Title: Jet Lag (I Miss You So Bad)

Summary: Songfic :: Hibari melihat jam dinding, frustasi. Walaupun yang ia lakukan hanya memantau waktu, menghitung perbedaan waktu di belahan bumi yang lain dalam diam. | Happy 691869 day!

A/N (1) : Songfic, based on Simple Plan's Jet Lag. (Kind of) drabble format.

A/N (2) : Terdiri dari 2 chapter, satu dari POV Hibari, satu lagi dari POV Mukuro. Atas kekurangjelasannya mohon maaf m(_ _)m

A/N (3) : Lastly, dedicated to today's 691869 day and for all 691869 lovers! :* viva mukuhiba!


Jet Lag

(I Miss You So Bad)

::

A Katekyo! Hitman Reborn fanfiction

©AiNeko-chan


~Chapter 1

What time is it where you are?

Hibari melihat jam dinding, frustasi. Bunyi yang senada dengan detak jantungnya, seolah mengejek bola mata yang tak henti-hentinya melirik. Tik tok tik tok, seperti tidak ada habisnya. Waktu satu jam terasa seperti beribu tahun.

Catatan berisi artikel kasus. Mafioso, penuh dengan tulisan yang membuat kepala pening. Walaupun merepotkan, tugas sebagai Cloud Guardian itu setidaknya bisa membuatnya cukup terlihat sibuk sepanjang hari.

Walaupun yang ia lakukan hanya memantau waktu, menghitung perbedaan waktu di belahan bumi yang lain dalam diam.

( I miss you more than anything. )

.

I'm back at home you feel so far

Rumahnya terasa sepi. Ia yang dulu biasa menghabiskan waktu di rumah itu sendirian, damai dalam keheningan dengan piaraan tercinta, sekarang berharap akan ada suara tawa yang mengisi lorong hampa itu.

Bukan cuma suara langkah kakinya.

Bukan cuma suara Hibird.

Bukan suara angin, suara gemericik air, atau musik klasik.

Ia menginginkan suara orang itu.

Dan karena alasan itu, ia mengecek handphone-nya semenit sekali. Berharap menemukan panggilan yang diinginkan di sana.

( Waitin' for the phone to ring. )

.

It's gettin' lonely, livin' upside down.

Semua orang di markas besar Vongola tentu tahu Hibari Kyouya tidak akan pernah mengakui kata 'kesepian' dalam hidupnya.

Yamamoto sekalipun, menyadari kalau ia dengan ceroboh mengatakan kata tabu itu di depan sang Cloud Guardian, walau dengan senyum semanis dan sepolos apapun, sebuah tonfa berduri akan membuat luka parah baru di tubuhnya.

Karena itu, walaupun melihat Hibari yang tanpa ekspresi mengecek waktu setiap ia menemukan jam, lalu melihat handphone dan mengembalikan ke kantung lagi dengan kesal, atau ke-over sensitive-an Hibari terhadap buah kuning dengan lima huruf, burung hantu, dan nama berinisial 'M', atau mood swing -nya yang berubah-ubah setiap menerima telepon dan kabar terbaru ;

Tidak ada yang mengatakan bahwa seorang Hibari Kyouya kesepian.

Walaupun mereka tahu ia selalu mengecek jam untuk menghitung perbedaan waktu dan pura-pura tidak peduli.

.

Walaupun mereka tertawa ketika menyadari dalam hati.

.

( Trying to figure out the time zone is making me crazy )

.

You say good morning when it's midnight

Itu sebuah malam dimana Hibari tidak bisa tidur ketika sesuatu bergetar di balik bantalnya.

RingRingRing

-Private Number-

Jantungnya berdegup lebih cepat. Spontan. Walaupun Hibird yang menjadi saksi hanya memiringkan kepala melihat wajah pemiliknya yang tetap datar, bahkan saat jemari pucat itu menekan tombol hijau dan mendekatkan benda itu ke telinganya.

.

"Kyouya?"

Klik

.

—Atau ekspresinya yang sesaat terlihat seperti ingin menggoreng herbivora terdekat setelah tombol merah itu ditekan, dan sebelum benda itu berbunyi lagi dengan berisik.

.

RingRingRing

"Hei, Kyou—"

Klik

.

RingRingRingRing

"Kyo—"

Klik

.

RingRing—

"Selamat pagi?"

"Ini tengah malam, bodoh."

Klik.

.

RingRing—

"Salahku apa?"

"Banyak. Mati saja kau."

Klik.

.

'Hei, tsundere. Pilih angkat teleponnya setelah ini atau tidak kutelepon lagi? Karena pulsaku hanya cukup untuk satu kali menelpon.'

.

RingRing—

"Kangen aku, hm?"

"Berisik."

"Kenapa kau marah?"

"Membusuk di neraka, sana."

Klik

.

.

Karena aku menunggu telepon darimu berhari-hari. Dankautidaksadar. Bodoh.

.

.

( Going outta my head, alone in this bed )

.

I wake up to your sunset

.

Hibari lelah.

.

Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam melihat dokumen membosankan, menghabiskan tenaga berkali-kali untuk menggigit herbivora menyedihkan sampai mati ; tapi tidak ada yang lebih melelahkan daripada menunggu.

Menunggu seseorang yang— bukan, bukan tidak tahu ada dimana. Ia tahu dimana orang itu berada. Jelas tahu. Dan ia tahu kalau orang itu terlalu sibuk untuk bahkan memberi kabar kepadanya, "Aku masih hidup" atau "Aku baik-baik saja". Atau bahkan sekedar memperdengarkan suara tawa khasnya atau gaya bicara sopannya.

Hibari tahu ia tak seharusnya menolak panggilan yang sangat jarang itu. Tak seharusnya mengangkat dan menutupnya dengan kasar. Ia bahkan tidak tahu apakah orang itu bisa mentolerirnya atau tidak, apakah suaranya yang terluka hanya sekadar akting atau kenyataan. Apakah ia benar-benar punya hal penting untuk dibicarakan. Apakah ia masih mau merelakan kreditnya untuk memberi panggilan kepada telepon genggamnya yang sepi pesan.

Apakah dia juga merindukan Hibari?

.

"Oya, Kyouya, tumben sekali kau menelepon duluan? Benar-benar kangen, hm?"

.

Ia tidak tahu harus bicara apa. Serius, ia hanya ingin mendengar suara itu. Tapi konyol sekali bukan kalau ia mengatakan itu sebagai alasan? Hah. Tidak, orang itu langsung akan menertawakannya.

.

"Jam berapa di sana sekarang?"

"Oh, aku tidak tahu jam berapa sekarang. Kau pikir aku peduli?" Diam sesaat ketika Hibari tak membalas. "Tapi sebentar lagi matahari terbenam. Dan—yah, mafia bodoh itu akan mulai memberiku tugas, jadi mungkin—"

Beeep.

Ia meringis kesal setelah tangannya bergerak menekan tombol berwarna merah tanpa perintah sadar dari otak. Mengakhiri telepon singkat itu.

Di belakangnya, matahari masih bersinar terik. Waktu istirahatnya masih tersisa tiga puluh menit.

.

Di sana, orang itu baru akan bekerja.

.

.

(And it's driving me mad, I miss you so bad)

.

And my heart, heart, is so jet lagged

.

.

"Hibari-san, hari ini Mukuro-san akan pulang dari Italia!"

.

.

-o-o-

( I miss you so bad

I miss you so bad

I miss you so bad )

.

Suasana yang penuh dengan orang-orang yang membawa barang bawaan dengan troli. Speaker membunyikan pemberitahuan kedatangan dan keberangkatan, terpancar dalam layar di bandara utama Jepang tersebut.

Hibari, memakai jas hitamnya seperti biasa, tanpa persiapan atau dandanan khusus. (Hei, laki-laki tidak berdandan!) Bibir tak menyunggingkan senyum, tubuh tersandar ke salah satu tiang, mengamati di antara orang-orang yang keluar dari pesawat yang baru saja datang.

Ia dapat merasakan jantungnya berdegup cepat setiap melihat orang berbaju hitam atau berambut biru. Walaupun bukan orang yang ia cari, ia mengutuk penglihatannya yang tak bisa lebih baik dalam mengenali orang, apalagi dalam situasi seperti ini.

Begitu pertama melihat orang itu, aku akan menghilangkan hawa keberadaanku dan menggigitnya sampai sekarat dari belakang.

( Hukuman untuk membuat menunggu terlalu lama. Hibari benci menunggu! )

Tidak sampai mati. Karena ia masih harus berbicara dengan orang itu. Masih memerlukannya untuk mengalahkan suara Hibird di rumah.

Jadi..

Jadi..

Jadi, kenapakenapakenapa dia tidak cepat datang dan membuat Hibari BERHENTI memikirkan hal-hal negatif dan merasa ekspresi datarnya mulai berubah gusar seiring waktu berlalu dan orang-orang mulai meninggalkan tempatnya dengan orang terkasih yang baru datang dari jauh? Apa ia tidak tahu sekarang Hibari membutuhkan—

.

—Dekapan lembut dari belakang.

.

"Sono a casa, amore mio.*"

.

Seseorang di belakangnya menyeringai, lembut.

-o-o-o-

(And my heart, is so jet lagged.)

::Tbc::


A/N (4) :

*Sono a casa, amore mio : I'm home, my love

( Itu kata mbah gugel sih ._. )

Masih lanjut ini, btw. Berikutnya, Mukuro's POV. Sengaja 2 chapter dalam satu upload biar feelnya lebih kerasa. :D 'Kay, move on~