Judul : Peter Pan
Pengarang : Baby HanChul
Cast :
. Hangeng
. Kim Heechul
. Jung Yunho
. Kim Jaejoong
. Kim Mingyu as YunJae's son
. Wen Junhui as HanChul's son
a/n: kalo misalkan ada yang tanya kenapa si Kim Mingyu aku pakai jadi sebagai anaknya YunJae karena kemiripan wajahnya yang superrrr mirip sama Yunho dan Jaejoong yang wajahnya dicombine (lebih mirip ke Yunho sih) plus dia adalah rapper dan dancer juga -_- lalu Junhui? jangan ditanya karena dia emang anaknya HanChul *ditoyor*dan semua cast anak-anak di part ini berasal dari Boyband 17 yang sampe sekarang belum debut-debut hahaha
.
.
.
.
Tahun 2013
"CAPEK!" seorang anak laki-laki menyandarkan tubuhnya di depan pintu kamar asrama. Wajahnya terlihat menyedihkan sambil terus tangannya mengelus-elus permukaan pintu dengan sayang, terlihat sungguh berlebihan.
"Hei, hei sampai kapan kau madu disitu? Minggir sana!" anak laki-laki lain yang datang setelahnya segera melepaskan tubuhnya yang menempel begitu erat seperti seekor cicak.
"Pelajaran hari ini benar-benar menyesatkan!" anak laki-laki itu akhirnya terlepas dari daun pintu. Bibirnya menjebi sebal.
"Bukan menyesatkan, tapi menyebalkan, sepertinya kau harus lebih banyak belajar bahasa Korea lagi, Junhui."
"Hah?" Junhui menaikan sebelah alisnya. Rambutnya yang sepanjang bahu ia ikat keatas setengahnya.
"Mungkin kau bisa belajar dari Seokmin atau Jihoon."
"Tapi Mingyu, mereka semua tidak enak! Aku tidak terlalu dekat dengan mereka."
Anak yang dipanggil Mingyu tadi menoleh, kegiatannya membuka kunci pintu kamar asrama terhenti saat Junhui bicara padanya, "Mereka bukan makanan."
"Maksudku, aku tidak terlalu dekat dengan mereka-dan bisakah kau cepat sedikit? Aku rindu kasur." Junhui mencak-mencak sendiri saat terlihat Mingyu yang belum kunjung juga berhasil membuka pintu.
Dalam sekali gerakan Mingyu menoyor kepala Junhui hingga bocah itu sedikit terhuyung, "Hari ini aku jadi penguasa kamar, jadi terserah diriku." Setelah berujar demikian Mingyu memutar handel pintu kemudian mendorongnya ke dalam.
Mereka berdua pun akhirnya berjalan masuk beriringan. Mingyu meletakan tasnya ke atas meja belajar, sedangkan Junhui sendiri melemparkannya entah kemana setelah itu ia membanting tubuhnya ke atas kasur.
"Hei, letakan tasmu yang benar, kalau tidak aku akan membuangnya." Mingyu melemparkan tempat minum entah milik siapa yang berhasil mendarat di kepala Junhui yang saat itu tengah menguap lebar.
"HOAAAM!"
BUAKK!
"Owuhhh!" Junhui menjerit histeris. Ia pun bangkit dengan terburu-buru dari rebahnya, namun sayang sepertinya ia kurang perhitungan karena kepalanya kini justru membentur bagian bawah tempat tidur tingkat yang berada di atasnya kepalanya.
JEDUGG!
"Arrrhhhh!" sekali lagi Junhui menjerit histeris sambil mengelus-elus kepalanya.
"Kau berkali-kali terbentur tempat tidur. Apa selama ini kau lupa kita tertidur di tempat tidur tingkat." Ucap Mingyu sambil melepaskan seragam sekolahnya.
"Itu refleks, jahat sekali sih, kenapa kau melemparku?" tanya Junhui dengan nada merana.
"Aku mau mandi. Jangan masuk sembarangan dan jangan menggangguku. Oke!"
Junhui mengangguk setelah mendengar peringatan dari Mingyu tadi. Detik berikutnya ia mendengar bunyi pintu kamar mandi yang tertutup.
BRAKK!
"Selamat malam!"
Terdengar suara daun pintu terjeblak dengan cukup keras disusul dengan suara teriakan dari ujung sana. Junhui yang hampir terlelap pun melompat bangun mendengar kegaduhan yang disebabkan oleh dua teman sekamarnya itu.
"Oh, Junhui! Coba tebak apa yang kami temukan!"
Junhui bangkit dari ranjangnya lalu kemudian berjalan mendekati Jihoon dan Seokmin yang sudah terduduk di tengah-tengah ruangan.
"Kalian dari mana? Aku tidak melihat kalian lagi sehabis pulang sekolah." Junhui memilih untuk duduk di samping Seokmin.
"Kami habis mencari harta karun. Dan lihat apa yang kami temukan," Jihoon meletakan sebuah album kenangan di tengah-tengah mereka.
Dahi Junhui berkerut setelah melihat benda apa yang ditunjukan olehnya, "Apa ini?"
"Album kenangan." Jawab Seokmin cepat.
"Lalu? Apanya yang harta karun?"
"Segarnya!" terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka disusul dengan keluarnya Mingyu dari dalam sana. Ia pun segera bergegas menuju lemarinya untuk meletakan sesuatu.
"Kami lihat kloningan kalian!" tunjuk Jihoon histeris pada Junhui dan juga Mingyu bergantian.
Junhui yang merasa aneh dengan tingkah anak lelaki di hadapannya pun hanya bisa membuka mulutnya, "Hah?"
"Iya kloningan! Kalian mirip sekali sama dua orang yang ada disini." Seokmin menambahkan dengan tidak kalah antusiasnya.
"Kalian sebenarnya sedang bicara apa sih?" Junhui menggaruk alisnya pelan.
"Sebentar, sebentar, biar aku perlihatkan kepadamu." Jihoon pun dengan cepat menyambar album kenangan itu danhanya dalam sekali gerakan ia membuka beberapa halaman yang menjadi topik pembicaraan mereka kali ini.
"Coba lihat ini." Jihoon meletakan kembali album kenangan itu di tengah-tengah, tangannya menunjuk sebuah foto yang menampakan seorang laki-laki setengah badan yang tengah tersenyum.
Mata Junhui melotot seketika saat melihat gambar orang yang menyerupai dengan-
"WAH! INI MIRIP SEKALI DENGANMU MINGYU!" Junhui menjerit histeris. Merasa agak tidak percaya ia pun mengangkat album itu hingga jarak pandangnya hanya satu senti saja.
"Itu ayahku." Mingyu yang baru datang mendudukan dirinya di sebelah Jihoon.
"Ayahmu?" tanya Jihoon dan Seokmin bersamaan.
"Kalian lupa ya, aku kan pernah bilang kalau kedua orang tuaku pernah bersekolah disini." Mingyu mengambil album kenangan yang tadinya masih setia dipelototi oleh Junhui dengan pelan.
"Jadi itu ayahmu?" tanya Seokmin sekali lagi.
"Ayahmu? Jung Yunho ayahmu? Pantas saja wajah kalian sangat sangat mirip! Kalian itu seperti kloningan!" Jihoon sekali lagi menunjuk sebuah gambar dengan nama Jung Yunho di bawahnya.
Mingyu pun melihat album itu, melihatnya dengan teliti tapi saat tangannya membuka lembar berikutnya matanya tiba-tiba melotot saat melihat sebuah foto anak laki-laki di deretan paling atas, "DIA MIRIP SEKALI DENGANMU!" Mingyu pun sontak menatap Junhui dari atas hingga bawah.
"Huh?" Junhui buru-buru menyambar album kenangan itu dari tangan Mingyu.
"Kim Heechul bukan?" tanya Seokmin sambil melongokan kepalanya, berusaha untuk melihat benda yang tengah dipegang oleh Junhui.
"I-ini ibuku!" Junhui menatap ketiga temannya bergantian, "Benar kata ibu. Dia pernah sekolah disini."
"Hah? Ibu?" Seokmin dan Jihoon yang bingung hanya bisa menunjukan wajah bodoh mereka.
"Ba-bagaimana bisa laki-laki menjadi ibu?" Jihoon menggerak-gerakan tangannya, sepertinya ia ingin memperagakan sesuatu walau sebenarnya hasilnya sangat abstrak.
"Kalian jangan kaget." Mingyu bangkit dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya menuju meja belajarnya.
"Maksudmu?" tanya Seokmin sambil menolehkan kepalanya.
"Akan kutunjukan sesuatu. Sebentar ya," ucap Mingyu sambil tangannya mencari-cari sesuatu. Setelah beberapa menit ia mencari akhirnya ia menemukannya dan lantas membawanya kehadapan teman-temannya.
Mingyu kembali duduk di tempatnya semula. Ia pun meletakan sebuah album foto miliknya di tengah-tengah mereka, "Ini album foto keluargaku."
Baik Jihoon, Seokmin, dan juga Junhui saling berebut untuk melihat album itu.
"Biar aku saja yang menjelaskan," Mingyu menarik paksa album itu dan kemudian menguasainya. Ia pun membuka lembar pertama.
"Ini ayah dan ibuku." Mingyu menunjuk sebuah foto yang menampakan dua laki-laki dewasa yang tengah tersenyum sambil menggendong seorang bayi.
"Itu kamu?" tanya Junhui.
Mingyu mengangguk, "Ya, aku anak tunggal dari mereka."
"Tunggu! Laki-laki ini mirip sekali dengan orang di album ini juga!" Seokmin menunjuk seorang laki-laki yang terdapat di dalam album Mingyu dan kemudian mengambil kembali album kenangan sekolah mereka. Matanya meneliti tiap foto yang ada disana, "Ah! Ini dia!" ia pun menunjuk sebuah foto yang ada disana.
Mingyu terbahak saat melihatnya, "Itu ibuku. Ibuku Kim Jaejoong."
"Kim Jaejoong? Jadi? Kau lahir dari—tunggu-tunggu aku bingung." Jihoon menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal.
"Biar kujelaskan, ayah dan ibuku itu laki-laki asli. Kalian pasti bertanya kenapa aku bisa lahir kan? Aku anak kandung mereka loh!"
"Kedua orang tuaku mengikuti program khusus bagi gay yang ingin memiliki keturunan." Kali ini Junhui yang bicara dan hal ini sontak membuat Jihoon dan Seokmin mengalihkan pandangannya pada Junhui.
Junhui mengeluarkan dompetnya dan kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalamnya, "Ini foto keluargaku." Ia pun meletakan selembar foto di tengah-tengah mereka.
Jihoon dan Seokmin yang penasaran pun buru-buru mengambil foto itu, "Sama-sama laki-laki!" jerit mereka kaget.
"Dan, dan sebentar, laki-laki ini—" Seokmin menunjuk laki-laki yang tengah menggendong anak kecil di bahunya kemudian menunjuk sebuah foto yang terdapat di album kenangan sekolah mereka, "apakah orang yang sama?"
Junhui terlihat berpikir sebentar, "Oh iya! Ayahku juga pernah bersekolah disini."
"Hangeng, namanya Hangeng kan?!" seru Jihoon. Junhui mengangguk sebagai jawaban.
Seokmin yang masih bingung menatap horor kedua temannya, "Ka-kalian itu—"
"Kami bukan, alien, monster ataupun hantu," Mingyu dengan cepat memotong ucapan Seokmin, "Hanya segelintir orang yang mengetahui program itu dan sepertinya orang tuaku dan juga orang tua Junhui salah satu dari segelintir orang itu."
"Wow! Ini kebetulan yang sangat mustahil." Seru Jihoon sambil terus meneliti foto-foto yang ada di hadapannya satu persatu.
"Kebetulan yang sangat sangat mustahil, perbandingannya sekitar satu berbanding satu miliyar." Seokmin memandang Junhui dan juga Mingyu bergantian.
"Errr... Bisa kalian jelaskan tentang program itu—ah, maksudku program anak itu." Jihoon juga melakukan hal yang sama seperti Seokmin, menatap mereka satu persatu.
"Aku harus mulai darimana?" Junhui menggaruk kepalanya.
"Dua orang laki-laki yang saling mencintai dan telah berkomitmen untuk bersama adalah awal dari semuanya. Tentu saja sebuah keluarga tanpa kehadiran anak akan terasa sangat kurang, maka dari itu seorang scientist gila melakukan percobaan ini." Minghyu mulai bercerita.
"Scientist gila?" alis Jihoon terangkat sebelah.
"Aku pernah bertanya pada ibuku kenapa ia bisa lahir ke dunia ini—"
"Ah benar! Waktu itu aku juga pernah diberitahu hal ini dari ibuku." Junhui dengan cepat menimpali perkataan Mingyu barusan.
Mingyu mengangguk, "Ada seorang perempuan yang sedikit sinting melakukan percobaan yang sangat berbahaya."
"Berbahaya? Seberapa berbahayanya?" Seokmin menegakan tubuhnya. Sepertinya ia sangat antusias dengan cerita tentang asal-usul pembuatan kedua temannya ini.
"Jika hal itu menyangkut kode etis manusia, mungkin itu salah satu hal yang berbahaya," Mingyu diam sebentar untuk mencari kata-kata apa yang cocok untuk menjelaskannya, "lalu, aku yakin percobaan ini dulunya menimbulkan suatu pertentangan."
"Karena pada dasarnya laki-laki tidak mungkin akan memiliki keturunan tanpa adanya wanita." Junhui meneruskan ucapan Mingyu.
Mingyu mulai menerangkan tahap-tahapan percobaan gila tersebut. Dimulai dari proses pertama yaitu pencarian donor ovum dan wanita yang besedia meminjamkan rahim untuk pasangan gay yang ingin memiliki keturunan. Selanjutnya ovum disterilkan dan kromosom yang ada di dalamnya dihilangkan. Sperma dari sang uke yang mengandung kromosom X diambil untuk diekstraksi kromosomnya dan dimasukkan ke dalam sel ovum yang telah disiapkan. Selanjutnya, tinggal melakukan fertilisasi ektrenal dengan sperma sang seme kemudian bila sudah berhasil menjadi zigot langsung ditanamkan ke dalam rahim salah satu wanita yang sudah dipilih. Hasilnya, seorang bayi yang memiliki gendari kedua orang tua gay-nya.
"Begitulah ceritanya," Mingyu bernapas lega setelah berhasil menjelaskan semuanya. Ia bahkan bingung sendiri sebenarnya.
Jihoon dan Seokmin menunjukan ekspresi yang sama seperti diawal mula Mingyu bercerita. Mereka berdua masih betah memasang tampang tidak percaya, bingung, heran, dan juga kagum jadi satu dengan mulut yang menganga lebar.
"Ini gila! Ini benar-benar gila, aku baru tahu kalau ada hal-hal semacam itu. WOW ITU BENAR-BENAR HEBAT! walau otakku sedikit tidak mengeti ucapanmu." Jihoon menggeleng-geleng tidak percaya.
"Dan ini kemungkinan satu banding ratusan miliyar! Terlebih lagi ternyata orang tua kalian saling kenal karena satu sekolah, bukan begitu?" tanya Seokmin.
"Mungkin iya, tapi tidak menutup kemungkinan kedua orang tuaku mengenal kedua orang tua Junhui." Jawab Mingyu.
"Benar-benar sulit dipercaya!" Jihoon sepertinya tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata itu.
"Aku jadi ingin lihat bagaimana masa lalu kedua orang tua kalian." Seokmin menerawang, mengkhayalkan jika saja orang tua Junhui dan juga Mingyu benar-benar kenal, atau bisa jadi mereka kenal baik, atau mungkin bahkan mereka satu kamar asrama seperti anak-anaknya kini.
"Mungkin kedua orang tua kami satu kamar asrama." Celetuk Junhui dan hal ini berhasil membuat ketiga temannya memandang tak percaya.
"Sepertinya seru sekali!" timpal Jihoon.
-oOo-
.
.
.
.
Tahun 1993
"Kau tahu? Tempat tidur atas milik Yunho akan ada penghuninya." Seorang anak lelaki dengan rambut hitam legam pendek berkata serius. Bibirnya yang tampak merah alami maju sedikit, matanya yang besar sedikit menyipit, memberi kesan kalau ia tengah sungguh-sungguh dengan perkataannya ini.
"Kau sudah mengatakannya lebih dari dua puluh kali pagi ini Kim Jaejoong." Heechul, anak lelaki lain yang tengah terduduk di hadapan anak itu membuka lembar berikutnya dari buku yang tengah ia baca sekarang.
"Tapi aku serius!" suara Jaejoong meninggi, yang berhasil membuatnya mendapatkan pukulan telak di kepala menggunakan penggaris besi dari penjaga perpustakaan yang kebetulan tengah melintas di belakangnya.
Heechul mencibir dan tadi sempat juga mengatakan kata selamat pada Jaejoong yang telah dihantam kepalanya.
"Sakit—" Jaejoong mengaduh sambil mengusap kepalanya yang terasa nyeri, "Oh iya dimana Yunho? Biasanya ia selalu bersamamu?"
"Yunho tadi ditawan oleh guru olah raga."
"Yang benar?" mata Jaejoong membulat sempurna.
"Ya, aku yakin dirinya sekarang tengah berkencan dengan bola-bola yang bertebaran disana." Heechul menutup bukunya. Kacamata yang sedari tadi membingkai wajahnya ia lepas, menampakan keindahan dua bola mata bening miliknya.
"Kau tidak membantunya?" Jaejoong mengambil buku yang tadi sempat dibaca oleh Heehul.
"Terima kasih, tapi tidak."
oke oke bagaimana? bagaimana? ini huahaahaha ini, apakah ini mirip ama drama REPLAY 1997? jujur aja aku gak pernah nonton drama sih -_-
entahlah ini disebut Teaser, Spoiler atau apa hahahhaa!
nah untuk teori kehamilan laki-laki itu berasal dari teori hyung Choi Rin yang HEBAT! Sumpah cetarrrrr banget dan semoga aja nanti ada seorang yang aneh mau menguji cobanya huakakkaakkakaka
Source tentang MPREG: notes/choi-rin/about-mpreg/243674592439572 (copy ini di halaman facebook)
