Re Boot
andai waktu bisa diulang...
.
Kuroko no Basket Fanfic
Kuroko no Basket by Fujimaki Tadatoshi
Song : Re Boot by Jimmy Thumb P, Hatsune Miku, Megurine Luka, Samune Zimi
First fic by ME, hari-slalu-mau-hujan
Genre : friendship, ragedy, hurt, comfort
Warning! Typo, OOC, gaje
.
HAPPY READING!
.
Langit sore terlihat jelas dari bukit. Semburat sinar jingga dari ufuk barat membuat suasana menjadi hangat. Dua orang anak laki-laki berumur sekitar 13 tahun tengah asyik mengobrol, saling bercanda satu sama lain.
Sampai mereka mendengar langkah kaki. Mendekat. Semakin keras.
"Kagami-kun! Aomine-kun!" suara yang sangat mereka kenal. Kedua anak yang dipanggil menoleh. Mereka melihat Kuroko Tetsuya tersenyum dihadapan mereka.
"Tetsu, kau lama sekali..." keluh Aomine, "Aku sudah menunggu dari jam 2 siang tadi."
"Bukannya kita janjian ketemu jam 4 sore?" tanya Kuroko bingung.
"Eh, iya juga, ya." Aomine teringat.
"Sudahlah. Yang penting, kita sudah ngumpul semua. Jadi, Kuroko, apa yang ingin kau tunjukkan?" tanya Kagami.
"Tunggu, ya," Kuroko merogoh tasnya, "Ah, ini dia!"
Bocah bersurai baby blue itu mengeluarkan 3 benda kecil-seukuran gantungan kunci-berbentuk bola basket.
"Waaahh... Keren! Bagaimana kalau kita jadikan lambang persahabatan kita?" usul Kagami. Kedua sahabatnya langsung mengangguk.
"Untuk menunjukkan kalau kita adalah sahabat, selamanya!" janji mereka, sambil mengangkat gantungan kunci masing-masing.
.
まだ少し暗い部屋 魔法使いが降りて
"さよなら"とだけ告げた
季節の無い日々が重なり始めたときを
まだ覚えているよ
.
Into this still, dark room, a magician magically appears
Only to say his final goodbye to me
That day the seasons froze, the days piled up like snow,
I still remember it you know?
.
Esoknya, sepulang sekolah, ketiga bocah itu pulang bersama. Kemudian, tiba-tiba, Kuroko berhenti berjalan. Bocah itu menatap sebuah toko es krim dengan tatapan ingin.
Aomine menatapnya heran, "Kenapa kau, Tetsu?"
"A, ah, tidak. Aku hanya... ingin makan es krim, mungkin? Etto, ya, begitulah..." balas Kuroko malu-malu.
"Heh, kalau mau, bilang dong!" kata Kagami. Bocah bermanikmaroon itu berlari ke toko, disusul oleh Aomine dan Kuroko.
"Nah, ayo pilih es krim yang kau ingin, Kuroko. Aomine juga." kata Kagami. Mata Aomine langsung berbinar, dan secepat kilat dia mengambil sebungkus es krim rasa coklat.
"Tidak apa-apa, kah, Kagami-kun?" tanya Kuroko memastikan. Kagami mengangguk sambil tersenyum.
"Ayo, jangan malu-malu." Kagami mendorong Kuroko agar lebih dekat hingga bisa menjangkau es krim dalam freezer tersebut.
"Terima kasih, Kagami-kun!" kata Kuroko gembira.
"Yosh! Ayo lanjut! Aku harus pulang cepat, nih. Aku punya setumpuk PR yang harus dikerjakan!" kata Aomine setelah Kagami membayar es krim yang dibelimoleh sahabat-sahabatnya.
"Kagami-kun tidak beli juga?" tanya Kuroko.
"Beli, kok. Nih!" Kagami menunjuk es krim di tangannya.
"Wah, kau beli es krim rasa apa tuh? Bagi dong!" kata Aomine.
"Silahkan.." sahut Kagami, menyodorkan es krimnya ke Aomine. Dengan cepat, bocah berambut navy itu menjilat es krim yang lezat tersebut.
"Wah, benar-benar enak!" Aomine berseru memuji, "Pilihanmu memang bagus!" tangannya menepuk bahu Kagami agak keras. Akibatnya, es krim tersebut terlempar dan terjatuh di lumpur.
"Eh..." Aomine merasa bersalah. Dia menatap Kagami yang terdiam melihat es krimnya. Detik berikutnya, bocah itu kehilangan keseimbangan dan terdorong ke belakang.
"KAU INI! Padahal sudah kubelikan es krim menggunakan uangku! Aku membelikannya padahal itu uang sakuku selama seminggu!" teriak Kagami marah.
Aomine langsung naik darah dan membalas terjangan tadi, "Kau juga salah! Siapa suruh kau mentraktir kami? Aku tidak memintamu melakukan itu!"
Kedua saling pukul dan dorong. Kuroko berusaha melerai ketika melihat gantungan kunci milik Aomine yang selama ini selalu tergantung rapi di tasnya terlepas dan jatuh di jalan raya.
Tanpa berpikir lagi, Kuroko berlari untuk mengambil gantungan kunci tersebut. Tepat saat sebuah truk besar melintas.
"KUROKO!""TETSU!"
BRAAKKKK!
Terlambat.
Tubuh kecil Kuroko terlempar beberapa meter dari tempat awal. Tubuhnya penuh dengan darah segar yang keluar. Gantungan kunci itu terlepas dari genggamannya.
Seperti persahabatan mereka, terlepas begitu saja.
.
「好きな色で飾りつけてごらんよ」
一つ一つ絡ませては解いた
焦がれていたことに気付く前に
僕らは完成を恐れて遠ざけてた
.
"I decorated it in your favorite color, you see!"
But those bonds were unwound so now you're not connected to me
But before we realized all that we wanted
We were too afraid, too unsure,
now we're too late, there's nothing for us anymore.
.
Kagami dan Aomine terduduk didepan makam Kuroko. Terdiam. Menyesali kepergian sahabat mereka yang pendiam tapi baik hati itu. Ingin sekali mereka memutar waktu. Tapi apa daya? Semua telah terjadi, tak akan bisa diulangi lagi.
Ditengah kesunyian itu, Kagami akhirnya membuka mulut.
"Ini semua salahmu." katanya dingin. Berusaha menahan perasaan yang meluap-luap dihatinya. Tapi amarahnya sudah tak dapat dibendung lagi.
"INI SEMUA SALAHMU! KALAU SAJA KAU TIDAK MENEPUKKU SEPERTI ITU, MAKA HAL INI TERJADI! KALAU KAU TAHU, SEBENARNYA AKU INGIN SEKALI KAU YANG MATI! TAPI KENAPA?! KENAPA HARUS KUROKO?! KENAPA HARUS DIA?!"
Aomine tentu saja merasa sangat marah, tapi dia tak berkata apa-apa. Dirinya terlalu sedih atas kepergian Kuroko dan terlalu marah karena tuduhan Kagami.
Kalau saja mereka menyadari, tindakan mereka justru membuat Kuroko tak tenang, sehingga dia muncul kembali di dunia sebagai roh. Kuroko kaget dengan perubahan sikap kedua sahabatnya. Andai dia ada di situ...
.
今は白黒の舞台から電子の夢を見てる
再生を祈った足音
そして褪めていた四次元はその色を変え
産声を上げた
.
Now, standing on this black and white stage,
I watch this electronic dream play,
Praying that I could be reborn again, but then
The fading fourth dimension, I'll fill with color again
So something new can come along.
.
Hari-hari berikutnya terasa berat untuk dijalankan.
Kedua anak laki-laki itu memutuskan untuk saling mendiamkan. Kagami mencari teman lain untuk menggantikan Aomine, dan dia bertemu dengan Himuro Tatsuya, seorang anak laki-laki yang populer dikalangan perempuan. Keduanya menjalin persahabatan berdua. Tapi entah kenapa, rasanya tak seperti yang dulu...
Aomine kembali bersama Momoi Satsuki, temannya sejak kecil, dan dia sering mengganggu Kise Ryouta, teman sekelasnya. Tapi bohong kalau dia bilang dia tak merindukan indahnya persahabatan mereka dulu. Kadang Aomine mencoba untuk melupakannya, tapi hatinya menolak untuk melakukan itu. Berat baginya untuk melupakan kenangan manis tersebut.
Begitulah keseharian mereka. Kuroko sangat ingin menyatukan kembali kedua sahabatnya. Tapi, bisa apa dia? Toh dia tidak akan didengar, dilihat pun tidak. Mimpinya terasa susah sekali untuk diwujudkan. Kuroko hanya bisa berharap, keajaiban mengubah semuanya.
.
いつも通りの風景は逃げ道を塞いで
その陽を夜明けに弾いた
季節の無い日々が際限無く続いてく
そんな気がしてるんだ
.
My regular, everyday routine, keeps me from escaping
It even blocks the sunlight at dawn
These season-less, empty monochrome days,
Continue on leaving me in a haze,
Or maybe it just feels that way.
.
5 tahun berlalu tanpa kemajuan.
Sebagai roh, fisik Kuroko tidak tumbuh ataupun berkembang, sehingga dia masih tetap berwujud sebagai bocah laki-laki berusia 13 tahun. Dan selama 5 tahun itu, dia menunggu keajaiban tanpa tahu pasti kapan datangnya.
Jujur, Kuroko lelah dengan semua itu. Sangat lelah. Kalau saja ada yang bisa dilakukannya, mungkin dia bisa lebih baik. Tapi sebagai roh, tak ada yang mempedulikannya. Kuroko benar-benar tak tahan. Ingin dia melepaskan diri dari masalah tersebut, tapi dia merasa itu akan membuat keadaan semakin buruk. Karena itu dia mencoba untuk bertahan.
.
Mungkin waktu 5 tahun sudah terlalu lama bagi Kuroko untuk menahan rasa sakit tersebut. Saat Kuroko siap untuk menyerah, seseorang lewat didepannya.
Seseorang yang sangat dikenalinya.
Sosok laki-laki tegap, berambut navy yang dipotong pendek, memakai gakuran dan menjinjing sebuah tas kerja berwarna hitam.
Laki-laki itu berjalan masuk ke sebuah universitas besar. Dengan langkah santai, dia melewati kerumunan orang yang sibuk dengan urusan masing-masing. Langkahnya terhenti sebentar di depan sebuah papan pengumuman. Matanya menjelajahi papan pengumuman itu dengan saksama. Ah, itu dia. Matanya menangkap sederet tulisan kanji yang dicarinya.
Di saat yang bersamaan, Kuroko yang memutuskan untuk mengikuti laki-laki tersebut melihat sebuah poster besar tentang olahraga di papan pengumuman tersebut. Manik sapphirenya tak berkedip melihat sebuah bola jingga bergaris hitam terlukis dengan indahnya di poster tersebut. Sebuah...
...bola basket.
Sebelum tangannya menyentuh gambar tersebut, laki-laki yang diikutinya sudah berjalan menelusuri koridor. Kuroko segera menyusulnya. Sekali lagi, laki-laki itu berhenti. Kali ini didepan sebuah pintu. Mata Kuroko melirik sederet tulisan kanji yang ditempel di daun pintu.
"Ruang Klub Basket Putra"
Tangan laki-laki itu bergerak, meraih gagang pintu. Membukanya hingga menimbulkan suara derak kecil. Dan dia tertegun.
Bukan karena mendengar bunyi pintu, melainkan karena matanya menangkap sosok yang menunggunya di balik pintu.
1 detik, 2 detik... Aomine sudah hilang dari balik pintu.
.
Aomine berlari meninggalkan ruangan itu hingga dia merasa tangannya tertahan. Dia menoleh, dan mendapati sosok yang selama ini dijauhinya menangkap tangannya, menahannya.
Kagami.
.
"Ah, hei. Aomine... Emm, aku jarang melihatmu lagi." ucapnya berbasa-basi.
"Ya, dan kita jarang berkomunikasi, walaupun kita satu universitas." sahut Aomine dingin. Kagami tersenyum getir.
"Kau masih ingat, kah? Hari itu, saat aku seenaknya menuduhmu atas kesalahanku-" perkataannya dipotong oleh ucapan Aomine.
"Itu bukan salahmu." nadanya melunak.
Kagami menelan ludah, "Ya, jadi... Kau tahu. Sudah 5 tahun kita tidak menyapa. Walau begitu, aku tak bisa melupakan kenangan kita dulu. Aku... Ergh, aku ingin... Aku ingin berbaikan, denganmu."
Aomine tertawa renyah, "Bukan mau. Tapi HARUS."
Keduanya berpelukan.
Tanpa mereka sadari, Kuroko yang juga menyaksikan kejadian tersebut menangis. Tangisan bahagia.
Harapannya telah terwujud.
.
明かされた真実はどこか期待外れ
哀しみを纏った陽炎
いつも完成を恐れては閉ざしたストーリー
開いたその続きは――
.
When we finally saw through the mist,
The truth it disappointed a bit
Behind all our pride
We still feel grief inside
We know now, even if we're too afraid or unsure,
It's never too late to hope for something more...
.
Malamnya, Kagami dan Aomine pergi ke bukit tempat mereka mengucapkan janji dulu.
"Hei, Aomine..."
"Huh?"
"Apa kau masih menyimpan, benda ini?" Kagami memegang liontin kalung rantainya yang berbentuk seperti bola basket.
"Hah. Tentu saja." Aomine menunjukkan jam tangannya. Sebuah gantungan kunci basket tergantung di sana.
Sementara itu, Kuroko tersenyum di belakang mereka. Menyadari kalau dia sudah siap untuk pergi. Bibirnya bergerak, mengucapkan beberapa kata, sebelum akhirnya tubuhnya menghilang.
Kata terakhirnya didengar oleh kedua sahabatnya itu. Mereka menoleh, mendapati kekosongan di belakang mereka.
Menyadari sesuatu, kemudian tersenyum.
.
白黒の舞台から電子の夢を見てる
再生を祈った足音
そして褪めていた四次元はその色を変え
産声を上げた
.
Now, standing on this black and white stage,
I watch this electronic dream play,
Praying that I could be reborn again, but then
The fading fourth dimension, I'll fill with color again
So something new can come along.
.
.:OWARI:.
Aaa, minna, makasih ya sudah mau baca /pelukreaders /ditendang
Ini fic pertamaku, yang sangat gaje dan agak typo, serta gak kerasa sedihnya /pundung
Yaa, Rain buat cerita ini saat langit mendung dan berguntur-guntur, pas banget dengan suasana hati Rain saat membuatnya /ngambilsaputangan
Dan, akhir kata, Rain mohon bantuannya melalui review minna-san. Tapi nggak pun gak apa, Rain gak memaksa
Oh ya, tambahan, kabar baiknya, Rain berbaik hati ingin membuat sequel dari Re Boot ini. Well, baru sebatas ide, tapi udah mulai Rain kerjakan. Jadi mungkin bentar lagi Rain akan post-kan
Nah, itu saja yang mau Rain sampaikan. Sampai jumpa di fic berikutnya! /lambailalukabur
