Chapter 1 : 再会 (Saikai) Bertemu Kembali

"Ah! Kuroda! Kuroda! Kemana lagi si kelinci besar itu lari" gumam Yayoi Haru yang merupakan salah satu anggota idol terkenal 'Six Gravity' dengan muka khawatir, mata hijau miliknya menelusuri setiap sudut jalan malam yang sepi.

"Kenapa setiap kelinci hitam besar itu melihatku dia malah kabur sih? Ne, Hajime?" tanya Haru pada Hajime -yang merupakan leader dari Six Gravity -dengan penasaran sekaligus heran.

Belakangan ini entah mengapa si kelinci hitam besar yang bernama Kuroda itu sering kabur ketika melihat Haru. Memangnya Haru sebegitu menyeramkannya apa? Sampai-sampai kelinci itu kabur hanya dengan melihatnya? Idol berkacamata ini berpikir, kalau dia tidak menyeramkan, lagipula kalau dia memang menyeramkan, sangat aneh kalau dia dijuluki ibunya anak-anak Six Gravity bukan?

"Ma na, merupakan naluri alamiah dari hewan untuk kabur ketika merasa terancam. Dengan kata lain mungkin insting Kuroda merasakan bahwa kau adalah ancaman baginya" jawab sang Kuro-Ousama -julukan yang diberikan dari anggota Gravi lain untuk Hajime -sambil mencari tempat yang sekiranya menjadi tempat persembunyian Kuroda.

"Hajime, bukankah jahat berkata seperti itu?" balas Haru sambil menyeka air mata tak terlihat dari balik kacamata yang menghalangi matanya.

Mata ungu Hajime menyipit seraya kesusahan mencari Kuroda di tengah kegelapan malam seperti ini. Walaupun ada sedikit cahaya dari rembulan dan lampu penerangan jalan, seperti menjadi jarum dibalik jerami. Bulu Kuroda yang hitam menambah kesusahan mencarinya di tengah kegelapan malan seperti ini. Membalikan badannya melihat sekilas sehelai pita biru bergerak di antara gang bangunan sempit dengan cepat.

"Ketemu!"

Hajime mulai berjalan dengan cepat memasuki gang sempit itu, diikuti oleh Haru dibelakangnya. Dan benar saja pita biru yang bergerak itu adalah Kuroda -Hajime sebenarnya tidak yakin, namun setelah dipikir-pikir lagi Kuroda mengenakan pita biru di lehernya, bulu hitamnya sampai tidak terlihat dikegelapan yang terlihat hanyalah pita birunya saja.

"Ah!" celoteh Haru terkejut melihat Kuroda yang dibawa masuk oleh seseorang ke dalam suatu ruangan.

Leader Gravi dan wakilnya saling menatap, lalu berjalan menuju pintu yang tadi dimasuki oleh orang yang membawa Kuroda itu. Hajime mencoba untuk membuka pintu itu, namun sepertinya pintunya terkunci.

"Ini mungkin pintu belakangnya, berarti pintu depannya.." gumam Haru menyadari bahwa gang tempat mereka berdua berdiri adalah merupakan bagian belakang dari sebuah bangunan.

-;-

"Berat sekali dirimu.." gumam gadis berambut hitam panjang, dan memiliki mata hazel ini sambil menggendong seekor kelinci hitam yang besar sekali. "Apa kamu tersesat?" tanya gadis itu melihat kalung pita biru melingkar di leher kelinci tersebut, sambil mengelus bulu hitam kelinci yang ada digendongannya gadis ini bergumam dan berjalan menuju ruangan café yang sudah sepi, karena sudah tutup, hanya tinggal membereskan peralatan dapur yang tadi habis dia gunakan setelah itu dia bisa mengunci café ini, namun sepertinya malam ini akan menjadi malam yang berbeda.

"Lalu kelinci hitam, apa yang harus aku lakukan padamu?"

Kelinci hitam besar itu hanya bisa memiringkan kepalanya dan menatap gadis ini dengan wajah lugu.

"Kawaii~~"komen gadis berparas cantik ini sambil duduk di atas kursi café yang empuk. Di depan kursi itu terdapat meja yang di atasnya tertata beberapa kue cantik nan lezat dan secangkir teh.

Kelinci hitam yang ditemukannya menatap kue-kue di atas meja itu dengan wajah kepingin. Menyadari hal ini, gadis berambut hitam panjang ini bertanya, "Eh, kamu mau? Tapi apakah kelinci diperbolehkan makan kue manis?" tanyanya dengan bingung sambil memiringkan kepalanya ke samping dan menatap kelinci besar dipangkuannya. Kelinci itu memberikan jawaban dengan wajah sedihnya karena sudah dilarang untuk makan kue yang terlihat lezat itu.

"Baiklah-baik! Mou, berhenti menatapku seperti itu!" dengan berat hati gadis yang menolong kelinci besar ini tidak bisa menolak kelinci itu.

Memotong kue cantik nan terlihat lezat itu dengan sendok, lalu menyuapi kuenya pada kelinci hitam besar itu. "Ngomong-ngomong, kamu pasti dimanjain ya oleh majikanmu," ucapnya sambil menyuapi kelinci hitam, memerhatikan tubuh besar kelinci itu. Sepertinya majikan kelinci ini sangat memanjakannya terlihat dari tubuh kelinci ini yang besar melebihi ukuran kelinci biasanya, terlebih lagi bulu hitam yang sangat lembut dan rapi. "Fuwa, fuwa" gumam gadis itu mengelus-ngelus badan kelinci hitam yang masih memakan kuenya dengan lahap.

-;-

"Sudah tutup ya," Hajime berdiri di depan pintu sebuah café dengan tulisan 'Closed' di pintunya.

"Ehhh.. Lalu bagaimana dengan Kuroda?" sahut Haru dengan cemas, Kuroda sepertinya memasuki café ini melalui pintu belakang, dan sekarang kalau sudah begini lalu apa yang harus mereka lakukan? Mereka tidak bisa meninggalkan Kuroda begitu saja bukan? Atau mungkin juga bisa, toh itu juga salah Kuroda sendiri yang main kabur seenaknya, biarkan saja dia dijadikan bahan untuk me-

"Ha-ru"

Haru terbangun dari sisi gelapnya mendengar Hajime yang memanggilnya dengan nada mengancam, seakan-akan Hajime tahu apa yang dipikirkan oleh idol berkacamata ini.

"Hahaha, maaf-maaf" balas pemuda ini dengan tawa kecil khasnya.

Hajime memegang gagang pintu café lalu mencoba membuka pintu itu, dan ternyata pintunya belum dikunci. Saling bertatapan, seakan setuju untu mencoba untuk menemui sang pemilik café untuk mengambalikan Kuroda.

-;-

"Permisi.."

Gadis yang sedang menyuapi kelinci hitam itu berhenti sebentar mendengar ada yang memanggil dari arah pintu masuk. Memasang wajah bingung, siapa yang masuk padahal sudah terpasang tanda 'closed' di depan pintu.

"Iya, maaf kami sudah tutup," gadis tadi menghampiri pintu depan dan mendapati dua sosok pemuda yang terlihat bagaikan seorang idol. Lalu menyingkir ketika kelinci hitam tadi berlari menghampiri kedua pemuda itu. 'Ah! Sepertinya mereka adalah pemiliki kelinci ini..'

"Kuroda!" salah satu pemuda tadi dengan nada lega.

'Sou ka jadi namanya Kuroda ya, Kawaii~~' pikir gadis pemilik mata hazel ini dengan senyuman hangat melihat kelinci hitam itu yang sekarang digendong oleh pemuda bermata ungu.

"Kami minta maaf atas kelakuan kelinci kami ini," ucap seorang lagi yang memakai kacamata dengan senyuman kecil di wajahnya, lalu bersama dengan pemuda bermata ungu mereka berdua membungkukan badannya sedikit tanda meminta maaf.

Melihat kesopanan kedua pemuda tersebut gadis berparas cantik ini jadi gelagapan, "Sore wa, tidak apa-apa kok, lagipula aku juga merasa senang bisa bertemu dengan kelinci besar daripada biasanya," tiba-tiba wajahnya berubah menjadi panik mengingat kalau dia sudah memberikan kelinci itu kue manis "Saya juga minta maaf karena saya sudah membiarkan kelinci itu makan kue manis," kali ini giliran sang gadislah yang membungkukan badannya.

"Kalau masalah itu tidak apa-apa kok, lagipula kelinci ini memakan apa saja jadi jangan khawatir, terlebih lagi seseorang selalu memberikan Kuroda apa yang dia mau," balas Haru dengan cepat sambil menyindir orang yang telah terlalu memanjakan Kuroda yang sedang berada di sampingnya itu.

Hajime tidak bisa berkutit dengan sindiran Haru. Yup dia memang selalu memanjakan kelinci hitam ini, sampai-sampai badannya sudah sebesar ini. Wajah karismatik yang biasa diperlihatkan Hajime, berubah menjadi sedikit cemberut.

"Sou ka. Tapi wajar saja sih Kuroda dimanjakan, siapa juga yang bisa melarangnya kalau diberikan tatapan imut itu," sahut gadis yang beberapa langkah di depan Hajime ini.

Hajime menyetujui ucapan itu dalam hati, lalu memerhatikan gadis yang sudah menolong kelincinya yang sekarang sudah tertidur didekapan Hajime ini. gadis dihadapannya itu memiliki rambut hitam lurus panjang, mata hazelnya terlihat begitu bersinar, parasnya bagaikan –

"Hime-sama…" celetuk Haru membuyarkan pikiran Hajime.

Sou gadis ini bagaikan putri dari kaisar Jepang. Kalau digambarkan, wajahnya khas Jepang sekali. Dengan hidung kecil, alis hitam tipis, bibir pink muda nan kecil, tubuh yang tidak terlalu tinggi juga tidak pendek, serta pembawaannya bak bagaikan seorang putri. Jadi wajar Hajime setuju dengan celetukan Haru tadi. Tapi entah mengapa Hajime merasa familiar dengan gadis ini.

"Eh?" jawab Hime-sama -aka Hajime masih belum tahu siapa namanya, jadi pakai istilah ini saja, -mendengar celetukan Haru tadi.

CTTTRRRRR

Suara gemuruh geluduk dan hujan tiba-tiba saja terdengar dari luar. Hujan deras mulai mengguyur seluruh wilayah tersebut. Kuroda yang tadi tertidur pulas didekapan Hajime, meloncat kaget mendengar gemuruh geluduk tersebut. Hajime langsung mengelus badan Kuroda mencoba menenangkan kelinci hitam tersebut.

"Ara, Ame da," gadis itu menghampiri jendela café, memandang keluar melihat hujan mengguyur jalanan dengan begitu derasnya. "Bagaimana kalau kalian berteduh dulu di sini sampai hujannya selesai?" tawar Hime-sama mengembalikan perhatiannya pada Haru dan Hajime.

Haru dan Hajime saling bertatap lalu menyetujui tawaran tersebut, lagipula kalau dipaksakan untuk pulang sekarang, mereka akan basah kuyup secara mereka tidak membawa payung, terlebih lagi kalau mereka tidak mau merepotkan Tsukishiro-san untuk menjemput mereka karena sudah malam begini.

"Ja, kami terima tawarannya. Maaf kalau sudah merepotkan." Sekarang Hajime yang menyahutinya.

"Tidak kok, tidak merepotkan." Jawab gadis itu dengan senyuman hangat terukir di bibir merah muda mungilnya itu.

"Ano, saya Yayoi Haru, dan dia Mutsuki Hajime," setidaknya mereka harus memperkenalkan nama mereka kalau mau berteduh di sini bukan?

"Ah sou da ne. Saya lupa memperkenalkan diri," gadis mata hazel ini tertawa kecil menyadari kelakuannya yang lupa tersebut, membenarkan posturnya lalu memperkenalkan dirinya itu, "Perkenalkan nama saya Kurotsuki Ayane. Yoroshiku Onegaishimasu."

-;-