Seventeen belong to God, Pledis and their parents

20 © Bianca Jewelry

Choi Seungcheol X Choi (Jang) Doyoon

Kwon Soonyoung X Choi (Lee) Jihoon X Lee Seokmin

Choi (Kim) Mingyu X Jeon Wonwoo

Rating : T

Warning : GS. AU. OOC. Bahasa tidak baku.

Cerita ini dimulai dengan Mingyu yang sudah dandan tampan dan berada di dapur untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan untuk keluarga kecil mereka.

"Gyu, tolong bangunin noona kamu, dong. Nanti terlambat loh, 'kan hari pertama masuk sekolah." Doyoon menyuruh Mingyu sambil mencicipi kuah dari masakan yang sedang dibuatnya.

"Ya, Bunda," jawab Mingyu yang sedang menyiapkan piring di meja makan lalu meninggalkan dapur untuk membangunkan noona kesayangannya.

.

Mingyu masuk ke kamar noonanya. Ia duduk di tepi kasur dan mengguncang-guncangkan badan Jihoon yang tertutup selimut sampai telinga itu.

"Noona… Bangun. Nanti terlambat."

Hening.

"Noonaaaaa~ Bangun…" —Guncangan Mingyu semakin keras.

Masih hening.

"Noonaaaaa~~ Ayo bangun. Nanti pulang sekolah aku belikan es krim deh," rayu Mingyu.

Tetap hening.

"Noonaaaaa~~~ Ayo bangun… Nanti Bunda marah." —Mingyu mulai hopeless.

Tahu sendiri 'kan bagaimana susahnya membangunkan Jihoon saudara-saudara?

Mingyu melangkahkan kakinya menuju satu-satunya jendela di kamar itu lalu membuka tirainya. "…Noona… Sepertinya ada yang menjemputmu. Noonaa~~ Soonyoung-hyung menjemputmu tuh!" seru Mingyu heboh.

Jihoon menyibakkan selimutnya lalu berlari ke jendela. "Mana?" Ia melihat keluar jendela lalu menatap Mingyu karena objek yang dicarinya tidak ada.

"Cieee, mau banget nih dijemput Soonyoung-hyung. Ciee~~" goda Mingyu.

Jihoon merona lalu mengambil bantal dan melemparnya kepada Mingyu. Ditambah bonus pukulan tangan.

Mingyu tidak mengelak. Ia malah tertawa melihat noonanya salah tingkah. "Ampun noona ampun. Mandi sana! Siapa tahu nanti setelah noona mandi, Soonyoung-hyung benar-benar datang untuk menjemputmu." Mingyu langsung kabur setelah mengatakan itu.

"MINGYUUUUU!"

.

Jihoon sudah siap dengan seragamnya dan masuk ke dapur dengan tampang cemberut. Dongkol juga pagi-pagi sudah dikerjain adik kurang ajarnya (baca: kesayangannya) itu.

"Uri Jihoon pagi-pagi kok sudah cemberut hmm?" tanya Doyoon sayang sambil mengelus-elus kepala Jihoon.

"Mingyu nyebelin Bunda!" Jihoon merajuk.

Mingyu meringis. "Kalau aku nggak bilang gitu kamu nggak bakal bangun noona sayang."

"Memangnya Mingyu bilang apa?" tanya Doyoon penasaran.

Jihoon melirik tajam Mingyu yang berada di sebelahnya, berkata melalui matanya—diam kamu atau kubunuh nanti.

Mingyu berkeringat dingin dilirik seperti itu. "Bukan apa-apa Bunda, mulai sarapan yuk. Nanti telat," ajak Mingyu.

"Loh, Ayah mana?" tanya Jihoon.

"Ayah masih tidur. Mungkin kelelahan."

"Hayoo. Habis ngapain~" goda Mingyu.

Doyoon memukul kepala Mingyu dengan sandal rumahnya. "Kamu ini!"

"Sakit Bundaa~" Mingyu mengelus kepalanya dan berekspresi sedih.

"Rasain!" Jihoon tersenyum senang.

"Sudah ayo cepat sarapan. Nanti terlambat ke sekolah!" kata Doyoon lalu beranjak ke kursi kosong dan makan bersama anak-anaknya.

.

Jihoon dan Mingyu sampai di sekolah dengan menggunakan bus. Hari ini tahun ajaran baru dimulai. Jihoon naik ke kelas 2 dan Mingyu resmi menjadi warga SMA Pledis. Mereka berdua langsung menuju ke papan pengumuman untuk mengetahui kelas yang akan mereka tempati untuk satu tahun ke depan.

"Noona, aku sudah menemukan kelasku. Aku duluan ya." Mingyu menghampiri Jihoon setelah menemukan kelasnya.

"Ya," jawab Jihoon singkat.

"Dingin amat sih. Nanti ketukar sama sop buah lho~" goda Mingyu—lagi.

Jihoon siap memukul Mingyu namun dipotong Mingyu yang berkata, "Iya… Iya aku pergi sekarang. Bye~"

Jihoon cuma mengedikkan bahunya. Lalu ia melihat sosok familiar dengan rambut hitam panjang sepunggung yang berjalan di dekatnya. "Jeon Wonwoo?"

Perempuan yang dipanggil Jeon Wonwoo itu menoleh. "Y— Choi Jihoon?"

"WONUUUUU!" teriak Jihoon senang lalu memeluk Wonwoo.

"JIHOON-IE!" Wonwoo balas berteriak dan juga memeluk Jihoon. Tidak peduli bila siswa-siswi SMA Pledis melihat mereka dengan pandangan aneh.

Jihoon melepas pelukannya namun tetap memegang kedua lengan Wonwoo. "Kamu ngapain disini?"

"Sekolah dong Ji. Masa cari cowok," jawab Wonwoo.

"Kamu pindah sini lagi? Aaaa Wonwoo~~" Jihoon memeluk Wonwoo lagi.

"Iya. Akhirnya bisa sama-sama lagi." Wonwoo balas memeluk Jihoon lalu melepas pelukannya. "Ngomong-ngomong kok kayaknya kamu nggak tambah tinggi sih?" tanya Wonwoo sambil menepuk kepala Jihoon.

Jihoon menggembungkan pipinya. "Kamu aja yang kelebihan kalsium! Jadi cewek tinggi amat!"

"Ujujuju~ Jihoon-ie ngambek," goda Wonwoo sambil menusuk-nusuk pipi Jihoon.

"Udah ah. Ke kelas yuk," ajak Jihoon.

"Aku harus ke ruang kepala sekolah dulu Ji. Aku masih belum tahu kelasku dimana."

"Yah, berarti belum tentu kita sekelas dong?" tanya Jihoon sedih.

"Doain aja. Semoga kita sekelas ya!"

"Ya sudah. Ayo aku antar," kata Jihoon dan mereka berdua menuju ruang kepala sekolah.

.

Sudah hampir lima jam sejak Jihoon bertemu dengan teman masa kecilnya. Jihoon senang karena akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul lagi dan berada di satu kelas yang sama. Sekarang jam istirahat dan mereka bertiga sedang makan di kantin.

"Jadi, bagaimana kabarmu? Enak di Changwon?" —itu Soonyoung.

"Baik. Sepi tidak ada kalian," jawab Wonwoo dengan wajah sedih lalu menyeruput minumannya.

"Sudah punya pacar belum?" tanya Soonyoung.

"Ngapain tanya-tanya?" tanya Jihoon judes. Ia melirik Soonyoung.

"Ih, cuma tanya kok. Kok kamu yang marah sih?"

Wonwoo nyengir melihat kedua teman di hadapannya itu. "Iya Soon ngapain tanya-tanya? Mau daftar?"

"Nggak. Cuma tanya Won, cuma tanya…"

"Nanti main ke rumah ya Won," ajak Jihoon.

"Ikuttttt~" rengek Soonyoung.

"Nggak! Girls' time!" tolak Jihoon.

"Jihoon-ie jahat!" Soonyoung merajuk.

"Sudah jangan marah Soonyoung-ie. Kapan-kapan deh kita main bertiga," bujuk Wonwoo.

"Bener ya?" tanya Soonyoung dengan puppy eyesnya.

"Iya," jawab Wonwoo lalu tersenyum.

"Yay!" seru Soonyoung seperti anak kecil. "Balik ke kelas yuk. Bentar lagi masuk," ajak Soonyoung.

"Yuk," jawab Jihoon dan Wonwoo bersamaan.

.

"Jadi beneran belum punya pacar?" tanya perempuan dengan rambut hitam sebahu—Choi Jihoon—saat mereka sudah sampai di halte dekat rumah Jihoon.

"Belum, kamu sendiri?" Wonwoo balas bertanya.

"Memang kelihatan punya?"

"Soonyoung gimana?" —dan mendapat cubitan keras di pinggang dari Jihoon. "Aduh, 'kan aku cuma tanya."

"Nggak," jawab Jihoon cuek.

"Yakin tidak ada apa-apa?" tanya Wonwoo ragu. Walaupun dalam hati dia yakin sekali Jihoon memiliki rasa pada Soonyoung. Temannya itu 'kan tsundere.

Jihoon menganggukkan kepalanya. "Bunda~ Aku pulang."

"Ya, sayang," balas Doyoon dari ruang tamu.

"Halo ahjumma, lama tidak bertemu!" sapa Wonwoo sambil tersenyum.

"Wonwoo? Apa kabar?" tanya Doyoon lalu beranjak dari sofa dan memeluk Wonwoo.

"Baik ahjumma, ahjumma sendiri bagaimana?" balas Wonwoo sambil membalas pelukan Doyoon.

"Baik, baik. Ahjumma siapkan makanan ringan dulu ya. Anggap saja rumah sendiri," kata Doyoon sambil menepuk pelan pipi Wonwoo dua kali sambil tersenyum kemudian pergi ke dapur. "Oh ya Ji, Mingyu mana?" tanya Doyoon dari dapur.

"Tadi aku suruh pulang sendiri," jawab Jihoon.

"Kok tidak pulang sama-sama sekalian?" tanya Doyoon lagi.

"Nggak mau, nanti dia ganggu," balas Jihoon. "Bunda, aku ke kamar ya!"

"Iya, nanti Bunda antarkan makanannya."

.

"Wuaaa, lama nggak main ke kamar ini. Nggak banyak berubah ya Ji," kata Wonwoo sambil menghempaskan dirinya ke kasur Jihoon.

Jihoon mengangguk. "Cuma beberapa yang kupindah."

Pintu kamar Jihoon dibuka kasar tanpa ketukan. "Noon—" —itu Mingyu yang sudah siap memarahi noonanya yang seenaknya menyuruhnya pulang sendirian karena Jihoon ingin pulang dengan temannya, tapi tidak jadi karena dia terpana melihat perempuan dengan rambut hitam panjang yang sekarang sedang memainkan smartphonenya.

"Apa?" tanya Jihoon judes dari balik pintu lemari pakaiannya.

Wonwoo mengalihkan pandangan dari smartphonenya untuk melihat Mingyu. "Annyeong Mingyu," sapanya dengan senyum yang sangat manis.

Mingyu menarik Jihoon keluar kamar dan menutup pintu. Wonwoo bengong melihat dua kakak-adik itu.

"Itu siapa? Kok dia tahu namaku?" tanya Mingyu penasaran setelah menarik Jihoon agak jauh dari kamarnya.

"Memangnya kenapa?" tanya Jihoon balik sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kenalinnn~~"

"Lah, bukannya sudah kenal?"

"Ha? Memang dia siapa?" tanya Mingyu polos.

"Itu Wonwoo." Jihoon memutar bola matanya dengan malas.

"Wonwoo… Wonwoo," kata Mingyu sambil berpikir. "Wonwoo-noona?!" seru Mingyu.

"Iya! Sudah sana pergi ke kamarmu! Ganggu aja," usir Jihoon lalu kembali kamarnya.

"Nanti bagi-bagi kontaknya ya!" kata Mingyu dengan senyum sumringah yang menampilkan gigi taringnya.

Jihoon menjulurkan lidah dan menutup pintu kamarnya.

.

TBC

.

Hai /o/

Aduh ya Tuhan maaf OOC ;-;

Yuk, Docheol shipper merapat! Untuk panggilan Ayah-Bunda sengaja nggak saya buat Appa-Eomma, biar makin baper :')

Ada yang penasaran sama kelanjutannya? Semoga ada :')

Untuk masalah tinggi badan Jihoon sekitar 150an, Wonu 170an.

Kritik, saran dan komentar yang membangun, favorite dan follow dipersilakan, annyeong~