Petikan gitar itu membuat para penonton terdiam dalam gelap yang remang. Hanyut dengan nada-nada yang saling menyatu membentuk harmoni nan indah. Kemudian, sebuah lampu sorot menghujam sosok yang memetik gitar tersebut. Pekikan kagum menyusup di sela-sela bunyi gitar kala sang gitaris mengangkat wajahnya. Mulutnya terbuka, perlahan mengucap lirik yang membuat penonton menahan napas.

When your legs don't work like they used to before

And I can't sweep you off of your feet

Will your mouth still remember the tasted of my love?

Will your eyes still smile from your cheeks?

Nada-nada terus dikumandangkan dengan lantunan lirik penuh makna. Sang solo tersebut tersenyum, seakan-akan ia sedang menandungkan lagu cinta tersebut di hadapan sang terkasih. Seluruh pengunjung café pun hanya terfokus padanya yang duduk sambil memetik senar-senar gitar.

Darling I will be loving you 'till we're seventy

Baby my heart could still fall as hard at twenty three

I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways

Maybe just a touch of a hand

I fall in love with you every single day, and I just wanna tell you I am

Semuanya terhanyut dalam percikan melodi yang membumbung di udara; bersamaan dengan gadis itu yang memejamkan matanya. Semakin menghayati setiap lirik lagu tersebut. Jemarinya yang lentik tetap membentuk padanan simfoni dari senar-senar yang terlalu sering dipetik itu.

So, honey, now, take me into your loving arms

Kiss me under the light of a thousand stars

Place your head on my beating heart

I'm thinking out loud, maybe we found love right where we are

Tepuk tangan membahana untuk gadis yang membawakan lagu tersebut dengan apik. Ia tersenyum malu, gurat-gurat merah menghiasi pipinya. Meski, tak ayal senyum bangga tersemat di bibirnya. Rambut merah mudanya terjuntai turun saat ia membungkuk memberi penghormatan. Di sudut lain, Uchiha Itachi menyeringai aneh.

.

.

Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

Mélodie,

A story by Hydrilla

Standard warnings applied, did not gain any profit advantage by making this fanfiction

Thinking Out Loud by Ed Sheeran

Nothing on You-B.O.B ft. Bruno Mars

.

.

Uchiha Sasuke membanting pintu kantor kakaknya dengan kasar. Napasnya sedikit memburu karena berlari dari lift ke kantor kakaknya. Matanya menyalak garang pada Itachi yang membalik majalah dengan santai.

"Kakak apa-apaan?!" Serunya tak sabar.

"Duduk dulu, Sasuke." Itachi masih asyik membolak-balik majalah. "Tidak sopan."

"Aku tidak butuh sopan-santun." Sasuke menggebrak meja kakaknya. "Apa maksudmu?"

Itachi meletakkan majalahnya dan memandang adiknya yang cemberut, "Well, kau selalu tahu jalan pikiran kakak, kan?"

Itu memang benar. Sasuke selalu tahu jalan pikiran kakaknya karena mereka saudara kandung dan sering sepemikiran. Tapi, tetap saja Sasuke tak habis pikir dengan kakaknya. Bisa-bisanya ia memanfaatkan Sasuke tanpa persetujuannya dahulu! Sasuke merasa tidak dianggap. Hallooo… dia korban di sini.

"Kakak tidak seharusnya begitu!" Sasuke mengacak rambutnya frustrasi. "Aku―"

"Jangan berlebihan." Itachi memandang datar adiknya yang mulai lebay. "Apa salahnya dicoba dahulu?"

Masalahnya bukan sesimple itu.

Bagaimana Sasuke tidak over ketika Sang Kakak mengirim chat singkat bahwa Sasuke akan diorbitkan sebagai penyanyi duo? Bukan masalah tentang pendapat Sasuke yang tidak dimasukkan di sini saja, tapi juga teman duetnya! Ia bahkan tak tahu siapa yang akan jadi teman duetnya nanti. Hei, dia merasa jadi orang tolol karena tidak dilibatkan dalam hal apapun padahal ini menyangkut masa depannya!

Lagipula, kenapa pula sang kakak ingin mengorbitkannya jadi bintang? Ia tak terlalu punya bakat bernyanyi, serius. Sasuke memang cukup mahir bermain musik, tapi ayolah. Apa home production Itachi kekurangan list orang yang ingin diorbitkan jadi selebriti? Kenapa ia dijadikan tumbal?

"Tidak bisa." Sasuke menolak. "Aku baru saja akan menikmati masa SMA-ku!"

"Bukankah kalau jadi bintang kau akan populer?"

"Tsk." Kakaknya benar-benar tidak tahu penderitaan Sasuke, ya? "Aku tidak mau populer. Tidak lagi."

Itachi mencibir adiknya yang melengoskan muka. Padahal, ia tahu benar bagaimana tingkat narsisme adik satu-satunya itu. Lihat saja nanti, Itachi bahkan yakin adiknya itu pasti akan menerima tawarannya.

-oOo-

Sasuke membanting pintu mobilnya dengan keras. Ia masih kesal. Kenapa kakaknya suka sekali memaksakan kehendak terhadapnya? Coba saja kalau hal ini dirundingkan dengan dirinya terlebih dahulu. Mungkin, dia tak akan sekesal ini.

Toh, sebenarnya… Sasuke juga tidak akan menolak untuk menjadi selebriti. Ia memang sudah memimpikan untuk terjun di dunia entertainment seperti apa yang dilakukan kedua orangtuanya. Ayahnya adalah sutradara yang banyak menghasilkan film-film yang selalu menduduki puncak box office. Ibunya adalah pencipta lagu yang sudah banyak mendapat penghargaan. Tak ayal, Sasuke cukup mampu dalam hal seni musik.

Berbeda dengan Sasuke, Itachi lebih tertarik untuk bekerja di belakang layar. Ia memilih mendirikan home production dan memproduseri artis-artis yang kini nama-namanya tengah melejit.

Jadi, masalahnya di sini hanya tinggal siapa yang akan jadi teman duetnya nanti. Sasuke sedikit paranoid mengingat selera kakaknya yang cenderung… aneh. Sasuke tak yakin ia bisa punya teman duet yang normal.

Sasuke sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimana jika teman duetnya berisik seperti Naruto? Bagaimana kalau teman duetnya macam fansgirlnya yang ganas? Sasuke merinding sendiri. Ia menggelengkan kepalanya untuk menghapus pikiran negatif saat—

Ckiiittt!

—Sasuke menginjak remnya dengan beringas. Napasnya tercekat saat kejadian tadi berlangsung.

Sasuke yang sibuk dengan pikirannya, ia tak sadar kalau ada orang yang tengah menyebrang. Hampir saja tabrakan terjadi kalau saja Sasuke tidak buru-buru menginjak rem mobilnya.

"Woi! Kau belum lulus uji kelayakan menyetir, ya?!" Seorang gadis dengan celana jeans rebel serta jaket usang mengetuk kaca mobil Sasuke dengan beringas.

Mendecih, Sasuke menurunkan kaca pintu mobilnya. "Well, yeah, tidak ada yang terluka di sini."

"Pantas saja." Mata gadis itu yang hijau cemerlang menatap Sasuke sinis dibalik topi yang dikenakannya. "Ternyata bocah labil yang mengendarai mobilnya."

What the hell!

Apa-apaan?! Sasuke tidak sudi dibilang bocah labil oleh orang yang bahkan lebih pendek darinya.

Sasuke dengan marah keluar dari mobilnya dan menatap tajam gadis yang bahkan hanya sebahunya. "Dengar, ya, orang asing. Apa masalahmu? Kau tidak terluka sama sekali. Kau ingin ganti rugi, hah?!"

Gadis itu menggeram. "Dengar, ya, Sialan! Aku tidak butuh uangmu! Aku juga tidak peduli kau anak siapa dan betapa kayanya kau! Yang aku butuhkan adalah permintaan maaf!"

"Meh." Sasuke mendengus. Maaf? Yang benar saja! Sasuke tidak sudi minta maaf hanya karena kesalahan kecil seperti itu. Toh, orang itu tidak terluka. Bahkan lecet pun tidak.

Sasuke memutar bola mata dan masuk kembali ke mobilnya. Ia menghidupkan kembali mobilnya dan tancap gas untuk pergi tanpa memedulikan gadis itu yang mengentak-entakkan kakinya dengan kesal.

-oOo-

Itachi hanya memutar bola mata melihat kelakuan adiknya yang kekanak-kanakan. Meski, sebenarnya Sasuke masih cukup pantas berkelakuan seperti itu mengingat usianya yang belum menginjak angka 16. Pemuda yang baru saja memulai masa SMA-nya itu memutar-mutar kursi tempat ia duduk sambil memberi tanda silang besar-besar pada formulir salah seorang peserta.

Ini memang syarat yang diberi Sasuke; diadakan audisi untuk teman duetnya nanti. Dan sejak audisi dimulai, Sasuke terus-terusan bertingkah layaknya bos karena ikut menjuri. Sedangkan dia, Itachi, hanya mengela napas lelah karena baru dua orang yang lolos setelah 20 peserta tampil. Juri yang lain, Asuma dan Kurenai, pun tak mau memancing masalah dengan adik Sang Bos.

Saat seorang peserta yang bernama Tayuya masuk, kemudian mulai bernyanyi dengan bagus, Sasuke hanya memutar-mutar kursi yang didudukinya dengan bosan.

"Berhenti," ucap Sasuke. "Kau gagal."

Tayuya bahkan belum menyelesaikan lagunya, Sasuke sudah menyela terlebih dahulu. Itachi tak paham dengan pola pikir Sasuke. Menurutnya, Tayuya sudah menyanyi dengan bagus. Apa yang kurang?

"Oi, Adik, kenapa—"

"Suaranya standar." Sasuke mengangkat bahu. "Tidak punya karakter meski nada-nadanya tepat. Penyanyi seperti itu sudah banyak. Tidak menarik first impressionku."

Asuma tersenyum kecil. Yah, sekalipun Sasuke suka semaunya sendiri, tapi pemuda itu memiliki kepekaan musik sama seperti yang dimiliki oleh Ibunya, Uchiha Mikoto.

Keluar ruangan audisi dengan hati dongkol, Tayuya diganti oleh seorang lelaki berambut hitam mangkok yang memakai pakaian serba hijau. Pemuda itu tersenyum penuh semangat dan terlalu hyperactive. Ia bernyanyi lagu nasionalis dengan semangat menggebu. Para juri hanya tersenyum kikuk, sedangkan Sasuke sudah ilfeel duluan.

"Kau ditolak!" Serunya sebal. "Jangan pernah kembali!"

Bersamaan dengan keluarnya pemuda tadi, seseorang dengan memakai celana jeans yang lusuh, jaket jeans yang menutupi kaos putih, bertopi, serta membawa gitar memasuki ruangan. Kedua Uchiha memiliki reaksi yang berbeda kala wajahnya tampak.

Sasuke, dengan keterkejutan karena melihat orang yang mengumpatinya kemarin. Itachi, dengan senyum senang karena orang itu menerima penawarannya.

Sasuke merengut, "kau ditolak. Pergi dari sini!"

"Sasuke!" Itachi yang kesabarannya menipis menyerukan nama adiknya dengan keras. "Jangan kekanakan. Dia saja belum bernyanyi."

"Tsk." Sasuke berdecak. Mungkin, dia memang sudah keterlaluan hingga Kakaknya marah. Tapi, serius, dia tidak ingin orang itu di sini! "Kau hanya diberi waktu 5 menit mulai dari tadi."

Gadis itu memutar bola mata. Bagaimana mungkin kedua orang yang ia yakini bersaudara itu memiliki kepribadian yang amat berbeda? Terserah sajalah. Toh, ia di sini bukan untuk Si Bocah Labil yang membuat hatinya meradang itu. Kemudian, ia mulai memetik senar-senar gitarnya.

Beautiful girls, all over the world

I could be chasing but my time would be wasted

They got nothing on you, baby

Nothing on you, baby

Sasuke terdiam. Ia tak lagi memutar-mutar kursi dengan bosan. Diam-diam, Itachi yang melirik adiknya tersenyum misterius. Itachi tahu, pilihannya kali ini tepat.

They might say hi, and I might say hey

But you shouldn't worry about what they say

'Cause they got nothing on you, baby

Nothing on you, baby

Gadis itu baru saja akan membuka mulutnya untuk menyanyikan lirik lagu selanjutnya yang bertempo cepat ketika Sasuke menghentikannya.

"Kau idiot, ya?" Sasuke mencibir. "Kalau tidak bisa memainkan gitar, tidak usah sok memainkannya. Kaupikir aku tidak tahu? Ada nada yang salah karena kebodohanmu dalam memetik gitar."

"Sasuke—" Itachi ingin menyela Sasuke yang ia anggap telah berbicara kasar. Tapi, Sasuke lebih dulu melanjutkan perkatannya.

"Haruno Sakura? Aku baru dengar marga itu. Apa itu nama buatan?" Sasuke mengernyit. "Untuk suara… menarik. Suaramu unik; sedikit cempreng namun juga anggun. Tapi, kau terlalu tolol dengan bermain gitar yang sama sekali tidak kau kuasai."

Apa tadi adiknya baru saja bicara panjang lebar? Itachi mengangkat sebelah alis.

"Kau lolos."

Sasuke memutar kursinya ke belakang. Sekalipun ia tidak suka gadis itu, tapi ia masih bisa bertindak obyektif, kok.

-oOo-

Sasuke menguap lelah. Ia membuka pintu mesin pendingin di dalam konbini dan mengambil sebuah kopi instan kalengan. Rasanya berat sekali menjalani hari karena ia hanya tidur 4 jam karena harus menilai para peserta audisi yang membludak kemudian melakukan penyortiran data. Di sekolah pun, ia mengantuk dan terkena damprat guru matematikanya karena hampir tertidur.

Berbicara tentang audisi, ia tak paham dengan gadis itu.

Haruno Sakura.

Sasuke merasa pernah melihat gadis itu selain insiden hampir tabrakan. Konstur wajah dan mata hijau bening gadis itu mengingatkannya akan sesuatu. Tapi, ia lupa. Dan lagi, suara gadis itu mampu membiusnya. Sasuke suka suranya (selain suara umpatannya tentu saja). Hanya saja gadis itu melakukan kesalahan dengan aliran nada gitarnya.

Kesalahan Sakura memang tidak terlalu terlihat. Namun, bagi Sasuke yang kepekaan musiknya tinggi, tentu saja ia sadar. Sasuke tidak bisa ditipu tentang hal itu karena sedari kecil, ia sudah terjun di dunia seni musik berkat ibunya. Meski Sasuke sadar, suaranya tak terlalu bagus. Ia memiliki suara yang berat, cukup sulit menemukan lagu yang tepat untuknya.

Baru saja ia akan berbalik untuk membayar kopinya, seseorang menabraknya. Kenapa ia sial sekali, sih?

"Maaf."

Sasuke mengangkat sebelah alis. Ia sepertinya kenal dengan suara itu.

Seorang gadis yang memakai seragam SMA dan bertopi menabraknya. Ternyata, gadis itu adalah Haruno Sakura yang tadi sempat mampir ke pikirannya. Sakura tampak cemas dan waspada terhadap sekelilingnya. Kemudian, tiba-tiba ia menarik Sasuke untuk bersembunyi di belakang rak snacks.

Sasuke mengernyit tidak mengerti. Ada apa dengan gadis itu? Mengapa ia terlihat seperti dikejar orang.

"Apa-apaan ka—" Sasuke bertanya.

"Psst! Pelankan suaramu!" Sakura buru-buru menghardiknya.

"Hei, jangan libatkan aku dengan masalahmu." Sasuke keluar dari persembunyian. "Aku mau per—"

"Kalau kau melihat atau ditanyai seseorang tentangku, bilang saja kau tidak tahu." Sakura berkata cepat. "Jangan katakan apapun."

Sasuke makin tidak mengerti tentang gadis itu. Kenapa Sasuke merasa ada hal yang disembunyikan di sini?

"Seperti aku peduli padamu saja."

Sasuke melengos dan pergi ke kasir. Matanya melirik ke arah Sakura yang masih bersembunyi. Otaknya berpikir dengan cepat apa yang telah Sakura lakukan. Apa dia habis mencopet dan dikejar-kejar orang? Melihat pakaian dan penampilannya yang lusuh, Sasuke menjadikan hal itu sebagai konklusi atas rasa penasarannya.

Sasuke mengangkat bahu. Lagipula, kenapa dia harus peduli pada orang itu, sih? Ia keluar dari konbini dan membuka kaleng kopinya. Matanya melirik ke sekitar dan menemukan seseorang yang menarik perhatiannya.

Orang itu tinggi, dengan jas dan rambut yang mencolok. Orang itu sedang berbicara dengan seseorang sambil menunjukkan foto.

'Sedang apa orang sibuk seperti dia ada di sini?' Batin Sasuke.

Entah kenapa Sasuke merasa ada hal yang mengganjal pemikirannya saat ini.

To be continued…

A/N:

Hallo, lama gak jumpa, haha :)

Sorry, I've been busy apparently, so, I can't update my fics :( Dan anehnya, kenapa aku bisa malah tambah fanfic? Maaf, deh, ini idenya udah dari laamaaaa buaangeett dan ini sebagai pengganti Love Delight yang aku hapus, hehe :") Ini aja ngetiknya sambil nyolong-nyolong waktu, ya :")

Sedih banget baca PM kalian yang tanya kapan update. Maaf ya, gak bohong, aku sibuk dengan aktifitas sekolah. Sabtu, 28 Feb nanti, aku bakal ikut lomba nulis cerita inspiratif di Semarang (ada yang tinggal di sana? Sekalian ngegath yok #slaps). Doain, ya, biar menang, haha :")

Dan well, aku bakal ikut seleksi pertukaran pelajar juga. Doain (lagi) ya, ceman-ceman biar lolos sampe akhir, amiin :")

Happy SasuSaku Fanday! (meski udah telat, gapapa ding, udah ngucapin duluan di ig dan tumblr wkwk). If you miss me (pedelu), feel free to send a PM or invite my bbm (you can see the pin on my bio).

Review?

Salam hangat,

-Hydrilla :)