Disclaimer: Masashi Kishimoto

AU, (diusahakan agar tidak OOC)

Genre: Hurt/Comfort/Romance

Sedikit terinspirasi dari ulangtahun teman sekelas saya—Raden Rigia Larasati. Selebihnya adalah imajinasi saya sendiri. Bila ada kesamaan cerita, ide, atau semacamnya, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ini benar-benar terlintas di kepala saya saat menyaksikan ulangtahun teman saya itu.

.

.

.

Butiran dingin itu tak hentiya jatuh dan menumpuk di sebagian permukaan bumi. Warna putih menghiasi sebagian besar badan jalan kota Konoha. Dingin yang menusuk tulang jelas terasa oleh sebagian orang yang tetap melakukan aktivitasnya di luar ruangan daripada menghangatkan diri di depan perapian seraya menyeruput teh hangat. Salah satu diantara orang-orang itu adalah Hyuuga Hinata.

Gadis muda belia itu berjalan di tengah hujan salju yang turun di bulan Desember. Ia berhenti sejenak untuk merapatkan mantel tebal yang ia kenakan demi bisa mengurangi sedikit saja dingin yang dirasakannya. Ia bepergian dengan pakaian yang lengkap khas musim dingin: Sarung tangan, kupluk, mantel bertudung, celana panjang, sepatu boots, dan syal. Namun rasanya semua yang dikenakannya terasa kurang tanpa payung. Ia bepergian tanpa payung. Payung yang tersisa di rumahnya baru saja dibawa pergi oleh Hanabi yang harus latihan karate karena sebentar lagi ia akan mengikuti turnamen.

Jadilah seperti ini. Hyuuga Hinata yang mencoba menerobos hujan salju demi bisa sampai ke mini market. Ia memutuskan untuk berjalan kaki, demi bisa mengirit pengeluaran karena sebentar lagi Natal. Lagipula jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, itu pikirnya. Langkahnya terlihat terburu-buru karena ia ingin cepat sampai di tujuan. Sepatu boots-nya meninggalkan jejak kentara di timbunan salju yang dipijaknya. Namun langkahya terhenti, ketika ia melihat bayangan lain yang terlihat berbeda. Hinata mendongak dan menemukan sebuah payung biru tua yang menaungi dirinya dan seseorang dibelakangnya. Ia berbalik dan membelalak seketika saat ia tahu siapa sosok baik hati yang mau membagi payungnya dengan Hinata.

"U-Uchiha-san?" Hinata begitu terkejut ketika mendapati bahwa pemilik payung biru tua itu adalah teman sekelasnya. Orang itu adalah Uchiha Sasuke. Pria yang tidak terlalu dikenal Hinata walaupun pria itu telah menyandang status sebagai kekasih dari sahabatnya—Sakura.

"Mau ke mana?" tanya Sasuke seperti biasa—dingin. Sedingin butiran salju yang menumpuk di kepala Hinata.

"K-ke Mini market di d-dekat perempatan situ." Ia terbata. Hinata bukan salah satu penggemar Sasuke yang bisa berbicara lancar dengan nada yang dibuat-buat semanis mungkin. Berbicara dengan Uchiha Sasuke bukanlah kebiasaannya dan bukan keinginannya.

"Aku antar." Setelah berkata demikian, Sasuke dengan cepat menggaet lengan anak pertama dari Hyuuga Hiashi ini untuk berjalan beriringan dengannya dalam naungan payung yang sama.

"E-eh?" Hinata kaget. Namun ia tidak bisa menolak dan melepaskan tangan Sasuke yang menggandengnya dengan erat. Ia mempercepat jalannya demi bisa mengimbangi langkah besar Sasuke.

Bisa ia rasakan, wajahnya menghangat. Ia tidak pernah digandeng pria lain selain ayahnya dan Neji.

Ketika mereka sampai di depan mini market, Hinata mengucapkan terimakasih namun Sasuke tidak juga beranjak dari situ. Ia menganjurkan Sasuke untuk pulang, namun Sasuke tetap bersikeras untuk tetap menunggu Hinata yang berbelanja. Uchiha muda itu memutuskan menunggu di luar dan Hinata terpaksa mengangguk dan menuruti keinginan Sasuke.

Setelah Hinata masuk, terdengar hembusan nafas kesal dari Uchiha yang terlihat terpaksa ini. Pandangannya berkeliling demi menemukan seseorang yang tengah mengamati mereka dari kejauhan.

DRRR.. DRRRTT

Suara getaran terdengar dari saku celana jeans hitam yang dikenalan Sasuke. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel hitam yang memperlihatkan pemberitahuan pesan baru yang masuk dengan nama Sakura sebagai pengirimnya. Sasuke membuka pesan tersebut.

Usaha yang bagus, Sasuke-kun. ^^b

Dan sekali lagi ia mendengus kesal karenanya. Pemuda bermata onyx itu menekan-nekan keypad ponselnya—menulis sebuah jawaban untuk pesan yang dikirim oleh kekasihnya.

Merepotkan.

Ia membalas pesan tersebut dan ponselnya langsung ia masukan kembali ke dalam saku ketika dilihatnya Hinata telah selesai dan keluar dari mini market tersebut.

.

.

.

"T-terimakasih sudah m-mengantar, u-Uchiha-san," ucap Hinata ketika ia telah berada di depan rumahnya.

Sasuke hanya tersenyum tipis dan menggumamkan 'hn'.

Tidak mau dicap 'Tidak Tahu Terimakasih', —walaupun sudah mengucapkan terimakasih— dengan baik hati Hinata menawarkan Sasuke untuk mampir walau hanya sekedar untuk minum teh –walaupun ia sendiri risih karena tidak ada orang di rumah selain dirinya. Sasuke hanya menggeleng lemah.

Sasuke pergi menjauh dan Hinata berbalik untuk masuk ke dalam rumahnya yang hangat.

Uchiha muda itu terus berjalan lurus, tetapi matanya terus memandang kesana-kemari. Seperti hendak mencari sosok seseorang. Dan orang itu ditemukannya ketika sebuah payung merah melintas menyejajarkan langkah dengan payung biu tuanya. Sang pemilik payung merah mengaitkan tangan kanannya pada tangan kiri Sasuke yang sedang menggenggam payung.

Sasuke menghentikan langkah dan berkata, "Tutup payungmu.. pakai payungku saja." Pemilik payung merah yang tak lain adalah Sakura, menuruti perkataan Sasuke. Ia tertawa kecil ketika melipat payungnya, dan memasukkanya kedalam tas.

Sasuke Uchiha. Kekasihnya yang sungguh ia sayangi. Baik dan selalu membuatnya bahagia. Perkataan dengan nada yang datar dan terkesan dingin, namun bila perkataan itu dihadapkan pada Sakura, entah mengapa yang dirasakannya justru hangat. Karena Sakura adalah kekasih Sasuke. Dan perkataan Sauke tidak pernah pedas terhadap Sakura.

Dengan begitu, Sakura dan Sasuke berjalan dibawah payung yang sama. Ia melingkarkan tanganya lagi. Musim dingin ini terasa hangat bagi kedua insan yang menjalin cinta itu. Setidaknya, itu yang dirasakan Sakura dari sosok Uchiha Sasuke.

Sakura menyandarkan kepalanya di bahu Sasuke. Ia memulai perbincangan di tengah perjalanan itu. "Bagaimana rasanya menggaet tangan Hinata?" terdengar dengusan dari yang bersangkutan.

"Begitulah.." Tak terdengar suara lagi dari wanita berambut merah muda di sampingnya. "Kau cemburu?" lanjut Sasuke.

"Hhh.. bagaimana bisa aku tidak cemburu? Kau kan kekasihku. Tapi bagaimanapun, aku sendiri yang memintanya." Terdengar nada kekecewaan dari suara Sakura.

"Setelah hari itu, semuanya akan berakhir kan?" Sakura mengangguk ketika Sasuke meliriknya.

.

.

.

Terdengar nada pesan masuk disertai getaran dari ponsel putih Hinata yang ditaruhnya di meja belajar. Hinata yang sedang tidur-tiduran sambil membaca komik pun bangkit dari tempatnya dan mengambil ponsel yang masih bernyanyi itu. Tertera pesan masuk dari seseorang yang tidak diketahuinya. Ia membaca pesan tersebut.

Slamat Natal, Hinata-hime.

Siapa ini? Besok memang hari Natal. Oleh karena itu, Hinata membalas niat baik sang pengirim yang telah mengucapkan selamat padanya.

Selamt Natal jg.. maaf, ini siapa y?

Tidak lama menunggu, Hinata langsung mendapatkan balasan dari si pengirim.

Seseorang yg mngagumimu. =)

Hinata tambah dibuat bingung. Sebenarnya ia tidak ingin juga meladeni orang tidak dikenal seperti ini, oleh karena itu, ia abaikan pesan tersebut.

Merasa tak ada balasan dari Hinata, sang pengirim mengirimkan pesan berikutnya.

Aku ganggu ya? Knp ga dbls?

Hinata jadi merasa tidak enak. Kalau benar ini seseorang yang mengagumi Hinata bagaimana? Kasihan juga kan? Biasanya Hinata mendapat pesan seperti ini dari teman-temannya yang sering iseng terhadapnya. Makanya ia lebih sering mengabaikan sms seperti ini.

Maaf, tp aku gak suka ladenin org iseng kya km. Ini Sakura, Ino, atau Kiba? Atau Ten2?

Hinata sudah beberapa kali dibuat jengkel dengan sms serupa yang ternyata dikirim oleh teman-temannya itu. padahal sebelumnya ia sempat dibuat tersipu, eh.. ternyata ia hanya dijahili. Mereka itu sungguh keterlaluan. Dalam hati Hinata merutuk, memangnya aku begitu tidak laku?

Sebenarnya banyak yang memuja Hinata atau sekedar ingin untuk meminta nomor handphone-nya saja susuahnya minta ampun. Karena selalu ada Neji di dekat Hinata. Sepupu yang over protektif ini selalu membatasi pertemanan antara pria-pria yang ingin dekat dengan Hinata. Pria itu tidak akan membiarkan sembarangan laki-laki dekat dengan sepupu yang paling ia sayangi ini. Tidak ada seorang pun yang berani terang-terangan memiliki perasaan spesial terhadap Hinata. Oleh karena itu yang Hinata tahu, ia tidak punya fans seperti teman-temannya yang lain.

Terdengar dering sms kembali dari ponsel putih yang terpasang gantungan bulu-bulu lembut berwarna biru muda. Gadis bermata lavender ini membuka pesan masuk di ponselnya.

Maaf Hinata. Tp aku bkan org2 yg km sebutin barusan. Aku emang lg iseng. Aku kesepian. Oleh krna itu, gmna kalo aku telepon km aja biar km jg tau siapa aku sbnernya.

Hinata sempat ragu dan bingung. Kalau bukan teman-temannya tadi, lalu siapa? Tak ingin mati penasaran, akhirnya Hinata setuju juga dan membalas,

Oke.

Tidak lama kemudian, dering di ponsel Hinata berganti lagu dari sebelumnya. Ini nada telepon yang masuk. Hinata pelan mengangkatnya dengan menekan tombol hijau di ponselnya. Lalu menempelkan benda tersebut di telinganya.

"Moshi-moshi?" sapa Hinata terlebih dahulu.

Terdengar balasan dari seberang. Sepertinya suara ini tidak asing. Hinata sepertinya pernah mendengar suara ini. Tapi suara siapa?

"Ini siapa ya?" tanya Hinata.

Ketika pria di sana menyebutkan namanya, mata lavender Hinata membelalak tidak percaya.

"U-Uchiha-san?"

.

.

To be continue..

Bagian hurt/comfort-nya belum keliatan. Mungkin di chapter-chapter berikutya. Terimakasih sudah membaca. :)

Review please