Baby Bunny

Hoseok menatap namja yang duduk tak jauh darinya dengan kening berkerut. Jungkook—namja itu,tampak mengayun-ayunkan kakinya yang menggantung dari kursi tinggi yang di dudukinya. Sementara kedua tangannya sibuk dengan es krim vanilla miliknya yang mulai mencair.

Tak ada yang aneh dari pemandangan itu,tentu saja. Jungkook yang memang manja biasa bertingkah menggemaskan seperti itu. Hanya saja tatapan Jungkook yang biasanya penuh binar ceria itu kini tampak redup. Seolah ia tengah sedih atau marah.

Dan itu memang terjadi. Kenyataannya,meski sudah disogok dengan es krim vanilla kesukaannya,Jungkook enggan berbicara dengan Hoseok. Entah apa masalahnya.

"Kookie.."

Tak ada sahutan. Jungkook masih mengayun-ayunkan kakinya sambil menikmati es krimnya. Hoseok menghela nafas. "Jungkook-ah.."

Jungkook masih tak menjawab,meski kini cup es krim di tangannya sudah kosong. Ia bergerak turun dari kursi tinggi di meja dapur,berjalan untuk membuang cup itu.

"Jeon Jungkook.."

Tangan Jungkook terhenti di udara. Hoseok memanggilnya dengan nama lengkap,dan itu pertanda buruk. Hoseok sudah mulai kehilangan kesabarannya.

Tapi berusaha tak peduli,Jungkook membuang sampahnya dan berjalan menuju kamar mereka,meninggalkan Hoseok yang berdiri empat meter darinya.

Hoseok,tentu saja tak akan membiarkan namja—yang menurutnya mirip kelinci itu pergi. Ia menarik lengan Jungkook—yang berstatus namjachinggu-nya dan membuat tubuh keduanya menempel. Hoseok menatap kedua mata namja yang kini berada di pelukannya.

"Ada apa,Kookie?"

Jungkook yang pada awalnya menatap iris gelap milik Hoseok,kini menoleh kearah lain. "Tak ada apa-apa,hyung.."

Hoseok kembali menghela nafas. "Kau bahkan tak memanggilku hyungie seperti biasa.."

Jungkook tak menjawab lagi. Ia menyingkirkan tangan Hoseok yang melingkar di pinggangnya,dan berbalik untuk melanjutkan niat awalnya—berjalan ke kamar.

Hoseok menatap Jungkook dengan bingung. Ia benar-benar tidak merasa melakukan kesalahan hari ini. Ia bangun pagi seperti biasa,sarapan,cuddling dengan Jungkook sampai Taehyung datang untuk mengaknya latihan dance dan makan sia-….

Hoseok menepuk keningnya. Tentu saja Jungkook marah! Siapa yang tidak tau keposesifan namja yang selalu bertingkah manja itu. Apalagi kalau berhubungan dengan Taehyung yang notabenenya pernah menjadi first love serta first couple Hoseok.

Pantas saja tadi Jungkook tak menjawab pesannya di Line kalau ia akan makan siang dengan Taehyung. Dan jangan bilang… Hoseok bergegas mendekati tempat sampah.

Dan Hoseok bersumpah,hatinya terasa patah saat mendapati banyak makanan yang sebelumnya tak ada disana saat ia pergi tadi. Jungkook memasak. Dan membuangnya.

Dan Hoseok rasa Jungkook seharusnya marah dan membentaknya.

…Tapi suara isakan lirih yang didengarnya dari arah kamar membuat Hoseok ingin mengulang waktu ke saat Taehyung datang dan menolak ajakannya,lalu cuddling dengan Jungkook dan membuatnya tersenyum.

Hoseok melangkahkan kakinya menuju ruangan dengan pintu putih tempat Jungkook berada. Tiap langkahnya membuat Hoseok dapat mendengar isakan Jungkook dengan lebih jelas. Tiap langkahnya membuat perasaan bersalah Hoseok semakin besar.

Suara derit pintu menyapa pendengaran Jungkook,tapi ia sama sekali tak berniat menoleh untuk menatap kekasihnya yang tengah berdiri di pintu. Tubuhnya yang tenggelam dalam balutan selimut tebal kini mulai meringkuk,berusaha menahan suara tangisannya. Dan itu sama sekali tak membantu.

Langkah Hoseok kini mulai ragu-ragu. Apa ia harus menghampiri baby nya itu dan meminta maaf? Atau membiarkannya menangis baru meminta maaf?

Pilihan kedua terdengar sangat buruk. Karna Jungkook bisa menghabiskan waktu seminggu penuh untuk menangis. Dan seminggu melihat Jungkook menangis sama saja dengan membunuh Hoseok secara langsung.

"Jungkookie.." panggilan itu terdengar pelan—nyaris seperti bisikan,tapi cukup berpengaruh. Suara Hoseok yang memanggilnya lembut,penuh rasa sayang tanpa disadari keduanya membuat nafas Jungkook yang semula memburu karena tangisnya kini mulai tenang. Meski begitu,tangannya tetap mencengkram ujung selimut dengan kuat hingga kuku-kukunya memucat.

"Jungkookie.." Suara Hoseok lebih terdengar jelas kali ini. Kasur tempat Jungkook berbaring bergerak pada satu sisinya saat namja yang 3 tahun lebih tua darinya itu duduk disana.

Tangan Hoseok bergerak,mengelus sayang rambut hitam Jungkook yang menyembul dari selimut yang menutupi hamper seluruh tubuhnya itu. "Mianhae.."

Tak ada jawaban. Hoseok sendiri juga tidak mengharapkan namja tersayangnya itu menjawab. Bahu yang tersembunyi dibalik selimut itu tak lagi bergetar karna tangis dan itu sudah cukup untuk saat ini bagi Hoseok.

"Hyung benar-benar minta maaf,baby.. Kookie tadi memasak,ne? Maaf,hyung terlalu lupa diri saat pergi dengan Taehyung dan yang lain sampai-sampai lupa kalau kemarin Kookie bilang akan memasak hari ini.. Maaf,baby.."

Hening…

Jungkook masih enggan menjawab. Hoseok sendiri juga tak ingin memaksanya. Ia dengan sabar menunggu namja yang lebih muda untuk merespon meski sudah hamper sepuluh menit berlalu.

"Apa… Hyungie bersenang-senang tadi?"

Bukan respon yang diharapkan Hoseok,tapi namja itu tetap tersenyum. "Hyungie harus menjawab apa agar Kookie tidak sedih lagi?"

Tubuh namja remaja itu berbalik,diiringi selimut yang ditarik turun hingga wajahnya terlihat. Kedua mata yang selalu dipuji Hoseok itu menatap dengan tatapan seperti seekor anjing hilang yang manis.

"K-kookie ingin hyungie bersenang-senang.. T-tapi t-tadi ada Taehyung hyungie,dan k-kookie…"

"Sst,sayang.." Hoseok mengelus poni kekasihnya,sambil tersenyum manis. "Meskipun hyung pergi dengan Taehyung,sudah tak ada apa-apa diantara kami,okay?"

Kedua pipi chubby Jungkook ditangkup kedua tangan Hoseok. "Lagipula kalau hyung hanya bersenang-senang bersama Taehyung dan ada sesuatu diantara kami,hyung tak mungkin mengirimimu pesan tiap 15 menit kan?"

Jungkook mengangguk imut. Poninya bergerak sesuai gerakan kepalanya. Matanya terlihat sembab dan hidungnya memerah karena menangis tadi. Tapi alih-alih kasian,dengan ekspresi polos seperti ini,Jungkook benar-benar terlihat menggemaskan dimata Hoseok.

Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Jungkook. "Jadi jangan sedih lagi,hum? Hyung hanya punya Kookie di hati hyung,bukan yang lain. Tidak peduli siapapun,first love hyung,first crush hyung.. Siapapun itu,tak ada mereka di hati hyung.. Mengerti?"

Jungkook mengangguk lagi,kali ini lebih kuat disertai senyuman lebar yang ditunjukannya. Matanya melengkung menyerupai bulan sabit saat tersenyum seperti itu dan Hoseok merasakan jantungnya berdesir.

"Kookie sayang Hopie hyungie~"

Hopie hyungie.

Hopie.

Hope.

Hoseok selalu menjadi harapan Jungkook. Di tiap paginya hingga malam. Karena itulah,empat kalimat yang terucap dengan nada manja itu tetap memunculkan semburat merah dikedua pipi Jungkook.

Hoseok terkekeh pelan. Tangannya yang masih menangkup pipi Jungkook mengusap kedua pipi itu dengan jempolnya."Jadi Kookie memaafkan hyung?"

"Ne~!" Jungkook tidak terlalu berharap dua huruf itu keluar sebagai lengkingan semangat. Uh,rasanya malu sampai-sampai kini seluruh wajahnya yang memerah. Ia hanya bisa menunduk dan mengerucutkan bibirnya saat tawa Hoseok pecah.

Jungkook yang sering bertingkah terlalu polos memang menggemaskan.

Kini tangan Hoseok berpindah menuju pinggang Jungkook,menarik namja itu kedalam pelukannya. Lengan Jungkook otomatis bergerak melingkari tubuh Hoseok. Dengan segala tingkah manjanya mengusap pipinya ke dada Hoseok sambil tertawa kecil.

Astaga,apa ini yang baru saja Hoseok lewatkan demi keluar dengan Taehyung?

Sebagian mungkin akan berpikir kalau Hoseok sudah gila,menuruti kemauan Jungkook yang mengekang. Ia sudah jarang keluar untuk berkumpul dengan teman-temannya,mungkin hanya sekali tiap satu atau dua minggu. Padahal dulu ia menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama mereka.

Cinta memang buta. Tapi itu lah yang membuat keduanya bersama saat ini.