"..."

Dia hanya melihat kegelapan. Kemana orang-orang yang selalu tersenyum kearahnya ? Mana kebahagiaan yang selalu ia lihat ?Melihat ? sekarang ia bisa melihat apa? Semuanya gelap, Apa yang terjadi ?

Ah, Kecelakaan... ia terlibat kecelakaan dengan seluruh anggota keluarganya. Ini buruk, jantungnya mulai berdegup kencang.

...

"Tou-san, Kaa-san... ! Hanabi-chan !"

Hyuuga Hinata harus menganggap ini semua mimpi, dan Seharusnya Hinata sudah bangun dari mimpinya itu. Tapi Kenapa Hinata tidak bisa melihat apa-apa ? semuanya gelap, Hitam, dan sepi. pandangan matanya kosong kedepan. Hinata dengan susah payah menyentuh tangannya sendiri, entah kenapa badannya sangat sulit bergerak, semuanya terasa kaku. Jemari Tangan pucat itu meraih pelan kulit tangan pucatnya yang lain. Hinata sedikit ragu, apa benar ini didalam mimpi ? kenapa mimpinya sangat buruk sekali, sampai tidak bisa melihat apa-apa. Kalau begitu, Hinata harus segera bangun ! tanpa ragu lagi, Hinata muncubit pelan tangannya sendiri. Tapi efeknya sangat luar biasa...

"AKHH...ittaii ! Kaa-san..? Hiks..Hikss... Tou-san !" Hinata tidak bisa menahan tangisnya lagi, rasanya sungguh perih, tangannya seperti digigit ular. Dan lagi, Apa Ini semua bukan mimpi ?

"Hinata ! kenapa kau melukai tanganmu sendiri ? tanganmu kan terluka !" ahh, Itu suara Tou-sannya Hinata ! Bukannya menangis, karena tangannya berdenyut nyeri, justru Hinata tersenyum hangat pada Tou-sannya. Tapi, aneh juga mendengar suara Tou-sannya melembut begitu. Hinata segera menjauhkan pikirannya itu, Tou-sannya selamat. Apa Hinata benar-benar berpikir kalau kecelakaan itu bukan mimpi ?

"Hiks.. H-Hinata... Syukurlah...hiks...hiks" itu bukan suara Kaa-san yang diharapkan oleh Hinata, itu suara bibi Hitomi. Kemana Hanabi dan Kaa-sannya ?

Ini aneh, dari awal Hinata menganggap ini aneh. Apa ia sedang bermimpi Ayahnya khawatir padanya dan bibi Hitomi menangis dihadapannya ?

Hinata benar-benar tidak bisa melihat mereka. Dari tadi, matanya berusaha mencari mereka tapi apa boleh buat, sekarang kegelapan yang hanya bisa ia lihat. Emm, atau mungkin ini versi terbaru mimpinya, jadi ia hanya bisa mendengar suara saja ! ahh, justru sangat Aneh mendengarnya. Err, atau versi terburuknya... Hinata sudah mati, dan samar-samar mendengar suara bibi Hitomi menangisinya ?aduh, sampai kapan Hinta bergelut dengan berbagai pikiran gak jelas itu ?-_-

"Sudahlah bibi... kenapa menangis?" Hinata mulai menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi. Mungkin beberapa menit lagi ia akan bangun dari mimpi 'versi terbarunya'. Bagaimanapun juga itu pendapat terkuat Hinata.

"Hiks... hiks...hiks" bukannya menjawab pertanyaan Hinata. Tangisan bibi Hitomi semakin kencang. Seolah terhanyut suasana, setetes air bening ikut jatuh di pipi pucat Hinata. Ini sungguh seperti nyata.

BRAAAKKK... Sontak ketiga orang yang disana terlonjak kaget. Terlebih Hinata yang tidak tahu kalau di 'mimpi gelapnya' ada pintu.

"Tou-san ! apa Hinata-hime sudah sadar ?"

"Neji !" tegur kedua orang tua disana

"Apa?" orang yang dipanggil Neji malah balik tanya, bingung dengan keadaan.

"Neji-niisan ? Tunggu dulu, jadi kau paman Hizashi, bukan Tou-san?!" lirih Hinata tidak percaya. Mata lavendernya masih menatap lurus kedepan. Sungguh mimpi yang rumit.

"...ahh, iya ini paman. Kau baik-baik saja Hinata ?" basa-basi yang tidak berguna, dan malah mumbuat Hinata makin gelisah. Kini pandangan Hinata berubah menjadi gusar. Badannyapun mulai bergetar.

"Apa yang terjadi ?" akhirnya kalimat sederhana itu keluar dari bibir Hinata. Kini ia menunduk, badannya semakin bergetar, menahan isak tangis, tangannya bertautan dan memegang dadanya sendiri, saking sakitnya. Beribu-ribu kegelisahan muncul dihatinya

"... Tou-san biar aku yang mengatakannya."

Mengatakan apa ? sejak tadi pikiran Hinata di penuhi tanda tanya yang banyak.

Neji mulai beranjak dari tempatnya ke pinggir kasur yang ditiduri Hinata, melewati ibunya yang kembali terisak.

"Hime... bukannya hime sudah berjanji untuk tidak menangis lagi, setelah cita-cita hime terwujud ?" Neji kini mungusap helaian indigo itu dengan lembut, berusaha menenangkannya.

"Hiks.. Hikss.. t-tapi niisan, apa ini kebahagian ? a-aku tidak bisa berhenti menangis..."

"Maaf aku tidak bisa melindungi Hime-chan, A-aku sangat tidak berguna..." Hinata tidak salah dengar kalau niisannya ini menahan isakan tangis.

"n-niisan..hiks.. sebenarnya apa yang t-terjadi ?"

"Mereka meninggalkan kita Hime, keluargamu.. tidak bisa diselamatkan ..."

"..."

"... Hime juga tidak bisa melihat... lagi." Sungguh hancur Neji mengatakan itu, cairan air mata mengalir di pipinya, sungguh momen yang jarang melihatnya begitu

"..." sementara Hinata, tubuhnya mati rasa, baik hati maupun tubuhnya tak sanggup menerima kedua kenyataan itu. Sedetik setelah itu Hinata tidak bisa mendengar lagi. Tubuhnya langsung lemas, dan kesadarannya pun mulai hilang.

Keluarganya telah jahat meninggalkannya sendiri...

Hinata kini buta... ?

.

.

Love Eyes Of My Prince

Chapter 1 : First Love

By : Hani-chan(Hyuuga Hani)

Inspiration by : Jin – Gone (Music Video)

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : NaruHina (Naruto x Hinata) and slight SasuHina

Rated : T

Genre : Drama, Romance, Tragedy(meybe)

Warning : AU, OOC, Typo(s), Drama,Tragedy(maybe),Abal,Multi chapter,crack pairing and

Don't like, Don't Read this Fanfic

Happy Reading ^^*Hani so Inggris ya-_-*

.

.

"Salah ! kau Salah nada lagi Hinata !"

"Tapi Sasuke-Sensei, Pathetique Itu Sonata in C Minor op.13 karya Beethoven, sangat susah apalagi di bagian finalnya. Mana harus cepat lagi, tau kan kalau aku tidak bisa melihat lagi"

"Oh iya, aku turut berduka cita"

"Hmmpt, telat ! mana gak ikhlas lagi ngomongnya !"

"Hey, ayolah... aku pernah merasakan apa yang kau rasakan"

"eh, gomen Sasuke-Sensei"

"Hn"

Hinata kini berada di tempat kursus piano yang sejak masih kecil ia kunjungi, dari umur 10 tahun Hinata memang sudah bisa bermain piano, kemudian iapun mengembangkan bakatnya di sebuah tempat kursus, mulanya setiap hari minggu ia kesini. Namun sejak kehilangan penglihatannya, Hinata mulai sering berkunjung kesini Dan semakin melatih bakatnya. Piano adalah temannya, semua perasaannya tercurahkan pada piano, begitulah... Hinata tidak punya teman lagi. Karena sekolah saat ini bukan tempatnya, pamannya meminta seorang guru untuk mengajar Hinata. Jadilah, sekolah Hinata harus Home schooling.

"Ok, aku mulai lagi..." Hinata kembali menekan tuts- tuts piano dengan jemari-jemarinya , raut mukanya tampak fokus, samar-samar di sela-sela dentingan pianonya, Hinata dapat mendengat suara senseinya.

"Pertama, Grave, Allegro di molto e con ,kedua Adagio cantabile, dan yang terakhir Rondo, Allegro" Sebuah arahan muncul dari mulut Sasuke, ia mengelilingi piano Hinata dan sesekali melihat permainan anak didiknya.

Sasuke, atau lebih tepatnya Uchiha Sasuke,ia kehilangan semua anggota keluarganya dan sekarang tinggal sendiri di sebuah apartement. Sasuke adalah seorang guru les Piano walaupun umurnya cuman beda 2 tahun dengan Hinata , karena bakatnya yang luar biasa ia terpilih menjadi guru les Hinata dengan bayaran yang mahal.

Kali ini ia diharuskan tidak mengajar Hinata seorang, karena sistem tempat kursusnya diubah dari perorangan menjadi perkelas, dan Sasuke kebagian mengajar kelas Hinata. Namun, sampai saat ini, belum ada yang berhasil masuk kekelas Hinata atau kelas A, Sistem perkelas ini memang disusun atas bakatnya sendiri-sendiri. Hinata sendiri adalah musisi yang cerdas, sangat pantas masuk ke kelas A dan mendapat guru seorang musisi terkenal Uchiha Sasuke. Hah, Sasuke bahkan sampai bosan hanya mengajar Hinata seorang.

Lagu Pathetique- Beethoven pun berhenti, kali ini Hinata menunggu komentar Senseinya.

"Tidak buruk, walau masih ada banyak kekurangan disana-sini sih"

"Huh?! Ya sudah, bukannya ini jam sensei istirahat ? pergi sana, aku mau mempelajarinya lagi" Gerutu Hinata setelah mendengar Komentar Senseinya yang pastinya selalu tidak manis itu. Kapan coba senseinya berkata manis?

"Hei, begitukah cara seorang murid mengusir gurunya, hm ?"

"Sensei, kau mengganguku !" Hinata kembali mengerutu, sambil mencoba fokus lagi ke pianonya

"Hah, baiklah aku pergi... " Tapi saat di ambang pintu Sasuke berhenti melangkah.

"Kudengar ada yang berhasil masuk kelas A"

"Apa peduliku" balas Hinata ketus, sambil bermain sedikit nada di pianonya

"Kau akan terkejut jika ia adalah seorang pria" setelah itu, Sasuke benar-benar pergi

Pria ?

Hinata merasa mukanya memanas, iapun berhenti memainkan piano, dan mulai termenung.

Selama ini Hinata tidak pernah dekat dengan pria lain, kecuali Ayahnya sendiri, paman Hizashi, Neji, dan tentunya Sasuke. Dihadapan mereka Hinata bisa mengeluarkan ekspresinya. Tapi didepan yang lain Hinata tampak enggan mengeluarkannya. Semoga saja, semua berjalan normal sesuai yang diharapkan oleh Hinata. Tapi perasaannya masih kacau, dengan cepat ia mencari-cari toples permen di atas grand piano yang tadi dipakainya. Tidak butuh waktu lama, untuk menemukannya.

Kemudian, Hinata membuka tutup toplesnya, mengambil salah satu permennya, dan memakannya

'hm, kali ini permen jeruk yang kumakan. Apa setelah ini hari-hariku akan menjadi seasam(?) permen jeruk ya ?' batin Hinata sambil kembali menaruh toples permennya di bangku sebelahnya.

Setelah itu Sonata-Sonata karya Beethoven kembali mengalun diruangan kursus yang bagus itu.

.

.

"Kaa-san, Apa ini tidak berlebihan... pertama kali masuk kursus, langsung masuk ke kelas A ?" tanya seorang pria jambrik berwarna pirang kepada ibunya yang ada disebelahnya. Mereka sedang berjalan disebuah koridor.

"Tidak Naruto, lagian saat tes tadi, juri sendiri yang memintamu masuk ke kelas A. Kamu berbakat kok" balas orang yang dipanggil Kaa-san yang bernama Kushina lebih tepatnya. Seraya tersenyum manis.

"Tapi, kenapa Sakura-chan, Sai dan Ino-chan yang sudah lama kursus disini, tidak masuk kelas A ya ?" Tanya orang yang dipanggil Naruto, yang merupakan anaknya

"aduh, Naru bagaimana mana sih ! ya, itu terletak pada bakat mereka masing-masing... bukan berarti mereka tidak berbakat ya ! gadis pinky itu hebat lho !"

"Ha'i Ha'i, Kaa-san mendukungnya karena rambut Kaa-san hampir sama dengannya" timpal Naruto asal

"Hah, sudahlah sekarang kita harus menemui guru les barumu."

"Siapa kaa-san ?"

"Mana kutahu !"

Mereka pun tiba di sebuah ruangan yang sepertinya khusus untuk guru les disitu.

Tok tok tok

"Masuk" mendengar sahutan dari dalam, Kushina mulai masuk kedalam diikuti Naruto di belakangnya. Dan betapa terkejut Keduanya melihat Seorang Uchiha Sasuke di sana.

"Eh, Teme !"

"Dobe...?" oke, Kushina memang tau kalau dulu saat kecil, mereka sangat dekat dan bersahabat. Tapi, kenapa panggilannya jadi begitu ?

"Panggilan macam apa itu ?" Sasuke yang menyadari keadaan langsung bertindak.

"Abaikan saja Kushina-Baachan, memangnya ada apa kalian kesini ?"

"Eh, Teme... Kau kursus disini ?" tanya Naruto tidak percaya, bukannya Sasuke sudah berbakat ? kenapa harus kursus lagi ?

"Tidak, Aku seorang Sensei disini"

"Apa !" dan lagi kedua orang hyperaktif itu kaget

"wahh, hebat sekali ! kalau begitu, apa kau mengajar kelas A?" tanya Kushina sedikit antusias

"Bagaimana Baa-san tau ?" Kini geliran Sasuke yang kaget

"waah.. kebetulan sekali ! Naruto akan menjadi murid barumu lho hihihi" Kushina malah cekikikan gak jelas di samping Naruto yang mukanya masih rada syok

Sementara Sasuke sendiri tidak percaya, ia memang mendengar kalau murid barunya itu pria, tapi... ahh, kenapa harus Naruto ?

"Kalau begitu, Kaasan tinggal dulu ya Naru! jangan lupa pulang malam ini juga, dan minum obatnya ya!" setelah berucap seperti itu Kushina segera beranjak dari ruangan itu.

"Huh, Obat?! Kau sakit Dobe ?" tanya Sasuke heran pada Naruto

"Sudah abaikan ! oh iya, Teme.. kalau begitu, mulai saat ini aku memanggilmu Sensei dong !"

"Hn... Terserah"

"Hahaha... Teme-Sensei !" tapi setelah itu wajah Naruto berubah menahan Sakit, Sambil memegang dadanya. Iapun mulai merogoh saku celananya. Ia mengambil sebuah obat, dan memakannya

"Dobe ?"

"Sudah kubilang abaikan saja Teme ! eh, maksudku Teme-sensei... hehehe"

"Ceritakan padaku..." Naruto tertegun melihat tatapan mata Sasuke yang seolah menintrogasinya. Akhirnya Naruto menyerah

"Hah, baiklah..."

.

.

Dentingan piano itu berhenti ketika mendengar suara pintu digeser

"Sensei...?" panggil Hinata ragu

"Hn" dan ternyata itu Benar senseinya

"Apa kau sudah menguasai Pathetique ?"

"Hummpt, Sudah kok!"Hinata masih sedikit ngambek pada senseinya itu, Sementara Naruto yang ada di belakang Sasuke, mengulum sebuah senyum.

"Kalau begitu, coba praktekkan" perintah Sasuke. Tanpa di perintah lagi Hinata langsung menekan Tuts-tuts piano dengan jari-jari lihainya. Dimulai dari Part 1 sampai part 3 Hinata bisa memainkannya dengan sempurna, sesuai harapan Sasuke. Sementara Naruto hanya berdecak kagum melihat kelincahan Jari-jari lentik Hinata.

Permainannya pun selesai, merasa tangannya pegal, Hinata mulai merenggangkan otot-ototnya. Tapi karena memang tidak bisa melihat atau lupa, Hinata menjatuhkan toples permen kesayangannya.

PUUKKK, brakk.. isinya pun tumpah kemana-mana

Sasuke dan Naruto yang melihatnya sedikit kaget.

"Eh?!"

"Ck, ceroboh !" Timpal Sasuke sambil memutar kedua bola matanya bosan.

"Hmmpt," Hinata tau senseinya itu tidak mau menolong, akhirnya ia memutuskan untuk mencari-cari permennya sendiri. Tangannya tampak sibuk kesana-kemari seperti mencari sesuatu dalam keadaan gelap, padahal sang permen ada di hadapannya. Membuat Naruto heran sendiri.

"Teme, ia tidak bisa melihat...?" kata Naruto yang seperti suara bisikan

"Ssstt" tapi Sasuke menyuruhnya diam. Seketika, Naruto benar-benar terperangah kaget. Gadis di depannya ini benar-benar tidak bisa melihat. Naruto dengan cepat membantunya mengumpulkan permen. Sasuke yang melihat Naruto, lagi-lagi memutar kedua bola matanya malas.

Saat tinggal satu permen, kedua tangan itu bertemu.

"Eh?!" pekik keduannya

"Sasuke-sensei...?"

"Hahaha.. aku bukan Teme, Aku murid baru di kelas ini." Balas Naruto lembut

Seketika hati Hinata melengos

"Ini permenmu" Naruto menyerahkan permennya, sambil memasukannya kedalam toples kemudian menutupnya dan menaruhnya di atas Grand piano.

"Eh, permenku ?"

"Ada di atas Piano Nona, nah.. sekarang ayo bangun !" Naruto meraih tangan Putih Hinata dan menuntunnya untuk duduk di kursi piano. Hinata pun bersemu merah, ternyata yang dikatakan senseinya itu benar.

Hening, Hinata hanya menunduk malu sementara Naruto terus memandang wajah ayu nan Imut Hinata

"Ups, aku lupa bilang kalau sore ini memang benar-benar ada murid baru" suara Sasuke akhirnya memecahkan keheningan, kemudian ia berjalan ke arah keduanya, dan memegang pundak mereka berdua. Sontak keduanya kaget.

"Nah, pertama-tama silahkan perkenalkan diri kalian !"

Naruto langsung menggenggam tangan mungil Hinata.

"Aku, Uzumaki Naruto !"

"Hyuuga Hinata "

Naruto terpaku melihat senyum manis keluar dari bibir mungilnya Hinata, Mukanya tiba-tiba memanas

'Ia sangat Manis'

'Kurasa ia orang yang baik..'

To be Continue~

.

.

Hueeeee ! aku takut disangka plagiat sama senpai-senpai semua ! jujur sejujur-jujurnya, ini fic emang terinspirasi dari video JIN-GONE(MV) yang ada xiumin- EXO nya ! bukan juga niruin lagu-lagu di fic Senpai Ayuzawa Shia yang judulnya The Rhapsody. Tapi Hani-chan bener-bener ngefans sama Ludwig Van Beethoven gara-gara pelajaran Seni Budaya..hiks...hikss, Mohon maaf yang sebesar-besarnya juga ya, kalau ada kesamaan cerita, tapi bener banget ini tuh bikinan Hani !

Sebenarnya Hani-chan juga gak tega bikin Hinata buta gitu T_T tapi di MV-nya gitu, dan Hinata sama Naruto lah yang cocok meraninnya. Bukannya ngejelek-jelekin Hinata yah ! Nanti Hinata sembuh kok, terus Naruto... err yah gitu ! #plak. ohya, kalau gak percaya senpai download aja deh videonya di youtube ^^

Aduh, mana belum lanjutin Their Story lagi !*kabur*

Ahh, kalau mau flame gak apa-apa kok^^ emang sewajarnya gitu kan ?

Sekali lagi Gomen ya minna !

Hani-chan