"Le Violon"
By: Naura Sakakibara
DISCLAIMER: Karakter-karakter Hunter x Hunter dan manga & anime Hunter x Hunter itu sendiri adalah milik Yoshihiro Togashi-san. Naura hanya meminjam karakter-karakter dari Hunter x Hunter untuk kesenangan Naura sendiri, yaitu membuat fan fiction. Terimakasih.
Warning: Shounen-ai
Pairing: Kuroro x Kurapika
Summary: "Hanya suara alunan biolanya yang dapat meredam sementara rasa sakitku ini..."
Note: Yay! Fan fiction lagi dipersembahkan oleh Naura! Kali ini, pair-nya Kuroro x Kurapika seperti dulu. Yep, Naura ingin membuat fan fiction dengan pairing itu lagi. Oh iya! Di fan fiction ini, Gon sengaja kurubah umurnya menjadi 7 tahun. OK?
(Naura, gimana kabar fanfic-mu yang pada "in-progress"?!) Uah! Maafkan Naura! Fan fiction yang "Pertemuan", chapter berikutnya, baru selesai 1/3. Itu lama banget, karena Naura masih belum memiliki ide lagi di otak Naura ini, untuk fan fiction tersebut. Maaf karena fanfic itu kutinggalkan sementara ini dengan nasib yang masih belum jelas... (=____=) *ditimpuk readers* Maka dari itu, sembari menunggu fan fiction yang "Pertemuan" (juga fan fiction Naura yang pada masih "in-progress"), silahkan baca saja fan fiction Naura yang satu ini! (^_^)
Dedikasi: Kepada seluruh reviewer dan seluruh pembaca fan fiction Naura. Terimakasih! Terutama buat orang-orang yang sampai sekarang masih setia menunggu fanfic saya... *terharu* (?) [Padahal cuma beberapa orang yang nungguin fanfic saya... *sweatdrop*]
~Le Violon: Overture~
~*~
Cirp... Cirp... Cirp...
Terdengar samar suara kicauan burung gereja di sebuah taman kecil; sedang 'bermain' dengan riangnya bersama teman-temannya. Samar-samar pula, terdengar alunan indah "The Devils's Trill" karya Giuseppe Tartini; alunan melodi dari sebuah biola, terdengar sedih dan menggetarkan, bercampur menjadi satu.
Pemain biola tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah seorang cowok berambut hitam bernama Kuroro, memainkan biolanya dengan mata sayu; sesugguhnya dia sedang memainkan biola tersebut penuh penghayatan. Beberapa menit kemudian, barulah ia menyelesaikan melodi "The Devil's Trill" dengan akhiran yang sangat pelan.
"Aku baru tahu kalau ada yang dapat memainkan melodi itu dengan begitu indah selain Giuseppe Tartini dan Itzhak Perlman. Karya itu sulit, terlalu sulit bagiku, setidaknya," ujar seseorang dari belakang semak-semak.
Secara otomatis, Kuroro berbalik dan mengucapkan, "Terimakasih," tanpa memperhatikan sekali orang yang baru saja berbicara padanya tadi. Ketika ia baru melihat dengan sangat jelas siapa yang mengajaknya bicara tadi, terkejutlah ia. Yang tepat berada di hadapannya adalah sosok seorang pemuda cantik berambut blond, bermata biru, dan... menggunakan kursi roda. Ia hanya tersenyum kepada Kuroro sambil bertepuk tangan dengan suara pelan.
"Ah, maaf, kalau tidak keberatan, saya harus pergi dulu. Sampai nanti," kata Kuroro yang tanpa berkata apa-apa lagi, langsung membereskan biolanya dan melesat pergi. Sedangkan pemuda berambut blond tadi hanya tertunduk lesu.
"Tidak... Apa-apa..." bisiknya pelan sambil menahan air mata yang mencoba untuk menerobos keluar dari pelupuk matanya.
"Kurapika-niisan ternyata ada di sini! Gon udah cari Kurapika-niisan kemana-mana, lho! U-uh! Jangan keluar-keluar rumah tanpa kabar lagi ya, Kurapika-niisan! Gon jadi khawatir! Huuuaaaa!" seorang anak berambut hitam, jabrik, yang umurnya saat itu mungkin tidak lebih dari 7 tahun, merengek dan berlari ke arah orang yang bernama Kurapika tadi. Ia segera menghapus air matanya yang nyaris keluar dan segera memasang senyuman ke arah anak tadi.
"Gon, jangan merengek begitu," Kurapika tertawa kecil sesaat, "Kurapika-niisan baik-baik saja, kok. Ayo pulang! Nanti Kurapika-niisan buatkan sesuatu untuk makan malam," ujar Kurapika, dan mendadak, anak itu segera tersenyum lebar.
"Yeeey! Makan! Hari ini kita makan apa, Kurapika-niisan?" Gon bertanya dengan mata berbinar-binar.
"Ra-ha-si-a..." jawab cowok yang lebih tua sambil tersenyum ketika melihat Gon merengut.
"Yaaaah... Kok rahasia?" Kurapika hanya mengangguk, "Ya udah, deh! Oh iya, Kurapika-niisan kapan mau latihan main musik lagi? Udah lama Kurapika-niisan tidak main piano. Sama satu lagi... Ah! Biola! Gon kangen sama alunan musik apa itu yang Gon gak ngerti judul musiknya. Aaaah... Gon kangen sama suara piano dan juga biola yang dimainkan sama Kurapika-niisan!"
"Entahlah kalau soal itu, Gon..." jawab Kurapika pelan. Ya, Kurapika sudah agak lama berhenti memainkan musik. Setidaknya, sudah satu setengah tahun dia berhenti memainkan biola ataupun piano. Ketika ditanya mengapa, ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.
~*~
"Kuuuurrrraaaaapiiiikaaaa-niisaaaaaaaannn..."
"Nnn...?"
"Banguuuuuunnn! Udah pagiiii... Bangun! Bangun! Masa' kalah sama Gon, sih?! Gon bangun duluan, nih!" seru Gon dengan rasa bangga yang menggebu-gebu.
"Ugh! Gak... Bisa... Napas... Gon! Jangan duduk di atas dadaku! Sesak... napas!" Kurapika berkata sambil berusaha untuk mengambil nafas.
"Aaaah! Maafkan Gon!" seru bocah yang mendudukinya itu; ia segera bangkit dan duduk di sebelah Kurapika. "Oh iya! Kali ini Mito-san yang masak sarapan! Habisnya, Kurapika-niisan gak bangun-bangun..."
"Maaf deh, Gon. Lain kali, Kurapika-niisan yang masak. Ayo, kita sarapan!"
"Chayooo! Oh iya, Gon bantu Kurapika-niisan bangun!"
"Tidak usah, Gon."
"Uuuh! Pokoknya, Gon harus bantu Kurapika-niisan," mendengar jawaban dari Gon tersebut, Kurapika hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Sebenarnya, dia paling tidak suka kalau ada orang yang mencoba untuk membantunya sedemikian rupa, seakan-akan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa. Akan tetapi, melihat keseriusan bercampur dengan sifat keras kepalanya yang kumat lagi terlukis di wajah Gon, Kurapika tidak dapat menolak.
"Baiklah. Tapi ingat, kali ini saja. OK?" ujar Kurapika akhirnya.
"OK!" seru Gon, yang dengan senangnya, memegang lengan Kurapika untuk membantunya bangun. Butuh waktu agak lama untuk membantu Kurapika naik ke kursi rodanya sebab, Gon yang sering kehilangan keseimbangan ketika membantu Kurapika. Ya jelas, tubuh Kurapika lebih besar dibandingkan Gon. Setelah ia selesai membantu Kurapika naik kursi rodanya, mereka berdua segera bersama-sama menuju dapur.
~*~
PRAANG!
"Hyaaa! Kurapika-niisan lagi emosi ya?!" seru Gon sambil membelalakkan kedua bola matanya ke arah piring pecah dan makanan yang tersebar di lantai.
"Kurapika, ada apa?!" tanya Bibi Mito; agak kesal juga karena piringnya pecah.
"Gak, gak kenapa-napa," jawab Kurapika sambil mencoba mengambil bagian-bagian dari piring yang pecah tadi. Gon dan Bibi Mito hanya bertukar pandangan penuh arti.
~*~
"Hayoo! Mau ke mana lagi sore-sore begini?" sergap Gon sambil menghadang Kurapika.
"Mau jalan-jalan saja ke luar, cari udara segar," jawab Kurapika seraya mencoba untuk menggeser Gon.
"Kalau begiu, Gon temenin! Ya? Ya?"
"Tidak boleh."
"Urgh... Kenapa gak boleh?"
"Ummm... Pokoknya tidak boleh. Sampai jumpa nanti, Gon!" jawab Kurapika yang segera memutar dan menggerakkan roda kursi rodanya; Gon hanya mencibir dari kejauhan.
~*~
Kurapika mempercepat putaran roda kursi rodanya ketika taman yang ia kunjungi kemarin sudah terlihat. Ia langsung memasang senyuman kecewa ketika harapannya tidak menjadi kenyataan. Harapan agar mungkin bisa melihat pemuda pemain biola kemarin di taman itu lagi, "Ah sudahlah! Lagipula aku ini mikir aneh-aneh aja... Masa' dia bakalan datang ke taman ini lagi sore ini. Tidak, tidak boleh berharap terlalu jauh!" ujarnya pelan.
Tiba-tiba, entah dari bagian mana taman itu, terdengar alunan biola, lagu "Dance of the Sakura" karya Takano Fujio. "Pasti dia!" seru Kurapika dengan rasa keyakinan yang tinggi dalam hatinya. Dia kembali memutar roda kursi rodanya dengan cepat ke arah sumber alunan biola. Ternyata benar, pemuda kemarin datang lagi dan memainkan biola di taman itu, lagi. Senyuman lebar terbentuk di wajah Kurapika, sambil menutup matanya, ia mendengarkan alunan biola pemuda itu dengan sungguh-sungguh.
Kejadian sore itu membuatnya punya harapan baru. Setidaknya, ia dapat mengalihkan pikirannya dari penyakitnya. Ketika ia pulang ke rumah, Mito dan Gon hanya memasang tampang cengo' saat melihat ia yang tersenyum tidak jelas sendiri.
"Kurapika-niisan yakin gak ada apa-apa? Kok senyum-senyum gitu sih?" tanya Gon heran sambil memiringkan kepalanya dan menatap wajah Kurapika.
"Well, seperti biasa..."
"Iya-iya Gon tahu! RAHASIA! Ya, kan?!"
"Haha! Nah, itu tahu..." ia berkata seraya memeluk Gon.
~*~
"Ah! A-aduh... Ke-kenapa se-sesak lagi?" Kurapika hanya bisa merintih di keheningan malam sambil membayangkan alunan biola pemuda pemain biola yang sama sekali belum ia ketahui namanya.
~To be continue...~
Next: ~Le Violon: Partie 1~
First end note: Ini baru prologue... Tenang saja! Naura sudah tahu bagaimana cerita ini akan berakhir dan Naura pasti bakal menyelesaikan fan fiction bersambung ini.
