LOVE SOMETHING
Park Chanyeol X Byun Baekhyun
OC
YAOI
.
.
CHAPTER 1
.
.
Byun Baekhyun,
Sosok laki-laki berpenampilan culun tapi memiliki otak cerdas. Namun orang-orang mengucilkannya karena dia aneh. Kenapa? Ya, dia sangat aneh karena dia terlalu tertutup dan hanya menghabiskan waktunya di perpustakaan dengan buku-buku tebal setebal kaca mata minus yang dipakainya.
Baekhyun melangkahkan kaki kecilnya melewati koridor dengan kepala tertunduk. Ia tidak peduli dengan tatapan mata yang tertuju padanya dan ucapan demi ucapan tentangnya. Ia sudah terbiasa dengan semua itu. Ia seolah sudah menulikan pendengarannya dari omongan yang tak berguna menurutnya. Ia terus melangkah sehingga tanpa sengaja bertubrukkan dengan seseorang dihadapannya membuat ia terhuyung ke belakang beruntung ia tidak terjerembab jatuh ke lantai. Baekhyun tidak berani menatap orang yang ia tabrak atau orang yang menabraknya. Ia hanya melihat dari sepatunya yang ia yakini seorang perempuan, karena di sekolahnya membedakan sepatu sesuai gendernya.
"Apa kau melihat pakai kakimu?" suara itu terdengar dingin di telinga Baekhyun dan terdengar juga suara tawa yang semakin membuat Baekhyun semakin menundukkan kepalanya ketakutan dengan tubuh bergetar. Langkah kaki itu semakin mendekat membuat Baekhyun memundurkan langkahnya hingga punggungnya terbentur tembok. Jantungnya kali ini berpacu lebih dua kali lebih cepat ketika gadis itu mengikis jarak diantara mereka.
Park Jae In menyentuh dagu Baekhyun dengan satu tangannya dan mengangkat wajah ketakutan Baekhyun untuk menatapnya. Jae In tersenyum sinis melihat wajah ketakutan Baekhyun. Siapa yang tidak kenal dengan Park Jae In, anak bungsu pemilik yayasan dan Park Inc—sebuah perusahan retail dan komunikasi terbesar di Seoul. Baekhyun sama sekali tidak berani menatap wajah Jae In walaupun gadis itu adalah adik kelasnya.
"Apa yang harus aku lakukan agar kau meminta maaf padaku, hmm?" Jae In menggerakkan kepala Baekhyun kekanan—kiri layaknya kepala Baekhyun itu sebuah boneka yang bisa saja ia gerakan. Tiba-tiba Jae In menepis wajah Baekhyun dengan kasar membuat Baekhyun meringis. "Sakitkah?" Jae In bertanya dengan datar.
"Jane…sepertinya dia cocok sebagai budakmu." Satu orang teman Jae In berkata dengan nada mengejek tepat disamping Baekhyun.
Jae In tersenyum, "of course, girl." ucap Jae In menarik sudut bibirnya ke atas tanpa menghiraukan Baekhyun yang semakin bergetar hebat juga berkeringat dingin karena ketakutan.
[ ]
Chanyeol bersiul melangkah lebar menuruni anak tangga rumahnya dengan wajah sumringah. Anak laki-laki keluarga Park itu baru saja pulang ke Seoul dan menyelesaikan surat kepindahannya dari Paris.
"Hey brother," Yoora baru saja tiba dirumah sehabis pulang dari kantor tersenyum bahagia melihat adik laki-lakinya sudah berada dirumah.
"Noona…" Chanyeol menghampiri Yoora dan memeluk sang kakak dengan erat. "Bagaimana kabarmu, brother?" pelukan mereka terlepas namun masih menatap satu sama lain dengan senyuman.
"Tentu saja aku bahagia noona, karena aku kembali ke Seoul."
"Apa Paris tidak menyenangkan?" Yoora menaikkan satu alisnya menatap Chanyeol yang menggoyang-goyangkan telunjuknya seolah menjawab tidak.
"Bukan begitu noona…" Chanyeol terkekeh jenaka membuat Yoora mengagumi sang adik yang menurutnya makin banyak berubah terutama semakin tampan dan tinggi, "akan lebih baik kalau kita semua berkumpul disini bukan?"
Kali ini Yoora mengangguk setuju dengan ucapan Chanyeol—adiknya yang dulu mengikuti kakek mereka tinggal di Paris karena sang kakek merasa kesepian semenjak nenek mereka meninggal dan lima tahun lamanya Chanyeol tinggal di Paris. Akhirnya tepat lima tahun kematian sang nenek, Chanyeol memilih untuk kembali ke Seoul.
"Dimana Jae In?" tanya Chanyeol karena daritadi ia tidak menemukan adik bungsunya itu.
"Mencariku." Jae In muncul diambang pintu rumah dengan langkah santai dan wajah datar menghampiri kakak-kakaknya. Yoora memutar bola mata malas melihat sikap adik bungsunya itu.
"Bisa tidak kau bersikap manis." Jae In mengidikkan bahunya tanda tidak peduli dengan ucapan protes Yoora yang selalu mengaturnya. Chanyeol terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kakak dan adiknya yang tidak pernah akur dari mereka masih kecil.
"Oppa merindukanmu." Chanyeol memeluk Jae In sambil mengusak kepala Jae In yang hanya dibalas dengan sikap acuh Jae In yang memutar bola matanya malas dan langsung mendorong tubuh Chanyeol—membuat Chanyeol mengernyit heran dan berekspresi sedih.
"Berhenti bersikap berlebihan…aku bukan anak kecil lagi." ucapnya dingin dan berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Sementara Chanyeol dan Yoora memandang punggung adik bungsu mereka dengan tatapan sulit percaya melihat sikap Jae In yang semakin hari semakin kelewatan.
[ ]
Chanyeol dengan langkah tegapnya melangkah melewati koridor sekolah dengan senyum sumringah yang tidak pernah lepas dari bibir tebalnya. Ia seolah merasa bangga mengenakan seragam Hanyang High School yang merupakan sekolah terpopuler di Seoul. Apalagi itu milik keluarganya.
Jika dilihat, Chanyeol memiliki sikap yang berbeda dengan Jae In—adiknya. Chanyeol sangat ramah pada semua orang, memiliki wajah tampan dan juga otak cerdas. Ia juga tidak memandang seseorang dari kasta manapun dan juga memiliki selera humor yang tinggi. Buktinya saat ini ketika ia berdiri didepan kelasnya untuk memperkenalkan dirinya. Chanyeol tersenyum menatap teman-teman barunya yang menatap kagum padanya. Para gadis ada yang berbisik tentang ketampanannya dan ada juga yang histeris bahagia melihatnya.
"Park Chanyeol imnida, senang bertemu dengan kalian semuanya dan mohon bantuannya." Chanyeol sedikit membungkuk hormat sebagai salam perkenalannya dan lihatlah senyuman diwajahnya tidak pernah pudar. Namun matanya menatap sosok laki-laki mungil yang sibuk dengan bukunya tanpa tertarik dengan perkenalan Chanyeol sebagai anak baru dikelasnya.
"kau boleh duduk dibangku samping Byun Baekhyun." Miss Choi selaku wali kelas dan juga guru bahasa inggris mempersilahkan Chanyeol duduk dibangkunya. Chanyeol menganggukkan kepalanya terlebih sebelumnya ia mengucapkan terima kasih pada gurunya itu dan melangkah menuju bangkunya sambil membalas sapaan teman-teman sekelasnya.
"Hey," Chanyeol menyapa Baekhyun walaupun ia sudah tahu kalau laki-laki cantik itu bernama Byun Baekhyun karena tadi Miss Choi menyebutkan namanya. Tapi Chanyeol ingin berkenalan secara langsung dengan laki-laki bermarga Byun itu, namun Baekhyun sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari buku. Laki-laki jangkung itu menjadi kesal dan mengambil posisi duduk menghadap kedepan sambil membuka bukunya. Tanpa disadari Chanyeol, Baekhyun memandanginya sejenak melihat raut kesal Chanyeol yang menurutnya lucu dan tanpa sadar Baekhyun mengukir senyum manisnya tanpa sepengetahuan Chanyeol dan tatapannya kini kembali fokus pada buku pelajarannya.
[ ]
Jam istirahat berbunyi, semua siswa sudah memadati kafetaria. Chanyeol membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas sambil sesekali melirik ke arah Baekhyun yang juga melakukan hal yang sama. Chanyeol kembali ingin menyapanya namun bibir tebalnya kembali mengatup ketika rombongan siswi-siswi menghampiri meja Chanyeol untuk berkenalan. Mau tak mau Chanyeol terpaksa melayani mereka walaupun ia agak risih melihat rombongan siswi-siswi itu saling mendorong dan berusaha untuk mendekatinya.
Baekhyun melangkah keluar kelas dan menghilang di sebalik pintu ketika Chanyeol melihatnya. Chanyeol sangat heran melihat tingkah Baekhyun yang intovert menurutnya dan Chanyeol bisa menebak kalau Baekhyun tidak memiliki teman sama sekali di sekolah.
Setelah bebas dari jeratan para gadis-gadis di kelas. Chanyeol berlari mencari keberadaan Baekhyun. Ia telah menyambangi perpustakaan dan juga kafetaria sekolah tapi ia tidak melihat sosok yang ia cari. Chanyeol menjadi sedikit putus asa untuk mengajak Baekhyun berteman. Ketika ia melangkahkan kakinya kembali ke kafetaria. Ia mendengarkan suara ribut didalam sebuah ruangan yang berada disamping aula. Perlahan Chanyeol melangkahkan kakinya pelan-pelan agar tidak ketahuan oleh orang didalam sana. Ketika ia sampai didepan pintu ruangan itu, ia sedikit mengintip ke dalam dan mata bulatnya semakin membulat ketika melihat adiknya sedang membanting tubuh seorang laki-laki diatas matras dengan kuat.
[ ]
Jae In memasuki rumahnya dengan langkah santai tanpa ada beban sama sekali dipikirannya dan melewati Chanyeol yang sedang menatapnya. Adiknya itu sama sekali tidak mempedulikan keberadaannya sama sekali. Entah ia pura-pura tidak tahu atau memang tidak menyadari keberadaan kakaknya itu.
"Jane…" langkah Jae In berhenti ketika Chanyeol memanggil nama internasionalnnya saat ia ingin menaiki anak tangga rumah mereka dan sedikit membalikkan tubuhnya untuk menatap Chanyeol.
Chanyeol bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Jae In. gadis itu mendongakkan kepalanya agar bisa menatap sang kakak yang jauh lebih tinggi darinya.
"Kenapa kau melakukannya pada Baekhyun sementara dia bukan anggota karate." Jae In menyunggingkan bibirnya seolah meremehkan perkataan Chanyeol. Chanyeol begitu terkejut kalau laki-laki yang dihajar oleh adiknya itu adalah Baekhyun. Ketika laki-laki cantik itu kembali ke kelas, Chanyeol melihat ada luka memar dibagian bibirnya dan meringis kesakitan dibagian tulang punggungnya ketika ia duduk. Chanyeol melipatkan kedua tangannya ke dadanya menatap tajam ke arah Jae In yang seolah tidak peduli dengan tatapan tajamnya.
"Membelanya?" Chanyeol semakin meradang mendengar ucapan sang adik. Ia baru dua hari di rumah tapi sudah mendapat sambutan tidak baik dari adik bungsunya itu.
"Aku bukan membelanya tapi aku hanya memperingatimu." Tegas Chanyeol.
Jae In berdecih dan kemudian tertawa meledek menatap Chanyeol, "Itu bukan urusanmu!" Jae In mendorong tubuh Chanyeol hingga punggungnya terbentur ke dinding. Gadis itu berlalu pergi meninggalkannya. Chanyeol menatap kesal ke arah adiknya dan didalam hatinya berjanji akan mengawasi sang adik dan juga Baekhyun.
[ ]
"Chanyeol-ah,"
Nyonya Park menggenggam tangan besar anak laki-laki ketika Chanyeol menyambangi kamar orang tuanya setelah ia menceritakan semua kejadian tentang adiknya di sekolah.
"Ibu mohon padamu…tolong jaga dan awasi adikmu."
"Ada apa dengan Jae In sebenarnya?" Nyonya Park menundukkan kepalanya ketika Chanyeol bertanya tentang adiknya. "Tolong jawab pertanyaan aku, bu?" desak Chanyeol lembut menggenggam tangan ibunya untuk memberikan rasa nyaman. Wanita paruh baya itu kemudian terisak kecil membuat Chanyeol panik dan merangkul sang ibu ke bahu lebarnya.
"Adikmu...tiga tahun yang lalu dia diculik oleh orang-orang yang ingin menghancurkan perusahaan ayah kalian. Dan mereka menyandera adikmu dan meminta tebusan proyek terbesar membangun pusat komunikasi berskala internasional di Incheon." Mata bulat Chanyeol melebar seketika mengetahui kehidupan adiknya disaat ia sedang di Paris dan keluarganya sama sekali tidak ada memberi kabar tentang penculikan yang dialami oleh adiknya itu. "Lalu…ayahmu sama sekali tidak mau memberikan proyek itu kepada mereka dan membiarkan adikmu disiksa oleh mereka selama beberapa hari hingga akhirnya Jae In berhasil kabur karena anak pemilik perusahan membantunya kabur dari gudang dipusat pinggiran kota Daegu…." Nyonya Park menghentikan sejenak perkataannya dan mengambil napas untuk menetralkan napasnya yang tersengal-sengal, "anak itu mati tepat dimata Jae In dibunuh oleh anggota ayahnya sendiri dan itu sempat membuat adikmu shock beberapa hari dan Jae In kembali melarikan diri ke rumah dengan sebuah motor dengan luka dibadannya." Setelah menceritakan semua apa yang dialami oleh adik bungsunya sangat berat. Pantas saja adiknya berubah menjadi dingin dan kasar. Dan dalam hati Chanyeol menambahkan tekadnya akan selalu menjaga adiknya dan berusaha membujuk adiknya kembali menjadi Jae In yang seperti dulu.
[ t b c ]
nb : gue repost ulang ceritanya. dibuang sayang :'D
