Tittle : Guide me into your heart (A promise)

Author : bumranger89

Casts : Kim Yesung , Bryan Kim (Kim Kibum), and others

Genre : Romance, Humour

Rated : T

Lenght : Oneshot

Summary : Bryan Trevor Kim. Itulah nama lengkapnya, dia bilang dia keturunan Korea-Amerika, makanya dia punya marga serupa dengan margaku, Kim. Sejak kecil dia pindah ke Amerika bersama seluruh keluarganya. Hanya itu yang baru kuketahui tentangnya, sejak ku putuskan menjadi pemandunya satu jam yang lalu. Ah, ralat, dia yang memintaku. / Kurasa dia pria yang ramah dan juga.. tampan.

Disclaimer : All the chara(s) are not mine, except Kim Kibum XD

Warning : Yaoi, BL, Shounen-ai, OOC, Typo(s), bahasa acak acakan & gaje.

Note : Di sini Kibum nya jadi bule blasteran, jadi nama nya Bryan Kim.. hehe XD. Saya seorang newbie di dunia per-autor-an ini, jadi maaf sebelumnya kalau banyak kesalahan. *bow*

A 24th birthday gift for my very bestfriend ever, Tri Astutik a.k.a Trias Ross Gamst a.k.a r3diavolo89.. maaf kalo ngga sesuai harapan u,u'

Bon Anniversaire, cherie~~ ^^, Don't be tired for being friend of a person like me, ya know, kinda weird person.. Kk XD

Hope you'll like it. ^^

Yesung POV

Kuketuk-ketukan kakiku tak sabar, entah berapa lama aku berdiri disini. Terlihat seperti orang bodoh, dengan tulisan 'Welcome home, Cinderella' diatas kertas berukuran jumbo di tanganku dengan warna mencolok. Bisa kulihat pandangan orang-orang yang memandangku aneh. Mungkin mereka pikir aku memiliki penyakit 'Sindrom Pangeran' yang selalu menunggu cinta sejati dari 'Sang Cinderella' nya, heh? Konyol sekali. Semua ini gara-gara orang yang ku tunggu itu. Dia yang menyuruhku menunggunya di bandara dan menulisnya seperti itu. Dasar aneh. Dan sampai sekarang, dia bahkan belum menampakkan wujudnya.

Kulirik jam yang melingkar di tanganku. Hebat, ini rekorku menunggu orang, 4 jam. Dilihat dari peta, Jepang bukan tempat yang jauh, hanya sebatas ibu jari –mungkin kalau pakai jariku, sebatas jari telunjuk- dari Korea. Kalau dia bukan hyungku, mana mau aku menunggunya. Kurasakan ponselku bergetar, kulihat nama 'Heechul-hyung' terpampang di layar. Ini dia.

'Yobose...'

"Yaa, Kim Heechul!" suara di seberang terputus oleh teriakanku. Kulihat semua orang sontak menoleh padaku.

"Sampai kapan aku harus menunggumu, hyung?" kuturunkan nada bicara ku, setelah sebelumnya berujar 'Maaf' pada orang-orang.

'Ah, mianhe Yesungie, aku tidak jadi pulang ke Korea hari ini' ujarnya menyesal, tapi nadanya tidak terdengar seperti itu. 'Ahahaha, hentikan itu hannie, geli.' tuh kan, dia sama sekali tidak merasa bersalah, bahkan terdengar bahagia. Bisa kutangkap situasi disana, Hankyung –kekasih orang aneh yang sayangnya hyungku itu- sedang bersamanya dan kini sedang menggodanya.

"Wae?" tanyaku, kuharap dia punya alasan yang realistis.

'Hankyung menculikku ke Hawaii. Aku tak kuasa menolaknya' Bagus, sangat bisa diterima di akal. Akal kucing.

"Lalu untuk apa aku berlama-lama menunggumu?" kurasakan dahiku berkedut, menahan untuk tidak memakinya. Bagaimana pun dia lebih tua dari ku.

'Sebagai gantinya, aku akan bawakan oleh-oleh untukmu dari Hawaii' dia yang bilang ya. Mungkin aku bisa membuat daftarnya nanti. Benda-benda yang berbau pantai mungkin. Umm, baju, tas, gelang kaki, kalung, lalu...

'Tapi kurasa rok rumput paling cocok untukmu, hahaha' bayangan benda-benda apa saja yang bisa kuminta darinya sirna seketika, saat tawa mengerikannya menggelegar.

"Itu tidak lucu" ujarku ketus

'Wae? Pasti kau akan terlihat cantik' dia suka sekali menggodaku.

"Aku bukan orang sepertimu, hyung" dan aku tidak akan terpancing olehnya.

'Dan kurasa pangeran kecilmu akan suka sekali melihatmu menari hula-hula, kekkkeke'

BLUSH

Sial, kenapa umpannya termakan olehku? "Hy-hyung, a-apa maksudmu?" haaah, panas sekali wajahku.

'Ahahaha, sayang sekali aku tidak bisa melihat wajahmu yang merah' dia tertawa penuh kemenangan. Persis seperti setan yang berhasil menggoda manusia.

"Hyuuung!~" oke, aku sedang merajuk padanya. Supaya dia tidak membuat wajahku semakin merah.

"Arra.. arra.. Sudah ya, Hankyung mengajakku berenang. Bye" Dia menutup teleponnya.

Kupandangi ponsel merahku, lebih tepatnya benda yang menggantung di ponselku. Sebuah boneka kecil berbentuk seekor kelinci berwarna putih. Aku tersenyum kecil memandanginya.

"Pangeran kecil ya?"

"Awwww!" aku meringis saat pantatku menyentuh lantai bandara, setelah sebelumnya tubuhku beradu dengan tubuh seseorang. "Appo" menyentuh pinggangku yang memang sedikit nyeri. Kulihat sebuah tangan terulur di depan wajahku. Aku meraihnya, membantuku berdiri.

"Are you okay?" sebuah suara asing tertangkap di telingaku.

"Terima kasih" Kudongakkan wajahku, melihat siapa yang baru saja menolongku. Dia, seperti orang asing dengan hidung mancung, kulit putih dan rambut hitam kemerahannya yang masih bisa sedikit kulihat karena tertutupi oleh topi, tapi dilihat dari matanya dia seperti orang Asia. Dia tersenyum, aku terdiam. Kugelengkan kepalaku, sadarlah. Tunggu, aku harus segera menelfon polisi, dia baru saja membunuhku, dengan senyumnya. Mana? Dimana ponselku? Kuraba-raba seluruh saku celanaku. Tidak ada. Bagaimana ini?

"Is it yours?" suara berat itu membuatku menoleh.

"Ponselku!" pekikku tak sadar, dan langsung meraih ponsel merah yang berada di tangan orang asing itu. "Untung kau tidak apa-apa Snowy" katakan aku gila karena sekarang aku sedang mengelus-elus gantungan ponsel berbentuk boneka kelinci itu, seperti barang berharga. Itu memang barang yang sangat berharga untukku.

"Snowy?" tanyanya sedikit tak mengerti melihatku, tak berapa lama ia kembali tersenyum. "So, this bunny is 'Snowy'?" memegang barang paling berhargaku. Spontan kutarik kembali, aku tak mau kehilangannya lagi barang sedetik.

"Looks that bunny's very precious for you" dia bicara apa? Aku tidak mengerti. "I'm Bryan, by the way" mengulurkan tangannya. Kalau yang itu aku tau artinya, namanya 'Bryan'.

"Yesung. Kim Yesung" kusambut uluran tangannya.

"So, Yesung. I've just came from Los Angeles, California. Would you like to be my tour guide in Korea?" membenahkan letak ranselnya.

"Huuh?" aku melongo tak mengerti. Mungkin setelah pulang dari sini aku harus ke gereja, membuat pengakuan dosa, karena sering tertidur di kelas Mr. Alan Smith, guru bahasa Inggrisku.

Dia tersenyum, ku kedipkan mata, aku tak mau terhipnotis lagi. "Apa tadi kau bilang?" tanyaku tak peduli dia mengerti atau tidak bahasaku. Lagipula dia juga tidak peduli aku tidak mengerti bahasanya.

Kulihat sudut bibirnya kembali tertarik. Heran, suka sekali dia membunuh orang dengan senyumnya yang menawan itu. Eh, aku bilang apa tadi?

"Kim Yesung, aku baru saja datang dari LA, California. Apa kau mau menjadi pemandu tur ku di Korea?"

"Huuuh?" dia tadi baru saja bicara bahasa Korea kan? (N: anggap aja bahasa Indonesia yang ditulis ini Bahasa Korea. -_-)

Aku berkedip ,"Kau bisa bicara Hangul?" tanyaku meyakinkan pendengaranku tadi.

Dia mengangguk. Kenapa tidak dari tadi? Kalau begini kan tidak perlu ada bintang-bintang yang berputar di kepalaku waktu mendengarnya bicara tadi.

"Jadi?" tanyanya ambigu.

"Apa?"

"Jadi pemandu ku"

"Kenapa aku? Aku bukan pemandu wisata"

"Aku akan membayarmu" dia kira aku mata duitan apa?

"Baiklah, kita bicarakan harga nanti. Ikut aku" titahku beranjak pergi lalu dia mengekor dibelakangku.

( Heh heh heh (-,").. lain di hati lain dimulut -_-.. *N numpang lewat*)

Bryan Trevor Kim

Itulah nama lengkapnya, dia bilang dia keturunan Korea-Amerika, makanya dia punya marga serupa dengan margaku, Kim. Sejak kecil dia pindah ke Amerika bersama seluruh keluarganya. Hanya itu yang baru kuketahui tentangnya, sejak ku putuskan menjadi pemandunya satu jam yang lalu. Ah, ralat, dia yang memintaku. Beruntung dia fasih berbicara Hangul, jadi aku tidak perlu repot-repot pergi ke toko buku dan membeli kamus.

Kurasa dia pria yang ramah dan juga.. tampan. "Aissh, apa yang kupikirkan?" menoyor kepalaku sendiri. Menangkup kedua pipiku yang memanas dan tersenyum sendiri.

"Kau seperti orang gila" dia berbicara tanpa ekspresi, mendudukkan diri di bangku halte. Coret kata 'ramah' dalam otakku tadi. Aku menatap nya sebal, aku jadi seperti orang gila juga karena siapa?

"Aku haus" keluhnya, mengusap usap lehernya. Dia membuka topi menghapus peluh yang menetes dari keningnya, yang diterpa sinar matahari. Aku terdiam menatapnya. "Apa aku terlihat sexy ?" dia tersenyum jahil.

Kugelengkan kepalaku, memalingkan wajah "tch, sexy apanya?" berdecih, kulirik lagi 'dia memang sexy~~'

"Kim Yesung, aku haus" dia kembali mengeluh. "Belikan aku minuman!" selain menyebalkan, dia juga manja.

"Ckk, kau kan bisa membeli sendiri" yang benar saja, aku kan bukan asistennya.

"Aku tidak punya uang won. Uangku dollar semua" Sombong, bisa kumasukkan kata itu dalam otakku?

"Issh, menyebalkan sekali" kuhentakkan kakiku meninggalkannya, terpaksa memenuhi rengekannya.

"Ini yang mulia" sindirku menyodorkan sebotol orange juice yang sudah ku beli tadi padanya. Dia menoleh, terdiam sesaat, lalu kembali tersenyum "Kau tau kesukaanku" ucapnya lirih meraih botol yang kusodorkan. "Kau bilang apa?" yang masih samar samar bisa ku dengar. "Tidak ada" meneguk separuh botol dalam sekali teguk, sepertinya dia memang kehausan.

"Kau bilang semua keluargamu ada di Amerika" kududukan diriku di sampingnya.

"Hmm" itu artinya 'iya' kan? Irit sekali dia bicara.

"Lalu kenapa kau kembali ke Korea?" sedikit penasaran juga apa yang membuatnya kembali ke sini, sementara seluruh keluarganya di sana.

"Apa tidak boleh?" Apa aku terdengar seperti melarangnya datang ke Korea.

"Ah.. ti-tidak" ujarku salah tingkah, sepertinya aku salah bicara tadi.

"Aku menagih janji pada seseorang" lanjutnya yang hanya bisa kutanggapi dengan 'Oh' saja. Aku tidak mungkin bertanya lebih jauh tentang urusan pribadinya. Sangat tidak sopan. Dia bangkit dari duduknya "Ok. Lets go!" ajaknya membenahi letak ranselnya lagi.

"Huuh? Kemana?" aku bertanya bingung.

"Bukankah kau menjadi pemandu ku ?" ah, benar juga, tapi aku bingung mau mengajaknya kemana?

"Kau mau kemana?" tanyaku.

"Whatever, ke tempat kesukaan mu juga tidak apa-apa" dia berjalan mendahuluiku.

"Hei tunggu aku!"

"Sore hari, ini merupakan tempat yang paling indah" kali ini aku mengakjaknya ke sungai Han, setelah sebelumnya kuajak dia berkeliling. "Banyak pasangan kekasih yang menghabiskan waktu sorenya hingga malam disini" berjalan berdampingan di sepanjang sisi sungai. "Eh?" kulihat dia menghentikan langkahnya membuatku menoleh padanya.

"Apa kau sengaja mengajakku kesini?" tanyanya mendekatkan wajah. Hey, ini terlalu dekat. Kumundurkan kepalaku.

"Ap-apa maksudmu?" kupalingkan wajah, tak mau dia melihat wajahku yang bersemu.

Dia menarik wajahnya, "Seperti mereka" kuikuti arah jarinya menunjuk kearah beberapa orang yang terlihat berpasangan. Dan..

Blush

Aku baru sadar apa maksudnya. "Ahahahaha" Bryan tertawa renyah "Kau manis sekali" lanjutnya menepuk kepalaku ringan, lalu berjalan meninggalkanku yang berdiri mematung, kusentuh kepalaku dan dadaku. Perasaan yang tak asing, dan nyaman sekali.

"Huaaaaa..." terdengar tangisan anak kecil yang membuatku tersadar. Kulihat Bryan sudah berjongkok menyamakan tinggi nya dengan bocah menangis itu.

"Kau tidak apa-apa adik kecil?" dielusnya kepala anak itu, tersenyum menenangkan. Aku pernah bilang kalau dia tampan, tapi dia yang saat ini kulihat terlihat jauh lebih tampan.

"Aku.. hiks.. tidak.. hiks.. bisa.. hiks.. menemukan.. hiks.. hyungku" anak itu sepertinya tersesat dan terpisah dari hyungnya.

"Siapa namamu adik kecil?" aku ikut berjongkok, menghapus air mata di pipi tembamnya. Sepertinya dia sudah lama menangis, matanya bengkak.

"Lee Seungri" jawabnya sudah mulai tenang.

"Nah, Seungri-ah jangan menangis lagi ne? Hyung akan membantu menemukan hyungmu" Kulirik Bryan tersenyum menganggukkan kepalanya pada Seungri, meng-iyakan perkataanku.

"Euung" Seungri mengangguk lucu. Kuacak rambutnya gemas. "Nah, ayo kita cari hyungmu!" ajakku mengenggam tangan kanan Seungri, sedangkan tangan kirinya digenggam Bryan.

"Seungri-ya!" terlihat seorang anak yang sepertinya lebih tua dari Seungri, dengan dua buah es krim di tangannya berlari ke arah kami bertiga.

"Hyuuung!" Seungri melepaskan tautan tangannya denganku dan Bryan. Menghampiri anak laki-laki yang bermata sipit dan berambut pirang itu. Heh?! Siapa yang mewarnai rambut anak sekecil itu? –"

"Kenapa kau tidak menungguku? Hyung mencarimu kemana-mana?" sepertinya itu hyung Seungri.

"Daesung-hyung lama, makanya Ri mencari hyung" adu Seungri pada hyungnya yang kuperhatikan, mereka tidak mirip kalau dikatakan saudara kandung.

"Ya sudah, ini es krim coklatmu" anak bermata sipit itu mengulurkan es krim di tangan kananya pada Seungri.

"Huwaaaa, gomawo hyung~" Seungri menerima nya dengan mata berbinar.

CUP

Mencium pipi sekilas anak yang bernama Daesung itu. "Nanti kalau aku besar nanti, aku akan menikah dengan Daesung hyung" Seungri berujar antusias sembari memakan es krimnya, membuat anak bernama Daesung itu tersenyum menyembunyikan mata sipitnya.

Eh? Menikah?

Celotehan Seungri membuatku tak bisa berkata apa-apa, dan sekelebat kenangan itu muncul di pikiranku.

"Apa mereka mengingatkanmu pada sesuatu?" pertanyaan Bryan membuatku menoleh padanya. Sepertinya dia bisa membaca pikiranku. Kulihat dia tersenyum jahil. Aku tidak suka senyumnya yang ini.

"Bukan urusanmu" lagi, kupalingkan wajahku yang pasti sudah memerah. Sedikit terdengar kekehan darinya.

"Ini untukmu" anak berambut pirang yang bernama Daesung itu mengulurkan satu es krim yang tersisa di tangannya kirinya padaku, setelah sebelumnya ia menarik narik celanaku. "Namaku Kang Daesung, dan terima kasih karena sudah menjaga Seungri" dia membungkukkan badannya sebelum menggenggam tangan Seungri "Nah Seungri, ayo kita pulang, ini sudah sore" ajaknya dan beranjak menjauh. Kulihat Seungri melambaikan tangannya pada kami berdua.

Hari sudah beranjak malam. Aku sudah mengajaknya berkeliling seharian ini. Kami sedang duduk di atas rumput di pinggir sungai.

"Mana bayaranku" kutadahkan tanganku padanya. Kurasa tugas memanduku sudah selesai.

"Bayaran apa?" jangan bilang kalau dia punya penyakit amnesia. Aku memutar bola mataku.

"Apa kau akan beralasan tak punya uang won lagi? Jangan khawatir aku menerima dollar" kulihat dia terkekeh. Lalu berdiri dan merogoh saku celana belakangnya. Berbalik, menunduk dan..

CHU~

Aku membelalakkan mataku. Entah kenapa aku diam saja saat bibirnya menyentuh bibirku sedikit lama, hanya menempel tak terjadi lumatan. Dia menarik wajahnya, menjauhkan bibirnya dari bibirku. Kusentuh bibirku, terasa hangat dan nyaman "A-apa yang kau lakukan?"

"Itu bayaranmu hari ini" kutatap ia tak mengerti. Ia mendekatkan wajahnya lagi, "I miss you, my turtle" bisiknya di telingaku

DEG

Jantungku seolah berhenti saat mendengar ucapannya tadi. Aku masih diam mematung. "Kau benar-benar tidak mengingatku?"

Kudongak kan kepalaku perlahan, "Ki-Kibummie?" Kulihat dia tersenyum. Benarkah ini dia? "Kim Kibum?" tanyaku memastikan, ini bukan halusinasiku karena terlalu merindukan orang yang bernama Kim Kibum itu kan? Dia mengangguk.

"Ne, ini aku. Kib... hey" dia sedikit tersentak saat aku tiba-tiba memeluknya.

"Hiks.. Dasar bodoh.. hiks" tangisan kerinduanku tak dapat ku bendung lagi.

"Kau tidak berubah. Masih saja cengeng" ejeknya, yang sontak membuatku melepaskan pelukanku. Tapi dia menarikku kembali, merengkuh tubuhku "Tunggu sebentar, biar seperti ini dulu" . Lebih erat.

"Kenapa kau mempermainkanku ? Kau bilang namamu Bryan" kudongakkan wajahku. Dia sudah lebih tinggi dariku.

"Aku tidak mempermainkanmu. Kau yang tidak mengenaliku" kilahnya, melepaskan pelukannya. Jangan dilepas dulu, aku belum puas memeluknya.

"Salahmu sendiri, kenapa kau bertambah tampan.. oops" kututup mulutku. Aissh, aku kelepasan. Sepuluh tahun sejak dia dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke negeri film Hollywood, banyak sekali perubahan pada dirinya. Dia bukan lagi bocah laki-laki kecil yang dulu aku kenal, kini dia sudah tumbuh menjadi sosok yang menawan. Dan aku tetap menyukainya.

Kulihat sudut bibirnya tertarik, "Jadi dari tadi kau melamun karena terpesona olehku, eoh?" menaik turunkan alis, menggodaku. Dan dia lagi lagi sukses membuat wajahku memanas.

"Yaa!" kudorong dadanya pelan, sedikit terhenyak saat dia memegang tanganku.

"Kau sudah melakukan tugasmu sebagai pemanduku dengan baik hari ini" dia memandangku dalam. "Sekarang biarkan aku yang memandumu, Let me guide you into my heart.." Mendekatkan wajah, "Saranghae Kim Yesung" bisiknya tepat ditelingaku.

Entah aku harus bicara apa? Bibirku terasa kelu mendengar penuturannya tadi. Benarkah yang kudengar ini? Ini bukan mimpi kan? Kucubit pipiku pelan "aww, sakit" ringisku.

"Ini bukan mimpi Yesungie" dia menjepit hidungku pelan. "Aku disini, untukmu" ujarnya lembut. "Kau belum menjawabku" kembali menatapku intens.

CHU~

Ku kecup bibirnya sekilas. Itulah jawabanku.

I love you too, my little prince.

END

Epilog

"Jadi. Apa aku bisa menagih janjimu?" tanyanya tiba-tiba. Janji? Haaah! Kukira dia sudah melupakannya. "Aku tidak memintamu untuk melakukannya sekarang" kulihat dia terkekeh geli melihatku salah tingkah. Dan aku yakin pasti wajahku sudah semerah kepiting rebus. "Apa aku perlu memanggil anak-anak tadi untuk mengingatkanmu?" dia kembali menggodaku. Dia lebih cocok menjadi adik kandungnya Heechul hyung, daripada aku.

"Haah, kau pasti akan terlihat sangat cantik" wajahnya menengadah ke arah langit. Tuh, kan mereka benar-benar mirip.

"Yaa, Kim Kibum!"

END (Lagi)

Author POV

10 years ago

"Ayo cepat turun!" terlihat seorang bocah lelaki berteriak dari bawah pohon.

"Tidak mau, ini tinggi sekali Kibummie" rengek bocah lelaki lain yang berada diatas pohon, dengan satu tangan memeluk batang pohon erat, ketakutan.

"Kau lompat saja, jangan takut, aku akan menangkapmu Yesungie" bocah bernama Kibum itu kembali membujuk Yesung.

"Janji?" Yesung memperlonggar pelukannya di batang pohon.

"Iya. Ayo cepat lompat!" Kibum merentangkan kedua tangannya bersiap menangkap.

"Aku lompaaaat!"

HUP.. BRUGH

"Ugh.. Kau berat sekali, Sungie" ucap Kibum, yang sontak membuat Yesung yang berada diatas tubuhnya, beringsut bangkit.

"Maaf" ujar Yesung menyesal, menundukkan wajah.

Kibum bangkit "Tidak, apa-apa. Yang penting kau tidak terluka" tersenyum tulus. "Dan berkat kau, Snowy juga baik-baik saja" Kibum mengelus seekor anak kelinci putih yang berada dalam dekapan Yesung. Ya, Yesung rela memanjat pohon tinggi itu, mengabaikan phobia ketinggiannya hanya untuk menyelamatkan kelinci milik Kibum yang tersangkut di atas pohon karena ulah iseng anak nakal tetangganya.

"Ini minumlah, kau pasti capek" Kibum menyodorkan sekotak jus jeruk dari tas sekolahnya pada Yesung.

"Hwaaah, segar sekali" Yesung berujar cerah, setelah menghabiskan separuh isinya. "Gomawo, Kibummie"

CUP

Mengecup pipi tembam Kibum sekilas.

"Nanti, kalau sudah besar nanti. Aku akan menikah dengan Kibummie, dan memakai gaun yang sangaaaaaat indah. Seperti pangeran dan putri.."

"Ne, aku pegang janjimu"

END (ini beneran XD)

Aneh.. aku tau -_-.

Ending yang gaje.. aku tau –" *jedotin pala ke dada kibum XD

Harap maklum aku masih seorang awam. Kritik dan saran sangat diterima ^^,

Trias, hutangku lunas ya? XD

#kaburr, sebelum ditimpuk Trias

#berguling-guling

Sign

N-Lite (Noenx)