From Alone be Together

|Kisah Sebastian, Ciel, Alois, Claude, Grey, dkk dari yang awalnya tidak saling mengenal menjadi kenal. Awalnya kost masing-masing dan akhirnya ngontrak bareng-bareng. Awalnya menjadi ingatan yang samar atau bahkan sama sekali tidak ingat menjadi ingat kembali dengan kejadian yang sebenarnya. Dari yang awalnya rindu, jadi cinta|

Length: 2032 words

Warning: Yaoi, Shounen-Ai, Humor gagal, AU, typo(s) nyelip-nyelip, alur lambat

Rate: M (demi keamanan dan kenyamanan kita bersama)

Disclaimer: Kuroshitsuji adalah punya saya *digampar Yana Toboso*

XXXXXXXXXX

Chapter 1 Membosankan

"Baiklah sampai jupa di pertemuan selanjutnya" ucap sang dosen Madam Red mengakhiri perkuliahan.

"Haaa, membosankan. Gak ada Claude yang nemenin ngobrol waktu kuliah public speaking yang ngebosenin. Kenapa dia mesti jadi anggota BEM sih? Dia seneng nyiksa mahasiswa baru yang lagi ospek yah?" gumam Sebastian Michaelis pada dirinya sendiri.

Sebastian lalu berjalan dan turun ke lantai dasar. Ia memutuskan hari ini untuk pergi makan siang lalu menghabiskan sisa harinya di kamar kost bersama Kurochi, kucing hitam peliharaannya. Jika sebastian menunggu Claude, mungkin ia baru akan selesai dan pulang pada malam hari.

Di sisi lain

"Ciel, kenapa kamu ngambil akuntansi sih? Pusing loh, ngitungnya harus teliti terus banyak lagi" gerutu Alois pada Ciel.

"Apa hakmu mengatur hidupku? Aku sudah menentukan jalan hidupku sendiri, cita-citaku, dan memikirkan matang-matang semuanya. Lalu kau sendiri? Kenapa ngambil jurusan kedokteran hewan? Kau memelihara laba-laba pun beberapa jam kemudian laba-laba itu mati" jawab Ciel dengan panjang kali lebar kali tinggi.

"Hehe, kamu tau kan aku pecinta laba-laba?"

"Tidak, kau hanya memelihara laba-laba satu kali dan beberapa jam kemudian laba-laba itu mati. Lalu kau sebut itu dengan pecinta laba-laba?"

"Karena hal itulah aku tidak memelihara laba-laba lagi. Padahal aku sangat sangat sangaaaatttt menyukai laba-laba"

"Aneh" satu kata yang terucap dari bibir manis Ciel mengomentari tindakan Alois.

"Hei kalian maba, perhatikan rektor sedang berbicara di depan kalian. Apa kau mau aku suruh merangkak dan berguling-guling lagi di atas lumpur?" Faustus-senpai menghampiri mereka. Memperingatkan dengan nada tegas walau ia menggunakan suara yang kecil.

"Tidak tidak" jawab Alois.

"Dengarkan apa yang dikatakan oleh rektor di depan kalian"

"Baik baik" jawab Alois kepada senpainya.

"Ciel, Ciel" Alois memanggil Ciel.

"Apa lagi? Kamu gak kapok ditegur sama senpai?"

"Ah, senpainya juga udah pergi. Gak ada di sekitar sini"

"Ciel, Ciel. Senpai yang tadi cakep ya? Kalo aku jadi cewek, aku pasti udah naksir dia"

"Lalu?"

"Hey, kalian. Apa tidak bosan dari tadi mengobrol terus. Bisakah kalian diam?" kini giliran Grey senpai yang menegur mereka.

"Baik" ucap Alois dan Ciel dengan kompak.

Sementara di halaman depan kostan Sebastian

"Hari ini aku memang luang, tapi aku sedang tidak ingin pergi keluar kemana-mana. Hari ini aku ingin memasak sendiri . Maaf, mungkin lain kali" Sebastian enolak ajakan Beast untuk makan siang bersama.

"Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau aku makan siang di kostanmu? Aku ingin mencicipi masakan buatanmu" ajak Beast kembali.

"Tidak bisa, kau tahu kan kostanku khusus laki-laki? Perempuan tidak boleh masuk ke dalam. Walau itu ke ruang tamu" tolak Sebastian kembali.

"Beast" Ran Mao yang lewat di depan kostan Sebastian, memanggil Beast.

"Ayo makan siang bersama. Kakaknya Ran Mao baru membuka cafe di sekitar sini. Ayo kita pergi kesana" ajak Mey Rin.

"Teman-temanmu mengajakmu makan siang. Lebih baik kau bersama mereka" Sebastian memberi saran pada Beast.

"Ah, baiklah kalau begitu" Beast mengikuti saran Sebastian dengan berat hati.

"Bagaimana kalau Sebastian ikut juga, boleh kan Ran Mao?" tanya Mey Rin kepada Ran Mao.

"Boleh" Ran Mao menyetujui.

"Tidak. Terima kasih. Hari ini aku ingin memasak sendiri" tolak Sebastian dengan halus sambil menunjukan senyum di wajah tampannya yang membuat para gadis terpesona.

"Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu ya. Jaa ne, Sebastian" pamit Mey Rin kepada Sebastian.

"Ki wo tsukete (hati-hati)" ucap Sebastian.

"Eeee? Sebastian?" Mey Rin terkejut dengan sikap Sebastian. Padahal biasanya pria itu selalu bersikap dingin pada setiap gadis.

"Anata wa josei desukara (karena kamu seorang gadis)" ucap Sebastian sambil tersenyum.

"Sou desuka (hmm begitu). Haik haik (oke oke)" jawab mey Rin.

XXXXXXXXXX

Di dapur Kostan Sebatian

"Sebastian"

"Ada apa, Bard?" jawab Sebastian kepada teman sekostannya, Bard.

"Bolehkah aku meminjam uang ¥5.000 kepadamu? Orangtuaku baru akan mengirimkannya besok lusa"

"Punya, tapi aku belum mengambilnya di ATM. Mungkin setelah aku selesai makan siang aku akan mengambilkannya untukmu"

"hontou ni? Arigatou Sebastian-kun, anata wa yasashii hito desu (serius? Makasih Sebastian, kamu benar-benar orang yang baik)"

"Haik-haik, biar aku tebak. Uangmu habis kau pakai kencan dengan Mey Rin kan?"

"Hehehe, tebakanmu benar"

"Hmm, sebaiknya kamu irit. Udah tau anak kostan"

"iya iya" lalu handphone Bard bergetar. Ada e-mail dari seseorang.

From: Mey Rin may-lene .jp

Sebastian-san mengkhawatirkan aku w

"Hey, apa yang kau lakukan pada Mey Rin?" ucap Bard dengan sedikit emosi.

"Tidak ada"

"Tapi barusan Mey Rin mengirimkan e-mail padaku. Yang isi-"

"Tidak ada. Aku memang bertemu dengan Mey Rin hari ini, namun ia bersama Ran Mao"

"Kapan? Dimana?"

"Tadi, ketika Beast menghampiri aku di halaman depan kostan. Dia menghampiri Beast untuk mengajak Beast makan siang"

"hanya itu?"

"ya"

Bard lalu membalas e-mail dari Mey Rin

To: Mey Rin may-lene .jp

Memang apa yang Sebastian lakukan kepadamu?

Tidak lama kemudian, Mey Rin membalas e-mail dari Bard.

From: Mey Rin may-lene .jp

Ketika aku akan pergi makan siang bersama Ran Mao dan Beast, dia berkata "Hati-hati, karena kau perempuan" Dia mengkhawatirkan aku. Padahal dia biasanya selalu bersikap dingin pada para gadis. Aku sangat senang. =^w^=

Bard sedikit emosi membaca e-mail dari Mey Rin. Kemudian akhirnya ia bertanya lagi kepada Sebastian

"Benarkah tidak ada?"

"Ya. Aku tidak melakukan apapun kepada pacarmu itu" jawab Sebastian

"Hey, Mey Rin bukan pacarku"

"Lalu kalau bukan pacar apa? Kekasih?"

"Bukan. Aku hanya berteman dengannya. Lagipula tidak mungkin aku bisa berpacaran"

"Itu berarti kau menyukainya kan?"

"Sudahlah jangan bahas itu. Kamu masak apa?"

"Aku masak nasi kare. Sepertinya aku membeli bahan terlalu banyak. Sepertinya ini cukup sampai makan malam untuk beberapa orang"

"Sebastian, padahal aku yang kuliah perhotelan jurusan food. Tapi sepertinya di kostan ini kau yang sering memasak. Masakanmu selalu banyak, dan enak. Kenapa kau kuliah di Universitas Tokyo, jurusan fotografi pula. Ya aku tau kau ingin jadi seorang fotografer. Padahal kau tidak begitu pandai dalam hal fotografi. Ketika aku menyuruhmu mengambil fotoku ketika kita sedang berwisata di Taman Ueno tahun lalu saja, gambarmu banyak yang goyang" Bard menceritakan keheranannya kepada Sebastian. Namun bukan jawaban yang ia dapat. Tapi sebuah tatapan sendu.

"Eh, baiklah kau tidak perlu menanggapinya" lanjut Bard. Ia lupa menanyakan tentang mey Rin.

Setelah Sebastian memasak, mereka berdua makan dalam hening. Tidak ada yang mengawali topik pembicaraan. Setelah mereka berdua selesai makan siang dan mencuci piring, Bard akhirnya mengawali topik.

"Sebastian, bagaimana hubunganmu dengan Beast?" tanya Bard.

"Aku sedang tidak tertarik dengan perempuan"

"Eh? Padahal banyak gadis yang menyukaimu. Namun sepertinya yang sangat sangat sangat menyukaimu si Beast itu"

"Aku tidak peduli" lalu Sebastian pergi meninggalkan dapur dan pergi menuju kamarnya.

"Eh kenapa? Padahal dia lumayan canti-" Bard menghentikan ucapannya dan melihat Sebastian yang akan masuk kamar kostannya.

"Sebastian!" panggil Bard

"Apa lagi? Aku ingin tidur siang. Jangan ganggu aku" sahut Sebastian.

"Baiklah. Tapi aku heran denganmu kenapa kau selalu bersikap dingin pada setiap gadis? Padahal kan-"

"Bard. Aku tidak ingin menyakiti hati mereka, karena itu aku bersikap seperti itu. Bersikap baik kepada mereka sama saja dengan memberikan harapan palsu kepada mereka"

"Sebasti-"

BLAM

Sebastian lalu menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Ia benar-benar tidak ingin diganggu hari ini oleh siapa pun.

"Hah, dasar Sebastian. Selalu begitu jika ditanya tentang kehidupan pribadinya. Apalagi kalau soal wanita. Menyebalkan" gerutu Bard di depan pintu kamar Sebastian.

CKLEK

Tidak lama kemudian pintu kamar Sebastian terbuka.

"Cuacanya mulai mendung. Nanti kalau hujan, angkatin jemuran aku yah yang di samping. Kalau udah kering cepet-cepet angkat aja. Takut ada yang nyolong kayak kemarin lagi. Oke. Aku mau tidur" perintah Sebastian kepada Bard.

"Hey, seenaknya saja menyuruh-nyuruh orang la-" protes Bard namun

BLAM

Pintu kamar Sebastian kemudian tertutup kembali

"Hah, merepotkan"

Di dalam kamar Sebastian

Sebastian langsung menjatuhkan diri ke kasur empuknya. Lalu kucing hitam milik sebastian naik ke atas kasur sebastian dan menggesek-gesekan kepalanya ke lengan tuannya. Kemudian sebastian merubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk lalu meletakkan kurochi di atas pahanya.

"Meong"

"ada apa kurochi?"

"meong meong meong meong meong"

"kamu berisik sekali, kamu lapar ya?" kemudian sebastian melihat tempat makan kurochi yang kosong tanpa makanan.

"ah makananmu habis, sebentar ya aku isi tempat makananmu dulu" sebastian mengambil makanan kucing untuk kurochi kemudia menuangkannya ke dalam tempat makan kurochi. Kurochi lalu segera berlari menuju tempat makanannya dan memakan makanannya dengan begitu lahap.

"kucing memang manis" sebastian berkata sambil mengelus-elus badan kurochi. Sebastian lalu pergi ke kasurnya kembali dan berbaring di atasnya. Kemudian sebastian memandangi figura yang terletak di atas meja belajar yang terletak di samping tempat tidurnya dan mengambil figura foto tersebut.

"Sekarang kita sudah besar" gumam Sebastian.

"Apakah kau masih mengingatku? Al?"

Sungguh, Sebastian benar-benar merindukan sosok yang ada dalam foto tersebut. Seperti apa wajahnya ketika ia sudah besar sekarang. Ia pasti sekarang sudah masuk kuliah jika tidak menunda kuliahnya. Apakah mereka akan bertemu kembali atau benar-benar harus berpisah selamanya? Sebastian sangat merindukannya.

"meong"

"ada apa lagi kurochi?" kemudian kurochi bergelayut manja di atas badan sebastian. Sebastian lalu memeluk kucing hitam tersebut. (Author juga mau dipeluk sebastian *plakk*)

"menurutmu apakah aku dan al bisa bertemu kembali, kurochi?"

"meong"

"ah kamu benar-benar kucing yang selalu dapat mengerti perasaanku"

Sudahlah. Biarlah waktu yang menjawab semua. Lalu tanpa sadar, sang pemilik rambut raven itu kini telah tertidur sambil memeluk kucing hitam kesayangannya. Mungkin di alam mimpi sebastian dapat bertemu dengan alois. (tapi author gak mau mengintip isi mimpi sebastian :p)

Sore hari, sepulang ospek

"Hah, hari yang melelahkan. Untung hari ini hari terakhir. Ciel, ngomong-ngomong kamu kost dimana?" Alois mengajak Ciel mengobrol.

"Aku? Di Kostan Durless" jawab Ciel dengan singkat padat dan jelas.

"Hah? Kostan Durless? Itu kan kostan mahal, mewah lagi. Kamu kenapa kost disitu?"

"Waktu aku cari-cari kostan, hanya itu tempat kost yang menurutku paling nyaman. Disana sunyi dan tenang. Tempatnya juga strategis, dekat dengan tempat makan dan supermarket juga."

"Hmm begitu, kalau aku di kostan Cornelia, habis disitu tempat yang paling murah dan gak jauh sama kampus. Jadi uang jajanku ada sisa banyak. Buat jajan es krim sama kue"

"Kau suka kue juga? Kapan –kapan kita beli kue di cafe Kong-Rong yuk. Tempatnya baru buka, dekat dengan kostan aku. Sebenarnya itu cafe China, tapi disana jual es krim dan kue juga"

"Wah, boleh boleh. Besok aja yuk? Besok kan hari minggu. Sekalian aku main ke kostan kamu, aku kan gak tau kostan kamu dimana"

"Boleh-boleh" Ciel menyetujui usulan Alois.

"Ne, Ciel"

"Nande (kenapa)"

"kau lupa ya, kita sebelumnya pernah berteman" gumam Alois dengan nada sendu.

"Kau bilang apa, Alois?"

"Ah, tidak tidak. Apakah kau mau berjanji denganku?"

"janji?"

"ya, berjanji kalau kita akan berteman. Nanti kalau kau punya teman baru di jurusanmu, kau jangan melupakanku ya?"

"Ah, tentu itu hal yang mudah. Lagian aku senang merasa punya teman senasib denganku. Pendek, blasteran Inggris, dan banyak orang yang mengira kita anak perempuan. Haha, itu membuatku senang. Membuatku merasa, aku tidak sendiri di dunia ini"

"Sudahlah Ciel, jangan minder seperti itu. Nikmati saja hidup oke" ucap Alois sambil merangkul bahu Ciel dalam perjalanan pulang. Mereka lalu diam dalam hening. Tidak ada yang melanjutkan topic pembicaraan. Mereka lalu akhirnya jalan bersama sampai akhirnya sampai di depan kostan Alois.

"Ah, Ciel. Kostan ku disini"

"Oh disini, baiklah kostanku disana, belok kanan lalu lurus. Di depan supermarket ada kostan, disana kostan ku. Besok jadi kan kamu main ke kostan aku?"

"Tentu. Eh iya, aku hampir lupa"

"Apa?"

"Kita belum bertukar e-mail"

"Ah iya, ini e-mail ku"

ciel_phantomhive1412 .jp

"Baiklah, kalau ini e-mailku"

trancy-spiderz098 .jp

"Alay banget sih?" komentar Ciel

"Hehe. Sebentar aku ganti dulu deh"

alois-spider-trancy098 .jp

"Sama aja, sudah yah aku mau pulang. Udah mau malem"

"Hati-hati ya, udah mau malem, awas ada begal (?)" Alois memperingakan Ciel.

"Iya, dadah" pamit Ciel.

"Daah" balas Alois.

Di Kamar Kost Sebastian

"Hah, sudah senja. Jam berapa ini?" Sebastian bangun dari tidur tampannya.

"Jam 7, si kacamata itu sudah pulang belum yah?" lanjut Sebastian.

"Lebih baik aku melihat ke kamarnnya saja" lalu Sebastian hendak pergi menuju kamar Claude.

TOK TOK

"Aww sakit, kalau mau mengetuk ke pintu! Bukan ke wajah tampanku!" Sebastian kesal sambil narsis.

"Ah, maaf. Aku gak pake kacamata, jadi gak keliatan. Kamu tidur yah? Daritadi aku ngetok-ngetok pintu kamarmu gak dibuka-buka sama kamu" Claude meminta maaf sambil menjelaskan kepada Sebastian.

"Iya, aku baru bangun tidur. Ada apa Claude?" Sebastian bertanya kepada Claude.

"Kata Bard, tadi kamu buat nasi kare yah? Aku lihat di dapur masih banyak yang tersisa, dan karena sekarang sudah mau malam jadi aku menghangatkannya untuk makan malam"

"Hmm begitu"

"Ayo kita makan malam, kamu sekarang pasti lapar. Apalagi kamu baru bangun tidur begitu. Bard juga sudah menunggu di dapur"

"baiklah, ayo!"

TBC

XXXXXXXXXX

Author Note:

Apakah ada yang bertanya-tanya kok di Jepang ada begal? Hehe, itu hanya gurauan belaka. Jangan diseriusin yah xD

Di chapter awal-awal ini aku mau ceritain kisah Sebastian, Claude, Bard, Ciel, Alois, dan yang lainnya ketika sebelum mereka ngontrak bareng-bareng. Namanya juga chapter satu, baru perkenalan. Sebastian dan Ciel juga belum bertemu. Aku janji akan mempertemukan mereka di chapter lain, dan akan ada karakter baru di chapter depan.

Alamat e-mailnya jangan dicoba-coba yah, itu hanya alamat e-mail karangan author. Tidak ada alamat e-mail seperti itu. E-mail belakangnya pakai .jp itu liat di anime chuunibyou, habis author bingung kalo di Jepang biasanya pakai apa.

Soal update, mungkin paling cepat satu minggu dari sekarang di hari yang sama. Doakan saja author tidak disibukkan dengan tugas kuliah dan tugas himpunan di kampus. Pokoknya author janji gak akan update lebih dari sebulan. Oke ;)

Akhir kata. Apakah kalian berkenan memencet tombol review, follow, atau fav FF ini? w

Summary next chapter:

"Huft, lama sekali. Dia sedang apa sih di dalam?"

"Apa yang membuatmu berubah pikiran eh?"

"Jangan sentuh aku!"

"Iya. Nih, mau liat?"

"Bermain denganmu. Tapi karena kita sudah dewasa akan aku ajarkan permainan orang dewasa"