The Written Fate by Jojo

Summary: Sakura si kutu buku hanya ingin ketenangan saat bersama buku-bukunya. Tapi, ketika Sasuke menerobos masuk ke dalam hidupnya mampukah ia menendangnya keluar kalau takdir memang sudah tersurat? AU

Disclaimer: Naruto dan karakter-karakternya milik Masashi Kishimoto. Kalau aku yang bikin, Naruto pasti sudah berubah jadi shoujo manga ^^

Note: kata-kata yang digaris miring itu suara innernya Sakura.

Fate 1: Milkshake Accident (Prologue)

Satu lagi pagi yang cerah di Nagoya. Matahari yang baru muncul sudah mulai menyebarkan kehangatan di Jepang. Dari sebuah jendela di sebuah rumah mewah seorang gadis dengan tinggi semampai terlihat sedang mendesah lega. Sakura tidak pernah suka hujan, apalagi hujan lebat yang disertai dengan petir yang menggelegar tadi malam. Gadis itu benci saat hujan merenggut hari yang ditunggu-tunggunya ketika kecil, piknik outdoor bersama keluarganya, atau karya wisata ke luar sekolah saat masih duduk di sekolah dasar. Pokoknya sudah sering hujan bertanggung jawab atas segala kelumpuhan aktivitas luar ruangan Sakura. Tapi, akhirnya nasib Sakura baik kali ini, karena hujan sudah reda ia bisa menjalankan misinya hari ini: menghitung berapa langkah yang harus ditempuh untuk sampai ke sekolah.

Sakura suka matematika. Ia selalu menganggap pelajaran itu adalah dasar dari segala pelajaran. Dan ilmu pengetahuan tanpa matematika bagaikan manusia terpisah dari otaknya bagi Sakura. Ia suka berhitung, ia menghitung berbagai hal, bahkan ia tahu berapa banyak jendela di mansionnya yang mewah, berapa banyak anak tangga yang ada di rumah itu yang sedang dituruninya sekarang. Dan setelah sampai di anak tangga yang terakhir emeraldnya menangkap sesosok gadis berambut blonde yang sedang duduk di meja makan. Tata ruangan rumah megah itu memang sangat unik, ruang makan di sebelah tangga? Pikir Sakura itu sangat lucu ketika ia pertama menginjakkan kaki di rumah itu.

"Pagi, Ino-pig!" sapanya pada gadis yang membelakanginya.

Gadis itu menoleh dan tersenyum, "Sudah bangun, jidat?"

"Mana papa dan mama?" Sakura justru bertanya balik pada gadis bersurai pirang itu tanpa menggubris pertanyaan yang lebih dahulu ditujukan kepadanya.

"Kerja," jawab gadis itu santai sambil memasukkan roti bakar bikinannya ke dalam mulut.

Sakura hanya ber-"ooh" ria, lalu menarik kursi dan duduk di samping sahabatnya. "Akhir-akhir ini mereka kelihatannya sibuk terus."

Ino menguyah makanannya dan menelannya pelan-pelan. "Ya,". "Kau mau Sakura?" tawar Ino kepada Sakura sambil menyorongkan rotinya yang tinggal seperempat.

"Tidak," jawab Sakura. "Aku kan tidak biasa makan pagi Ino."

"Tapi setidaknya lumayan untuk mengganjal perut kan," sergah Ino kemudian menjejalkan rotinya ke mulut. Gadis itu kemudian membersihkan remah-remah roti yang menempel di seragamnya. Lalu bangkit berdiri.

"Ayo, Sakura kita berangkat," ajak Ino.

Tetapi, Sakura masih diam di tempat.

"Kau sudah siap kan?" tanya Ino.

"Ino, aku hari ini mau jalan kaki saja ke sekolah."

Si Ino memasang wajah bingung. "Kenapa?"

"Begini, aku sedang dalam program diet dan jalan kaki kan bisa membakar kalori." kilah Sakura dengan wajah innocent. Ia tidak mau Ino mengetahui hobi anehnya. Beruntung gadis itu tidak mampu mendeteksi kebohongan Sakura yang nilai teaternya selalu A.

"Oke. Kalau begitu aku berangkat sendiri," kata Ino. "Kau sebaiknya cepat, jidat. Kalau tidak kau bisa terlambat," ucapan Ino terhenti saat ia mengecek arloji cantik yang tersemat di pergelangan tangannya yang mungil. "Ini sudah hampir jam setengah delapan."

Dan dengan itu Ino pun pergi meninggalkan Sakura dan berangkat duluan ke sekolah mereka.

=Jo=

Jarak antara rumah dan sekolah Sakura tidak jauh. Bahkan ada yang mengatakan tinggal ngesot saja bisa sampai dengan cepat. Gadis berusia 16 tahun itu sibuk menghitung langkahnya dengan hati-hati. Meskipun Sakura yakin bahwa perhitungannya nanti akan kurang akurat sebab terkadang ia terpaksa melompat bahkan mengitari genangan-genangan air bekas hujan malam tadi. Ia tidak mau mengambil resiko sepatunya basah karena meyerap air dari genangan-genangan yang berasal dari luapan selokan itu.

Saat Sakura sedang asyik menghitung tiba-tiba sebuah mobil Lamborghini hitam lewat. Sebenarnya bukan masalah kalau mobil itu hanya lewat. Tapi yang menjadi masalah bagi Sakura mobil itu lewat dengan kecepatan tinggi melintasi genangan air di sampingnya. Dan 'BYUUUR' alhasil sekarang Sakura sukses basah kuyup bersimbah air comberan dengan rahang menganga alias jawdrop. Sakura sempat membatu, namun sepersekian detik kemudian kemarahan Sakura sudah sampai di ubun-ubun dan meledaklah amarahnya.

"Hey, kau pengemudi sinting! Cepat keluar!" teriak Sakura dengan volume suara yang memekakkan telinga. Namun, mobil itu terus melaju tanpa ragu. Sakura tak mau kalah, ia mengejar mobil itu dengan kecepatan maksimumnya.

"AKU BILANG KELUAR! KAU KURANG AJAR!" Sakura terus menjerit marah sampai keronkongannya terasa perih. Namun, sebenarnya tidak ada gunanya sebab toh sang pengemudi tidak akan mendengar teriakan Sakura. Sakura sampai tidak sadar kalau tali sepatunya terlepas dan sebelah kaki Sakura yang lain tanpa sengaja menginjaknya sehingga menyebabkan Sakura jatuh tersungkur. Hidung Sakura berdarah sedikit karena bertemu dengan permukaan aspal yang kasar. Sakura yang masih dalam posisi tengkurap ala militer berteriak geram dengan lantang, "AKU BILANG BERHENTIIIIIII!"

Tapi, suatu keajaiban terjadi. Seakan mendengar teriakan Sakura mobil itu berhenti sekitar 15 meter di depan Sakura. Entah dari mana Sakura langsung mendapatkan kekuatannya kembali dan berdiri dengan kokoh.

Dengan cepat gadis itu berlari menuju mobil itu.

Ketika itu Sakura dapat melihat kalau kaca mobil itu diturunkan dan kemudian ia melihat sebuah tangan menjulur keluar dan menjatuhkan seonggok tisu yang sudah digumpal menjadi bulatan ke jalan. Lalu tangan yang dihiasi jam tangan hitam itu pun kembali hilang dari pandangan Sakura dan 'WUSSH' bagaikan angin topan pengemudi mobil itu tancap gas dan menghilang di balik tikungan tepat ketika Sakura hampir berhasil meraih mobil itu.

"AAAAAAAAAAAAARRRRRRGHHHHH!"

Teriakan frustrasi Sakura terdengar sampai puluhan kilometer.

=Jo=

"1414… 1414… 1414… 1414…" gumaman Sakura terdengar di sepanjang jalan yang dilewatinya. Gadis tersebut terus-menerus mengucapkan nomor pelat mobil yang menyebabkan dirinya ditimpa kemalangan pagi ini. Kakinya menghentak-hentak tanah dengan keras, berharap hal itu mampu mengurangi rasa kesalnya.

"1414… 1414… 1414… 1414… Pemilik Lamborghini hitam lihat saja aku akan membalasmu."

Dalam hatinya Sakura bersumpah akan menghancurkan mobil itu saat ia berhasil menemukannya. Saking marahnya gadis itu bahkan tidak sadar sekerumunan lalat mulai sibuk mengitari kepalanya yang basah karena air comberan. Lagipula siapa yang tidak kesal kalau berada di posisi Sakura sekarang. Awalnya ia sudah sangat senang ketika melihat mobil itu berhenti namun sudah jatuh ketiban tangga seakan hanya ingin mempermainkannya, orang yang berhenti itu justru berhenti hanya untuk membuang tisunya.

"1414… 1414… 1414… 1414…" gumam Sakura sambil memeras rambutnya yang basah. Terlihat tetesan-tetesan berwarna cokelat jatuh dari rambut pinknya karena gravitasi.

=Jo=

Begitu sampai di gerbang sekolah Sakura buru-buru mempercepat langkahnya, secepat mungkin sampai tidak ada orang yang menyadari keberadaannya. Dada gadis itu masih terasa sakit karena rasa kesalnya belum terobati.

Akan tetapi, ketika ia berjalan melewati parkiran mobil-mobil yang berjejer-jejer, matanya menangkap sesuatu yang sangat familiar, begitu familiarnya karena sesuatu itu terus diingatnya selama 25 menit terakhir: Lamborgini hitam 1414.

Dan bak singa melihat mangsa Sakura langsung melesat menuju ke mobil itu. Evil smirk sudah menghiasi wajah Sakura. Beruntung hari ini Sakura membawa spidol, jadi Sakura bisa mencorat-coret mobil itu sepuas hati. Namun sayang, ketika Sakura sudah hendak melaksanakan rencananya bel pertanda masuk berbunyi. Sakura pun gelagapan dan berlari sambil mengecek arloji berwarna soft pinknya. Ia terus berlari sampai ke lokernya. Dengan cepat gadis itu memasukkan angka kombinasi lokernya, "4… 6… 8…" dan dengan suara 'klik' lokernya terbuka. Sakura langsung menyambar baju PE (Physical Education)-nya dan berlari ke toilet wanita yang ada di dekat situ.

-Mobil sialan. Kau beruntung sekarang. Tapi, lihat saja nanti aku akan membalasmu.-katainner Sakura di dalam dirinya.

Setelah selesai mengganti seragamnya yang basah dengan baju PE, Sakura segera keluar dan berlari menuju tangga. Ia ada kelas matematika pagi ini dan ia sudah terlambat 10 menit.

=Jo=

Napas Sakura terdengar begitu cepat dan tidak beraturan karena terlalu lama berlari-lari. Ia mengusap wajahnya dan mengelap keringatnya dengan punggung tangannya. Kemudian dengan pelan ia mengetuk pintu berwarna biru tua di hadapannya. "Masuk." Terdengar aba-aba dari dalam dan Sakura pun membuka pintu. Ia membungkuk sebentar memberi hormat kepada gurunya.

"Maaf. Saya terlambat, Anko-sensei."

"Sakura?" Guru matematika itu kaget saat melihat murid favoritnya terlambat. Jelas ini bukan seperti Sakura yang biasa. Sakura tidak pernah terlambat sekalipun selama ia bersekolah di Konoha Gakuen. "Kenapa kau bisa terlambat?" tanyanya heran. "Dan lagi kenapa kau memakai baju PE?"

"Saya tahu ini bukan pelajaran PE, sensei dan ceritanya terlalu panjang." jawab Sakura.

Anko yang masih heran akhirnya memperbolehkan Sakura masuk. Dan Sakura pun duduk di kursi sebelah Ino. Sakura tidak memperdulikan tatapan bingung Ino dan duduk dengan tenang.

"Apa yang terjadi padamu, jidat?" tanya Ino sambil berbisik seraya menyikut pinggul Sakura. "Dan huueek rambutmu bau sekali."

"Aku kecipratan genangan air waktu di perjalanan di sekolah. Bukan kecipratan lagi sebenarnya, tapi benar-benar diguyur." Mata Ino membelalak mendengar jawaban Sakura. Dia matian-matian menahan agar tawanya tidak meledak.

"Lalu lalu hidungmu kenapa? Jangan bilang kau terjatuh saat mengejar mobil itu." Jackpot! Tebakan Ino sangat tepat. Sakura hanya mencueki gadis itu yang mulai tertawa kecil sendiri. Ia membuka tas selempangnya dan mengambil plester luka dari kantong khusus yang terletak agak dalam.

"Kau tahu, Ino, ternyata mobil yang menyebabkan aku jadi begini milik salah satu dari penghuni sekolah ini. Lamborgini hitam dengan nomor pelat 1414," bisik Sakura melanjutkan ceritanya setelah ia selesai menutu luka di hidungnya.

"O, ya? Lalu apa yang akan kau lakukan, jidat?"

"Kau harus membantuku mencorat-coret mobil sialan itu nanti, ya." ajak Sakura.

"Tapi, Sakura bagaimana kalau mobil itu milik salah satu guru di sini?"

"Aku tidak peduli. Aku sudah dendam setengah mati dengan mobil dan pemilik mobil itu."

"Ehem" Tiba-tiba pria yang duduk di belakang Sakura berdehem, menginterupsi perbincangan mereka berdua.

Sakura yang sedang bad mood langsung membalikkan badannya berniat memberikan death glare kepada entah siapa yang di belakangnya itu. Namun, seketika itu juga mata Sakura yang bak mata Sherlock Holmes mendeteksi sesuatu yang dapat memuaskan keingin tahuan Sakura atas kepemilikan mobil Lamborgini hitam itu, sebuah jam tangan yang melingkari tangan seseorang yang telah membuang sampah tisu secara sembarangan di depan mata Sakura. Sakura benar-benar tidak meragukannya lagi.

Sakura terus memelototi pria itu agak lama. Pria itu masih asyik menyalin tulisan dari infocus milik Anko ke buku tulisnya. Sakura kaget betul ketika pria itu tiba-tiba balas menatapnya. Untuk sementara rasa kesalnya hilang saat memperhatikan kalau pria itu memiliki wajah yang sangat menawan. Masih menatap Sakura, sebelah sudut bibir pria itu kemudian terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman yang sangat khas. Lebih tepatnya pria itu sedang menyeringai karena senyumnya tidak sampai ke mata. Kelihatannya pria itu mendengar dan sadar kalau dirinyalah yang barusan dibicarakan oleh Sakura dan Ino tadi. Dan dari gerak-geriknya pria itu nampaknya tidak ada niat untuk meminta maaf, dari seringainya terlihat jelas kalau ia cukup puas karena menyebabkan Sakura menjadi begitu entah disengaja atau tidak.

Yeah, Sakura kenal siapa pria ini, rivalnya dalam memperebutkan posisi pertama di sekolah yang minggu kemaren mendapatkan nilai perfect di setiap mata pelajaran yang di ujiankan.

Sakura tidak pernah berbicara sekalipun dengan pria ini. Hubungan mereka hanya sebatas kenalan (Sakura memang tahu namanya tapi tidak yakin kalau pria itu mengenalnya) dan rival dalam hal pelajaran. Meskipun begitu ia tahu kalau pengaruh pria ini terhadap sekolahnya sangat besar dan entah kenapa pria ini sangat disegani di sekolahnya. Dan dia adalah: Uchiha Sasuke. Sakura menatap pria itu dalam-dalam, memasukkan potret pria itu ke dalam memorinya. Sebab, pria ini akan masuk ke daftar 20 orang yang dibencinya.

"Nona Haruno." Sebuah suara mengagetkan Sakura dan mengembalikan Sakura ke alam yang sebenarnya. "Aku tidak suka ada yang tidak memperhatikanku saat menjelaskan." kata Anko.

"Maaf, sensei." Saat Sakura berbalik pun pria itu masih menyeringai aneh kepadanya.

"Jangan coba-coba mencoret mobilku." Pria itu berbisik kecil namun cukup besar untuk sampai di telinga Sakura yang bergidik ngeri mendengar nada menakutkan yang digunakan pria itu.

=Jo=

"Hey, Sakura!" teriak seorang gadis berambut pirang sambil melenggang masuk ke perpustakaan. "Susah-susah aku cari kemana-mana ternyata kau ad.."

'SHHHHHHHH!' Semua manusia di perpustakaan itu menoleh sambil menaruh telunjuknya di depan bibir. Semua tahu kalau Ino Yamanaka adalah gadis cerewet yang volume suaranya memang dahsyat. Gadis itu membalas pandangan terganggu dari kebanyakan kutu buku itu dengan dahi mengernyit. Lalu, tak lama kemudian meneruskan jalannya menuju seorang gadis berkacamata yang sedang serius membaca buku yang tebalnya luar biasa. Kemudian, Ino duduk di sampingnya sambil mendengus.

"Kau tidak makan, Sakura?" tanya Ino dengan suara pelan.

Gadis yang dipanggil Sakura itu tetap fokus membaca baris per baris kata di buku yang ada di hadapannya. "Kau tahu kan makanan yang bisa membuatku kenyang hanya ilmu pengetahuan."

Ino memandang sahabatnya kesal. "Ayolah, Sakura setidaknya kau bisa menemaniku ke kantin. Itu saja cukup."

"Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik. Masak ke kantin saja perlu diantar," kata Sakura sambil menyibakkan sekumpulan rambut pinknya yang menghalangi kacamatanya ke belakang.

"Sakura, sekali ini saja. Aku mohon antarkan aku ke kantin," bujuk Ino. "Aku janji aku tidak akan meminta macam-macam lagi," lanjut Ino sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya setinggi telinga.

Dan bujukan Ino kelihatannya berhasil sebab Sakura akhirnya memalingkan kepalanya menghadapnya. Ino sempat tersenyum senang namun dengan cepat ia melancarkan jurus puppy eyes-nya. Gadis kutu buku itu memandang Ino kesal lalu beranjak berdiri dari mejanya dan menaruh bukunya kembali di rak. Tak lama kemudian ia kembali lalu berkata, "ayo, cepat. Mau kuantar tidak?"

Ino hampir berteriak senang, beruntung ia ingat kalau ia masih diperpustakaan sekarang. Kalau tidak ia pasti akan di-death glare oleh para book worm lagi. Belum sempat Ino berdiri Sakura sudah keburu berjalan meninggalkannya. "Sakura! Tunggu aku, jidat!"

'SHHHHHHHHHH!'

"Anak itu benar-benar berisik," keluh seorang anak laki-laki yang duduk di kursi sebelah timur. Kutu buku yang lain hanya mengangguk-angguk lalu kembali terhanyut dalam bacaan masing-masing.

=Jo=

Kantin Konoha Gakuen hari itu gaduh seperti biasanya. Semua orang sibuk mengoceh. Kau bisa menentukan tempatmu dengan melihat batas kelompok yang terlihat sangat jelas. Kelompok anak populer, kelompok kutu buku, kelompok anak gothic. Atau kelompok anak-anak biasa yang biasanya duduk di meja bagian kanan yang paling ujung, tepatnya tempat yang diduduki Sakura dan Ino sekarang. Ino sebenarnya termasuk anak populer di sekolah elit itu. Ino memang pernah mencoba berbaur dengan anak-anak populer. Waktu itu Sakura sedang ngambek padanya, sebab Ino terus mengeluh kalau Sakura lebih mementingkan buku daripada persahabatan mereka. Namun, sebentar saja Ino tidak tahan bersama dengan anak-anak sombong itu. Bagi Ino mereka tidak lebih dari sampah yang dipoles dengan make up yang mahal. Kerjaan mereka hanya mencibir keadaan orang lain dan berkaca sambil menebalkan bedak mereka.

Sedangkan Sakura sendiri bukan anak kutu buku yang terisolasi seperti kutu buku pada umumnya. Wajah Sakura bisa dibilang di atas standar. Ia tahu ada banyak perempuan yang iri padanya sebab tidak sedikit pria yang berebut untuk mendapatkannya.

"Ino kau ini benar-benar aneh," ujar Sakura. Matanya sinis menatap Ino yang sibuk membuka tutup kotak bekalnya.

"Apanya yang aneh?" respon Ino seraya mematahkan sumpitnya.

"Kenapa tidak bilang kalau kau bawa bekal? Kalau begini kan sebenarnya aku tidak perlu meninggalkan bacaanku. Kau kan bisa makan di perpustakaan." omel Sakura sambil menyilangkan kedua tangannya.

"… mpmhh.. muemangnya bisha muakan di s'na?"

"Geez, telan dulu makananmu baru bicara!" Sakura memandang Ino jijik saat Ino membalas omelannya dengan senyuman lebarnya. Terlihat ada sedikit daging yang tersangkut di sela-sela giginya.

Sakura tiba-tiba cepat Ino menarik pergelangan tangan Sakura. "Eh? Sakura mau kemana? Jangan bilang kau marah hanya gara-gara ini?"

Sakura menoleh sedikit lalu berkata, "Aku tidak marah, Ino-pig. Puas? Sekarang bisakah kau lepas tanganku? Aku hanya mau beli milkshake."

Ino mendesah lega lalu melepaskan lengan putih Sakura. "Pesankan aku satu ya, please?" rengek Ino.

-Ino-pig itu benar-benar manja! Kalau aku tidak bersahabat dengannya aku tidak akan mau menuruti rengekannya.- ucap Sakura dalam hati. Ia menghela napas lalu dengan cepat melangkah ke arah kerumunan yang sedang mengantre.

Sakura memutar bola matanya. Ia merasa kasihan pada penjual-penjual di kantin. Ia yakin kalau ia berada di posisi mereka ia pasti bisa gila. Dikerumuni banyak sekali orang yang berjejalan berteriak-teriak meneriakan pesanannya. Dengan melihatnya saja Sakura bisa tahu bahwa anak di sekolahnya itu sebagian besar anak-anak yang egois. Saling dorong-mendorong supaya dilayani terlebih dahulu. Tapi, akan aneh jadinya kalau mereka bisa berdiri dengan rapih, mengantre dengan sabar sesuai giliran, maksudnya inilah anak-anak Konoha Gakuen saat dunia sudah terbalik nanti. -Mungkin tanda dari Tuhan kalau dunia sudah hampir kiamat- pikir Sakura sambil tersenyum geli.

Namun, tiba-tiba Sakura merasa sakit pada kakinya.

"Aw!" pekik Sakura refleks. Sakura mengarahkan pandangannya ke bawah dan menemukan kaki seseorang lengkap dengan sepatu di atas kakinya.

Menyadari kesalahannya, seorang laki-laki berambut merah segera membalikkan badannya untuk meminta maaf.

"Oh, maaf! Aku tidak se-" omongan pria itu tiba-tiba terhenti saat menyadari siapa yang berdiri di hadapannya. "Sakura?" Kedua alisnya bertautan sementara bibirnya mengembang membentuk senyuman.

"Gaara?"

"Aku minta maaf karena menginjak kakimu aku ti-"

"Tidak sengaja? Aku tahu." potong Sakura.

Senyum pria itu semakin lebar. "Hey apa yang kau lakukan di kantin? Aku kira Haruno Sakura hanya bisa duduk tenang sambil membaca di perpustakaan saja. Lalu, kenapa kau memakai baju PE?" katanya berbasa-basi.

Sakura hanya memasang wajah datar. "Aku tidak tahu kalau kutu buku sudah dikutuk untuk berada di perpustakaan terus. Aku bisa menganggap basa-basimu sebagai penghinaan, kau tahu?". "Soal ini," Sakura menunjuk ke bajunya. "Aku tadi pagi sedang ketiban sial. Mengingatnya saja aku malas."

"Eh? Bukan itu maksudku. Aku tidak berniat menghinamu. Aku hanya …. Ah, sudahlah kau mau beli apa, Sakura?" ujar pria itu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Milkshake. Dua." jawab Sakura singkat.

Sebelah alis Gaara naik, mempertanyakan porsi minum Sakura. Dan Sakura bukan orang bodoh yang tidak mengerti bahasa tubuh Gaara. "Satu untukku dan satu untuk Ino."

Gaara hanya mengangguk pelan lalu menjentikkan jarinya. "Tunggu di sini," titahnya.

Sakura sempat bingung tapi menurut. Ia melihat Gaara segera menerobos kerumunan dengan tubuhnya yang atletis. Tubuh Gaara yang tinggi memberikannya banyak keuntungan saat ini, dia langsung dilayani dengan cepat oleh petugas kantin. Tak lama kemudian ia kemudian ia kembali dengan membawa dua milkshake di kedua tangannya.

Ia menyerahkan satu milkshake kepada Sakura, "Satu milkshake buat Ino," dengan sigap Sakura memegang milkshake itu. "Satu lagi buat tuan putri yang super jenius," kata Gaara sambil menyerahkan milkshake milik Sakura. Ia kemudian pamit dan meninggalkan Sakura yang blushing di situ.

Gadis pink itu terus menatap punggung Gaara yang berjalan menjauh sambil melangkah maju. Gaara memang selalu baik padanya. Pria yang sedari kecil sudah bersahabat dengannya saat ia mulai pindah tinggal di rumah Ino. Hatinya sedikit kesal ketika melihat Gaara sudah sampai di meja 'populer'-nya dan duduk sambil merangkul dua gadis yang tak dikenal di sampingnya.

Namun, tiba-tiba 'BRUUK!'. Sakura menabrak sesuatu yang keras. Segelas milkshakenya tumpah mengotori lantai dan seketika itu juga kantin Konoha Gakuen seakan mati. Ruangan itu menjadi super hening sampai-sampai suara nyamuk yang terbang dapat terdengar jelas di telinga Sakura. Sakura mendapat insting kalau ia akan terkena masalah lagi. Sebuah masalah yang sangat besar.

Sakura dengan takut-takut mendongakkan kepalanya

Matanya bertemu dengan sepasang mata onyx yang membara dengan penuh amarah.

"Gadis sialan!" bentaknya kencang. "Matamu dimana, bodoh? Kalau jalan pakai mata!" teriaknya lagi.

Meskipun wajah tampan pria itu sangat lucu karena dipenuhi milkshake, Sakura tentu saja tidak bisa tertawa sekarang. Ia tahu orang yang sedang dihadapinya sekarang ini. Penerus perusahaan selular ternama Uchiha Corp. … Uchiha Sasuke.

-Aww… Lagi-lagi pria ini-

Dan semua bisa menebak kan segelas milkshake yang lain tumpah ke mana?

Tapi setidaknya sekarang mereka impas kan?

=Jo=

Chapter 1 Started 10/5 2012 Finished 10/7 2012

Word Count: 3.297

Jojo's Nonsense Chit-Chat Section:

Halo semua! Aku author baru di FFn, yoroshiku onegaishimasu *bow*. Ini FF pertamaku dan sebenarnya masih prologue, Sasuke aja baru muncul sedikit. Aku janji akan ada lebih banyak SasuSaku di chapter depan. Memang masih banyak yang belum jelas tapi kuharap kalian suka. Semuanya bakal diceritain satu per satu sampai ke akar-akarnya kok (?) Oh, ya Gaara punya alis di sini ^^ dan Sakura memang tinggal dengan Ino. Aku akan sangat menghargai kritik atau saran yang membangun terlebih karena aku masih newbie sebagai author atau sekedar komentar saja cukup kok. Kalau reviewnya cukup banyak aku mungkin akan update minggu depan di jam yang sama dan hari yang sama juga. So if you don't mind please review?

Sneak Peek Next Chapter:

Fate 2: Car Accident

"Um, H-haruno-san aku mohon, maafkan Sasuke-kun. Ia sebenarnya anak yang baik kok."

"Aku tidak percaya kalau mereka memperbolehkan anak urakan sepertimu membawa mobil."

"O-oh, aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau keluargamu …"

"H-hey, dengar aku minta maaf karena menabrakmu."

"Sakura, kenapa kau bersama Sasuke?"

-Jojo-san-