Maaf buat fans Roxas disini dia dibuat agak sengsara *author ditendang fans Roxas* jadi keadaan yang membuat keadaan ini…Fic ini inspirasi dan diambil dari cerita "Si jamin dan si Johan" cerita favoritku jaman SD-an..jadi nonstalgia….

Disclaimer : Memang Kingdom Hearts milik Square Enix tapi Cerita ini milikku tapi kalau Kingdom Hearts jadi milikku akan nyuruh Roxas mijit-mijit pinggangku yang pegel …

Chapter 1

Poor Brothers

"Hhhhh…" kesekian kalinya Roxas mendesah.

Dia begitu gemetar kedinginan, dia hanya memakai sehelai baju yang tipis. Diluar amat sepi, hanya terdengar suara hujan deras yang dicurahkan dari langit. Perlahan-lahan seorang anak yang lebih muda mendekatinya.

"Onii-chan…aku lapar…." Anak itu menarik baju kakaknya.

"Apa perempuan itu sudah pergi?" Tanya Roxas sambil melirik kanan kiri.

"Ya…" jawab anak itu.

Anak itu bernama Ventus, dia baru berumur 7 tahun sedangkan Roxas sendiri berumur 15 tahun.

"Syukurlah…" Roxas bernafas lega.

Ventus mulai mengeluarkan air mata. "Tadi aku kelaparan dan minta makanan padanya, tapi dia hanya marah-marah dan memukuliku…" isak Ventus.

Hati Roxas amat sakit mendengar perkataan adiknya. Dia tidak dapat menahan air matanya dan memeluk adiknya.

"Tenang, Ven…pasti kita bisa menjalani semua ini."

Dia pun melepaskan pelukannya dan mengeluarkan sepotong roti yang dari tadi dia sembunyikan.

"Nih, kakak bawakan sepotong roti..." Roxas memberikan nasi itu pada Ventus.

Ventus menyeka air matanya dan menerimanya dengan kedua tangannya, dia kemudian memakannya dalam keadaan gelap gulita.

Roxas POV

Sebelum ibu kami meninggal kami hidup sangat bahagia. Rumah kami selalu terawat dan bersih tidak seperti sekarang ini. Kami tidak pernah memakai pakai kotor dan bertambal-tambal. Tapi setelah ibu meninggal hidup kami berubah drastis, ayah menikah lagi dengan perempuan lain dan jarang pulang kerumah. Kalaupun pulang ayah pasti sudah dalam keadaan mabuk.

Larxene, nama perempuan itu. Setiap hari dia selalu memarahi dan memukuli kami sebab atau tanpa alasan. Aku pun sering disuruh mencari uang berkeliling mengelilingi Twillight town yang ramai ini. Ventus masih terlalu kecil, dia tidak tahu apa-apa sehingga dia hanya diam dirumah. kalaupun kami tidak dapat kami hanya minum air dingin. Tapi jika aku kurang memberikannya uang pasti perempuan itu menyambutku dengan cacian yang keluar dari mulutnya sambil memukuliku kadang-kadang akupun ditendangnya.

Pernah terbenak dalam pikiran Roxas untuk meninggalkan rumah itu, dia tidak kuat dengan siksaan yang dialaminya. Tapi dia teringat dengan pesan ibunya untuk menjaga Ventus sehingga mengurungi niatnya itu. Dia begitu menyayangi adiknya lebih dari siapapun sampai dia rela dimaki di pukul hanya demi hanya demi adiknya itu.

"Enak sekali roti ini, kak. Jarang-jarang sekali kita makan ini." Senyum Ventus sambil melahap roti itu dalam keadaan gelap gulita itu.

"Dimana kakak mendapatkan ini?"

"…" Roxas hanya diam dan menunduk tidak tahu apa yang harus katakan pada adiknya, memikirkan nasib yang dialami tadi siang.

Roti yang dimakan Ventus bukan pemberian dari orang tapi dari hasil jernih payahnya. Dari pagi dia mencari uang dan mendapatkan uang lebih. Uang tersebut diberikan pada Larxene dan sisanya dibelikan untuk membeli roti, sepotong untuknya, sepotong untuk adiknya.

"Ven, ini sudah larut…waktunya untuk tidur." Roxas mengabaikan pertanyaan adiknya.

Ventus menyelesaikan lahapan terakhirnya dan mengikuti Roxas ke tempat tidur

Kedua saudara itu tidur bersama-sama tidur ditempat tidur yang sempit itu. Yang mereka pakai hanya selimut bintang-bintang kusam yang compang-camping. Dengan perut kenyang Ventus pun tertidur yang tertinggal hanyalah wajahnya yang manis dan innocent.

Hujan lebat makin lama makin berkurang, tetapi angin bertiup dengan kencangnya. Roxas hanya menatap langit-langit dan meratapi nasib yang akan dialaminya besok.

Roxas : Hei, author sialan ! knp lo bikin cerita gue yang sengsara!

Ventus : Sengsara sih sengsara tapi gak gitu-gitunya kaliiii….

Author : La~la~la~la~la…. *cuek sambil main kingdom hearts 368/2 days*

Roxas : *mukul kepala author pake oathkeeper n oblivion*

Author : (wajah berdarah-darah) Jangan lupa REVIEWWWW….