mata Taehyung yang menyipit penuh keingintahuan.

"Apa?" Tanya Taehyung dengan nada menantang sambil mengangkat dagunya, bersikap angkuh pada sang suami. Awas saja kalau jawabannya tidak memuaskan, pikirnya.

Lalu Jungkook mendekatkan wajahnya ke telinga sang istri, sembari berbisik: "Kalau begitu, kuat berapa ronde istriku ini?"

Menyesal Taehyung sudah bertanya.

Bohong namanya kalau wajah Taehyung tidak memerah dengan mata yang membulat. Taehyung menggigit bibirnya sendiri ketika Jungkook meniup-niup di telinganya.

"Lalu…" jeda sejenak. Taehyung sudah tidak tahan dengan godaan Jungkook. Sudahlah cukup pembuktian bahwa opininya tentang ketidak inginan Jungkook untuk-

"Aku ingin punya anak. Asal kau tahu."

Dan…

"Let's make a baby, dear." Suara Jungkook begitu sensual. Sungguh. "Aku tidak akan membiarkanmu tidur malam ini."

Lalu kecupan lembut yang berangsur menjadi gulatan lidah serta lenguhan yang Taehyung lontarkan mengawali malam panjang mereka untuk menuruti keinginan Taehyung yang menggebu.

Memiliki anak di tengah keluarga kecil mereka.

.

.

.

.

End


INI APAA?/teriak sendiri. hehe~

Haiiii lama tak jumpa. Bukannya ngelanjutin fic kemaren eh malam bikin wansyut beginian wkwkwk. ah, gapapa yah? :v

Wansyut. Wkwkwk entah kenapa gabisa tidur habis ngerjain tugas nirmana buat besok. Hmmmm jadi ya bikin ini deh. Terinspirasi tadi pas di rumah sakit lihatin dede-dede bayi yang baru aja lahir ke dunia. Yaampun, entah kenapa aku jadi nangis liatin mereka. :') membayangkan dulu aku kaya gitu. Huhuhuhuuuu mungkin lima tahun lagi aku bakal punya anak. Wkwkwkwk

Ah lupakan.

Oke deh… makasih~ semoga suka. Yaa meskipun gaje sih.

tolong review~ yaaa

saranghae :*