4. Hari kedua, 01.12 AM.
Dingin.
Rasanya dingin seperti es.
Lelaki bersurai hitam gelap itu memandang sekelilingnya, mendapati dirinya berada di tengah tumpukan salju yang terlihat empuk–namun dinginnya menusuk sampai tulang. Giginya bergemeletuk, menggigil ditengah suhu dibawah 0 derajat. Matanya menyipit, memandangi rombongan penguin yang beriringan berjalan ke arahnya.
Eh, penguin?
Kenapa bisa ada penguin dan salju di Malaysia?
Lucu sekali, padahal Fang ingat sekali bahwa semalam dia sedang berada di kamar hotel, berebut jatah kasur dengan rivalnya–sampai-sampai mereka berdua kelelahan dan tertidur. Tapi, sekarang dia tiba-tiba berpindah tempat.
Salju dan penguin itu identik dengan kutub selatan.
Berarti, sekarang dia sedang berada di kutub sela–
"HUAAH!"
Fang terbangun di tengah tidurnya dengan wajah kusut. Nafasnya terengah-engah, dan sekarang dia sedang mencoba untuk menormalkannya kembali. Matanya tertutup, berusaha merilekskan diri. Mimpi random macam apa itu? melihat penguin, salju bertumpuk dan rasa dingin yang menusuk–
–tunggu, sepertinya rasa dingin itu nyata.
Mata violet itu berpendar, memandang sekelilingnya sembari mengelus kedua lengannya–berusaha menghangatkan diri. Ia mendapati bahwa selimutnya–yang seharusnya menutupi badannya dari suhu pegunungan yang menusuk–malah sudah tidak ada. Fang menelusuri kamar penginapan itu, sampai maniknya berhenti pada rivalnya yang tengah tertidur lelap.
Boboiboy terlihat sedang menggulung dirinya di tengah selimut tebal yang hangat.
Seluruh tubuhnya tertutupi, kecuali kepalanya dengan wajah yang menunjukkan ekspresi damai–dan Fang benar-benar akan memandangi wajah itu dengan rona merah di pipinya jika keadaannya tidak seperti ini. Sepertinya hawa dingin berhasil membekukan hatinya yang biasanya berdegup kencang saat bersama ataupun hanya melihat Boboiboy.
Sialan!
Dengan jengkel, jemari Fang segera menggenggam ujung dari selimut itu lalu menariknya kuat-kuat, sampai-sampai tubuh Boboiboy terguling lalu jatuh dari kasur–menimbulkan suara dentuman yang terdengar menyakitkan. Fang bersorak dalam hati, mendapati selimut yang sedari tadi dimonopoli Boboiboy kini sudah berada di genggamannya.
Sementara Boboiboy?
"Ugh…"
Manik hazel Boboiboy mengerjap pelan, dengan tangan yang sedang mengusap punggungnya yang terasa sakit. Tubuhnya menggigil karena kontak langsung dengan lantai yang dingin seperti es. Ia mengerang, lalu memandang sekelilingnya.
Kenapa dia bisa ada dibawah?
Boboiboy segara menegapkan badannya, lalu mendapati seorang lelaki berwajah oriental tengah menggulung dirinya dengan selimut–sebuah seringai terpatri di wajahnya. Dengan ekspresi meremehkan seperti biasanya, ia terkekeh saat melihat gigi Boboiboy bergemeletuk karena kedinginan.
"Makan tuh lantai dingin!"
Wah, ngajak berantem, nih.
Boboiboy segera menarik selimut yang dipakai Fang, membuat lelaki bersurai kehitaman itu terjungkal, untungnya tidak sampai terjatuh ke lantai. Dengan jengkel, Fang langsung menolehkan kepalanya, memandang Boboiboy yang sedang bersiap untuk melanjutkan tidurnya–dengan selimut yang ada padanya.
Twitch.
Sudut perempatan sudah muncul di dahi Fang–sementara Boboiboy hanya memutar kedua bola matanya, lalu berdecak pelan.
"Wah, Fang sudah marah, aku takut sekali!" Boboiboy berkata dengan nada mengejek, wajahnya dibuat-buat seperti orang ketakutan. "Aduh, siapapun tolong aku~"
"SIALAN!"
Fang menerjang Boboiboy, memulai perkelahian diantara mereka berdua. Akhirnya, gulat pun dimulai–diiringi dengan beragam sumpah serapah.
"SINI, PUKUL KALAU BERANI!"
"BUAT APA TAKUT?! ANAK CICAK!"
"SEPATU BAU KAKI!"
"IKAN NILA!"
"BADAK CULA SATU!"
Dan berbagai umpatan random meluncur dari mulut mereka, bersamaan dengan pukulan yang ditujukan satu sama lain. Mereka berhasil menimbulkan suasana gaduh–padahal sekarang masih dini hari. Beberapa pengunjung yang menginap di kamar sekitar mereka mulai terbangun, sementara satpam yang berada diluar hanya menghela nafas.
Ini sudah kedua kalinya mereka bergaduh,
Batin satpam itu, sembari melangkahkan kakinya menuju kamar yang dihuni duo anak rusuh–ingin menjewer mereka seperti yang kemarin ia lakukan.
.
.
Estupido
By : Nataliezore
Disclaimer : Animonsta Studio, Malaysia
Rate : T
Warning : Yaoi, BL, OOC, Bahasa Indonesia, with BBBFang pairing. DLDR. Stay back, I've warned you.
.
.
1. Hari pertama, 09.30 AM.
Study Tour kali ini seharusnya menyenangkan.
Fang sudah mengatur semuanya. Dia ingin menginap di kamar sendiri, menikmati pemandangan di Genting Highland ditengah suasana yang tenang. Seharusnya seperti itu.
Tetapi, semuanya berubah menjadi berantakan berkat Ying dan Yaya–duo fujoshi yang sedang berusaha membantunya. Mereka berhasil mengubah daftar kamar murid secara diam-diam, dan menurut Fang itu adalah hal yang gila. Dan kau tahu siapa yang sekarang sekamar dengan Fang?
Boboiboy–rival sejatinya, atau bisa dibilang orang yang ia sukai.
"Ini kunci kamarmu,"
Fang tersadar dari lamunannya, lalu menolehkan kepalanya ke arah seorang gadis berkuncir dua yang tengah menyodorkan sebuah kunci. Sebuah senyuman ganjil terpatri di wajah gadis itu, dengan manik hitam yang memandangnya dengan jahil.
Fang mendengus, lalu tangannya meraih kunci itu dan mengambilnya. Ying yang melihatnya hanya terkekeh, lalu tersenyum. "Ayolah, aku dan Yaya hanya berusaha membantu."
Lelaki bersurai hitam berantakan itu memutar kedua bola matanya, lalu menjawab dengan nada sarkastik. "Terima kasih atas bantuannya, ini benar-benar menyusahka–"
"Hei, kau sudah dapat kunci kamarnya?"
Tiba-tiba Boboiboy menepuk pundak Fang, dan lelaki berwajah oriental itu tentu saja kaget–dengan wajah yang perlahan memanas. Boboiboy kelihatannya tidak menyadari perubahan warna wajah Fang, namun Ying tentu saja tahu.
"Menyusahkan, ya," Ying menyeringai, berbicara dengan setengah berbisik. "kau seharusnya melihat dirimu sendiri. Merah tuh muka."
Tiba-tiba Boboiboy angkat bicara–tidak mendengar bisikan Ying terhadap Fang. "Oh iya, sekarang belum boleh masuk ke kamar hotel, kita akan makan siang dan jalan-jalan dulu, nanti sore baru bisa check-in."
"Begitukah? Baiklah, seharusnya Yaya sudah ada di dalam bis. Aku akan menyusulnya, selamat tinggal!" Perempuan itu langsung beranjak pergi, berjalan keluar dari lobby hotel–meninggalkan Fang dan Boboiboy berdua.
Fang bersumpah dia sedang mati-matian untuk menahan diri agar tidak meninju wajah gadis itu.
2. Hari pertama, 08.48 PM.
"Huah, lelahnya!"
Boboiboy merentangkan kedua tangannya, berusaha meregangkan badannya yang terasa remuk. "Tadi itu benar-benar menyenangkan, mana kunci kamarnya?"
Fang yang masih berjalan di belakangnya hanya berdecak "Sabar sedikit! Menurutmu, barang-barang ini nggak berat, apa?!" dia mengangkat kedua tas yang penuh dengan pakaiannya dengan susah payah–menunjukkan rasa susahnya. Boboiboy terkekeh.
"Terserah kau, lah," Tangan lelaki bersurai kecokelatan itu terangkat, menunjukkan telapak tangannya. "Sini, lemparkan kuncinya."
Fang segera mengambil kunci yang berada di kantongnya, lalu melemparkannya ke arah Boboiboy. Dengan sigap, ia menangkapnya lalu membuka pintu kamar mereka berdua. Namun–
"Eh?"
Boboiboy mengerjapkan kedua matanya–memandangi kamar hotel yang akan ditinggalinya selama lima hari kedepan. Kamarnya terlihat mewah dan rapi, itu hal yang bagus. Tetapi, bukan itu yang membuatnya kaget.
Fang yang kerepotan membawa tasnya mendengus jengkel, karena Boboiboy masih saja berdiri di ambang pintu dengan wajah kaget. "Cepat masuk, sialan!"
"Sebaiknya kau lihat dulu kamar kita." Mata Boboiboy masih saja berpendar, seakan-akan kamar itu adalah hal paling aneh yang pernah dilihatnya. Fang hanya berdecak pelan, lalu ikut melihat ke dalam.
Tunggu.
Seharusnya kamarnya terdiri atas dua kasur single bed.
"K-kenapa kasurnya jadi cuma satu, dan ukurannya king size begini?"
Dan Fang sangat tahu, ini bagian dari rencana duo fujoshi yang diyakini tengah tertawa laknat akan nasib mereka berdua.
3. Hari pertama, 09.32 PM.
Boboiboy merebahkan badannya ke kasur–melepas rasa lelah setelah berjalan-jalan seharian. Dia sudah merapihkan bajunya di lemari hotel, dan hal yang benar-benar ingin dilakukannya adalah tidur. Matanya tertutup, dengan kesadaran yang perlahan menghilang, namun–
"Minggir!"
–tiba-tiba sebuah suara mengganggunya yang sudah siap untuk pergi ke alam mimpi.
Boboiboy membuka sebelah mata, mendapati rivalnya yang baru selesai mandi memandangnya dengan wajah jengkel yang malah terlihat manis. Rambutnya yang biasa mencuat ke segala arah agak turun karena dibasahi air. Tubuhnya terlihat ramping dibalut piyama tipis, dan Boboiboy benar-benar ingin me–
OY INI BUKAN FIC RATE M.
"Apaan sih?" Boboiboy menjawab dengan nada malas. "Mau tidur, nih,"
"Kau sama sekali nggak menyisakan tempat, aku juga mau tidur!" Fang mendudukkan diri di sisi kasur, masih dengan wajah kesalnya. Lelaki bersurai cokelat yang hampir tertidur itu hanya menguap, lalu bergumam pelan sebagai respon.
"Dibawah saja. Pakai karpet untuk alas, atau apalah, terserah."
Son of a bitch.
Fang berdiri di atas kasur berukuran king size itu, lalu menendang tubuh Boboiboy kuat-kuat–sampai-sampai ia terjungkal dan terjatuh. Lelaki bersurai hitam gelap itu menyeringai, lalu segera tidur–memastikan Boboiboy tidak mendapatkan sedikitpun tempat di kasurnya.
"APAAN SIH!"
Boboiboy berteriak dengan emosi, melihat Fang yang sudah mengambil seluruh jatah tempat. "Tidur saja dibawah, pakai alas apa saja, terserah. Aku mau tidur, selamat malam."
"MINGGIR, SIALAN! DIBAWAH DINGIN!"
"Jadi Boboiboy yang pemberani sekarang sudah takut dingin?" Fang menyeringai, dengan senyuman meremehkan. "Wah, lemah sekali."
Bendera perang sudah dikibarkan, pemirsa!
Dalam waktu yang tidak lama, suara gaduh dan barang-barang berjatuhan mulai terdengar dari kamar mereka–padahal hari sudah malam dan orang-orang sudah bersiap untuk tidur. Seorang satpam yang berada tidak jauh dari kamar Boboiboy dan Fang hanya berdecak malas dan mulai bergerak.
Siap-siap saja mereka.
Satpam itu merenggangkan tangannya, lalu berjalan pergi menuju kamar yang semakin lama semakin berisik itu.
.
TBC (?)
.
A/N : SATU LAGI CERITA RANDOM DARI SAYA~ *tebar bunga* *dibakar masa*
Huah, saya bener-bener kepincut sama pairing ini. Boboiboynya ketjeh, Fangnya tsun-tsun unyu gitu. HAHAHA MAK SAYA MENGGILA/apa
Setelah ngepublish fic saya yang 12 Months, entah kenapa saya langsung kepikiran buat masukin mereka jadi sekamar. Mengingat mereka ini suka bersaing, kalau dipikir-pikir jika digabungin pasti bisa rusuh! *dihajar warga sekampung*
Ini... penuh dengan curse words dan umpatan random. Saya sendiri juga malu sendiri ngebacanya - APA YANG SAYA PIKIRKAN WAKTU NGETIK FIC INIII *gebrak meja*
Keep or Delete?
