"Ayah, Tetsuya ingin tampan seperti Ayah jika sudah besar."
"Tentu. Sekarang saja Tetsuya sudah tampan."
"Benarkah?"
"Benar. Bahkan sekarang Tetsuya sudah tampan melebihi Ayah."
"Kalau begitu, jika Tetsuya sudah besar, Tetsuya akan menikah dengan Ayah."
"Tetsuya tidak ingin menikah dengan gadis yang cantik?"
"Tidak. Harus Ayah. Tetsuya tidak mau menikah dengan orang lain dan meninggalkan Ayah."
"Ah, ya ya ya. Tetsuya akan menikah dengan Ayah jika sudah besar."
FATHER
Rating: M
Cast:
Kuroko Tetsuya
Mayuzumi Chihiro
shota!Akashi Seijuurou
shota!Kuroko Tetsuya
Warning [!]: BL, OOC, typo[s], no edit, confusing, ambiguous, incest!MayuKuro
KnB is T. Fujimaki's
.
"Ohayou gozaimasu, Ayah."
"Selamat pagi, Tetsuya."
Pemuda berambut biru muda itu mengecup pipi sang ayah lalu duduk menghadap meja makan, tepat di seberang kursi sang ayah yang tengah mengiris roti. Tetsuya terlihat pendiam seperti biasa. Dia akan berbicara banyak hanya ketika merajuk dan menginginkan suatu hal dari ayahnya. Dan sekarang, di sinilah ia, berdua di meja makan bersama sang ayah, Chihiro.
"Tetsuya. Habiskan rotimu dan minumlah susunya. Ayah akan mengantarkanmu ke sekolah setelah selesai sarapan."
"Ayah-"
Tetsuya menarik tangan sang ayah yang berjalan melewatinya. Kepalanya tertunduk dan semakin mengeratkan genggamannya pada pergelangan tangan sang ayah. Chihiro yang tidak mengerti hanya diam dan menunggu sang anak mengatakan sesuatu.
"Hari ini Ayah ke kantor saja. Aku–"
"Ya?"
"Aku akan berangkat sendiri."
Chihiro melepas tangan Tetsuya perlahan. Ia berjongkok di samping Tetsuya dan mengulurkan tangannya ke pipi Tetsuya. Chihiro mengelus pelan pipi anak semata wayangnya.
"Tumben Tetsuya ingin berangkat sendiri. Kau yakin?"
Tetsuya semakin menundukkan wajahnya. Dagu semakin merapat pada dadanya.
"Apakah Ayah pernah mengajarimu berbohong?"
Gelengan adalah jawaban Tetsuya.
"Jadi?"
"Aku berangkat bersama Akashi-kun."
Chihiro menarik tangannya dari pipi Tetsuya dan berpindah ke rambut biru muda sang anak dan mengelusnya pelan. Pada akhirnya Tetsuya memberanikan diri mengangkat wajahnya dan memandang bola mata abu-abu milik sang ayah yang tengah memandangnya dengan tatapan sayang.
"Ayah tidak keberatan kau berangkat dengan siapa saja. Asalkan Tetsuya tetap aman dan bisa menjaga diri dengan baik."
"Terima kasih, Ayah."
Tangan Tetsuya merangkul leher sang ayah lalu menariknya hingga bibir mungilnya mampu menjangkau milik sang ayah. Ia memberikan kecupan singkat di bibir Chihiro. Keduanya saling melempar senyum seusainya.
"Hati-hati di jalan. Jika ada apa-apa, cepatlah menelepon Ayah."
Tetsuya mengangguk antusias dan meraih tas ranselnya. Ia beranjak dari bangku dan menggandeng tangan ayahnya menuju pintu. Saat membuka pintu, Chihiro melihat bocah mungil yang sepertinya berusia sama seperti Tetsuya. Ia berambut merah dan memiliki iris senada dengan rambutnya.
"Akashi-kun."
Sang anak terlihat gembira melihat temannya datang meski hanya terulas senyum tipis dari bibirnya. Mungkin itu keahlian yang diturunkan Chihiro pada anaknya. Remaja kecil yang dipanggil Akashi itupun membalas senyum Tetsuya. Matanya melirik ke arah Chihiro lalu membungkuk sopan.
"Selamat pagi, Paman. Aku Akashi Seijuurou."
"Teman Tetsuya ya?"
"Ya, Paman."
Chihiro tersenyum lalu melepas tangan Tetsuya yang berada di genggamannya. Chihiro menarik tangan Seijuurou dan menyatukannya dengan tangan Tetsuya.
"Nah kalian ingin berangkat bersama kan? Hati-hati di jalan."
"Paman. Jika sudah besar nanti, boleh aku menikahi Tetsuya?"
Chihiro tertawa mendengar pertanyaan Akashi.
"Tidak, Akashi-kun. Tetsuya ingin menikah dengan Ayah."
Sang bocah bersurai biru menolak Akashi begitu saja.
"Sudah, sudah. Kalian cepat berangkat. Nanti terlambat ke sekolah."
Kedua remaja kecil itu mengangguk bersamaan dan berlari keluar rumah sambil melambaikan tangan pada Chihiro.
"Sampai nanti, Ayah."
.
.
Chihiro tidak pernah berniat ingin menikah lagi. Toh ia sudah memiliki Tetsuya. Baginya, kehadiran remaja itu sudah membuatnya sempurna dan bahagia setiap ia bersama dengan sang anak. Sebelumnya ia pernah mengutarakan keinginannya untuk menikah saat Tetsuya masih seusia bocah sekolah dasar. Tapi sang anak menolaknya mentah-mentah sampai pergi dari rumah. Dan setelah itu, Chihiro tidak mau lagi mengulang hal itu. Ia tahu semua ini salahnya karena menjanjikan hal mustahil pada Tetsuya kecil di masa lalu.
"Menikah dengan Ayah ya?"
Chihiro tertawa hambar mengingat janjinya pada Tetsuya sewaktu kecil. Dan sekarang, bocah itu sudah menjadi belahan jiwanya. Tetsuya semakin dewasa. Bocah kecilnya itu sudah berumur 17 tahun dan apakah ia akan terus terperangkap pada janji masa lalu sang ayah yang akan –atau sudah menyesatkannya?
Memikirkannya saja membuat Chihiro gusar bukan main. Bocah itu terlalu ia manjakan dari dulu. Bocah itu sudah terlalu bergantung padanya. Chihiro sadar dan sekarang baru menyesalinya. Ia memukul-mukul kemudi mobilnya berulang-ulang. Chihiro berusaha membuang jauh rasa gusarnya. Setelah dirasa lebih baik, ia keluar dari mobil yang ia parkir di garasi rumahnya sejak sepuluh menit yang lalu.
"Okaeri, Ayah."
Tetsuya melepar senyum pada sang ayah dan baru saja memasuki rumah. Pemuda mendekati sang ayah yang baru saja mendudukkan tubuh lelahnya ke sofa. Chihiro mengubah posisinya menjadi berbaring dan menyandarkan kepalanya di lengan sofa. Ia berusaha melonggarkan dasinya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tertekuk menutupi sebagian wajahnya. Namun jemari yang sangat ia kenal menghentikan kegiatannya. Tangan Tetsuya dengan terampil membantu sang ayah melepaskan dasi dan membuka 2 kancing kemeja milik ayahnya. Tangan Chihiro yang sempat tak bergerak kini menggenggam jemari Tetsuya yang masih berada di atas dadanya. Ia menarik lengan kirinya hingga matanya terbuka dan memandang lurus pada mata milik Tetsuya. Iris cantik sebiru laut, dan Chihiro sadar, memandangnya hanya akan menjerumuskannya semakin dalam ke palung nista.
"Tetsuya."
Chihiro menarik Tetsuya dan mendekatkan kedua wajahnya hingga nafas hangat saling menyapu wajah keduanya. Persetan dengan lelah dan status mereka, Chihiro mendorong tengkuk Tetsuya hingga bibir sang anak mampu dijangkau oleh bibirnya. Lumatan pelan lama kelamaan berubah menjadi kasar dan penuh gairah. Chihiro melepaskan pagutannya saat tau Tetsuya membutuhkan oksigen untuk bernafas. Namun tak sampai setengah menit, ia kembali meraup penuh bibir Tetsuya dan mendorong tubuh sang anak ke sisi sofa yang lain hingga ia menindih tubuh kecil pemuda bersurai biru muda itu.
Tetsuya melenguh, tanda ia menikmati perbuatan ayahnya.
Selanjutnya, Chihiro benar-benar tidak mempedulikan kegusarannya yang tadi sempat memenuhi pikirannya. Saat ini di otaknya hanya ada Tetsuya. Miliknya seutuhnya. Tangannya bergerak menjelajah seluruh tubuh ringkih dibawahnya. Ia tidak peduli karena sang bocah tidak menolaknya. Bibir Chihiro berpindah dari satu bagian tubuh Tetsuya ke bagian yang lain, tidak lupa meninggalkan bercak bahwa Tetsuya diklaim atas dirinya. Chihiro mengekplorasi kurva kepemilikan Tetsuya sesuka hatinya setelah ia berhasil melucuti kain terkutuk penutup kulit porselen milik keduanya.
Iris biru itu terlihat sayu. Di matanya hanya ada refleksi sang ayah yang tengah menari seirama di atas tubuhnya. Tetsuya tidak pernah menolak, bahkan menikmati. Tubuhnya membusur ke depan seakan meminta lebih, seperti menyodorkan semua yang ia punya pada kendali sang ayah. Dan kedua tubuh yang sudah tak berbalut apapun itu menyatu sempurna bersamaan dengan desah panjang yang keluar dari resonansi udara di tenggorokan keduanya. Peluh berceceran dimana-mana, membuat kedua tubuh itu semakin merekat satu sama lain.
"Kapan kau akan menolakku melakukan hal ini padamu Tetsuya?"
Chihiro berbisik pelan tepat di depan wajah Tetsuya. Sangat dekat sampai gumaman itu membuat bibirnya bergerak menyentuh bibir Tetsuya perlahan. Mereka baru saja menyentuh hawa surga dunia. Tetsuya memejamkan mata dan merangkul leher Chihiro hingga menghapus jarak yang tadinya sedikit menjauhkan mereka.
"Aku tidak tahu, Ayah. Bagaimana jika aku tidak bisa menolak selamanya?"
Tetsuya berbisik pelan di telinga sang ayah. Chihiro membalas pertanyaan sang anak dengan mengeratkan pelukan mereka.
"Kau tidak takut dengan dosa? Ibumu pasti marah melihat kita seperti ini dari sana."
Tetsuya tertawa kecil.
"Aku yakin Ibu tidak marah karena kita akan selau bersama-sama. Dan Ayah sendiri tidakkah takut dengan dosa?"
"Aku siap menanggungnya."
"Kalau begitu aku juga."
"Tetsuya tidak takut dengan neraka?"
"Asalkan berdua dengan Ayah, aku tidak masalah jika api neraka membakar kita nantinya. Karena di manapun, asal Ayah bersamaku, tempat itu adalah surga."
.
.
.
FIN
A/N: Dosa, sungguh dosa #mabok (Efek lagu Moment-nya One Direction eh)
Tadinya galau mau dibikin Akakuro atau MayuKuro. Yah tp yg cocok jd bapaknya Tetsuya ya Chihiro, Seijuurou kan suami Tetsuya.
Terima kasih sudah (mau) membaca. #kedip2
