Our Little Pinky by Skyscrappers

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Rate: M-

Genre: Family and Romance with some little Humor

Sakura mengira dentingan kuali dan spatula yang dihasilkan akan membuat kedua pria pemalas itu bangun. Tapi dugaan Sakura salah. Sepertinya penyakit malas para pria itu sudah terlalu akut, sehingga terkadang suara-suara keras biasa takkan mengganggu tidur mereka. Hah, dengus Sakura kesal. Diambilnya piring besar dari rak piring dan menuang nasi goreng di kuali ke atasnya. Setelah itu Sakura meletakkan sarapan pagi yang lezat itu di meja makan, sebelum dia melepas celemek dapur yang dia gunakan dan menggantungnya. Saatnya untuk membangunkan dua orang itu. Raja dan Pangeran Tidur. Penyakit malas mereka sudah terlalu akut dan benar-benar mengganggu. Sakura sering jengkel dengan kebiasaan buruk itu. 'Apakah aku harus melakukan ini setiap pagi?' pikirnya kesal. Memang, sudah jadi kebiasaan sehari-hari bagi Sakura untuk menjadi 'alarm' hidup kedua orang ini. Tapi jujur dia jenuh juga. Segala cara sudah dia coba, tapi hasilnya nihil. Hah, sabarlah Sakura, mungkin sudah nasibmu..

Dan sekarang Sakura bingung. Cara apa lagi hari ini yang akan kulakukan agar mereka bangun? Baiklah, dia akan memulai dari sang Raja dulu. Tapi bagaimana? Dia memutar memorinya saat dia membangunkan si Raja Malas itu kemarin. Kali ini idenya berhasil, dengan membenturkan dua panci sehingga menimbulkan bunyi yang menyakitkan untuk didengar. Hasilnya? Pria itu bangun, tentu saja. Tapi peristiwa itu menimbulkan dampak yang lebih dalam. Sang pria mengeluh pada Sakura bahwa dia malu, sebab dia harus mengonfirmasi ucapan client-clientnya setiap kali mereka berbicara kepadanya. Ya, sederhananya, dia harus meminta mereka untuk mengulangi apa yang baru dia ucapkan. Mengapa? Karena bunyi panci dari Sakura menghadiahkan penyakit sulit mendengar selama beberapa jam baginya. Sakura yang mendengar ceritanya hanya bisa tertawa terbahak-bahak, diiringi wajah cemberut dari pria malang itu. 'Hihihihi..' Sakura tertawa dalam hati. Mengingat peristiwa itu sudah cukup membuat dia terhibur. Ah, ada satu lagi. Sekitar lima hari yang lalu dia pernah menggunakan cara yang lebih unik. Sakura menggunakan segayung air, mencedukkan tangannya, lalu memercikkannya ke wajah si pria sambil berteriak, Hujan, Hujan! Ah, dan lihat apa yang terjadi? Dia terbangun, melihat ke kanan kiri dengan panik sambil bertanya, dimana, dimana, dimana? Haha, seperti syair lagu saja..

Sekarang cara apa ya? Sakura menggaruk sisi pipi kirinya yang tidak gatal. Dia terus berpikir keras. Ketika dia merasa sudah kehabisan ide, terbersit di pikirannya curhatan pria itu kepadanya beberapa hari yang lalu. Pria itu mengeluh padanya, mengapa dia selalu memperlakukan si pria dengan hal-hal yang menyakitkan. Sakura tak bisa menahan senyum saat melihat ekspresi serius dan terluka yang dibuat-buat oleh pria itu. Tapi ya, Sakura rasanya sedikit setuju pada pria itu. Baiklah, Sakura sudah memutuskan. 'Kali ini aku akan sedikit lebih 'lembut' dari biasanya.' gumam Sakura dalam hati. Karena itu bersiap-siaplah!

OoOoOoOoOoOoOoOoOoOo

'Basah..'

Pria itu mengerenyitkan dahi, walaupun matanya tertutup erat. Kenapa rasanya basah dan..lembut? Emm.. Tapi sungguh, ini nikmat. Seperti dilumat hangat. Dan baunya juga menyenangkan. Sungguh wangi. Seperti wangi..bunga, mungkin? Tapi, wangi ini rasanya familiar. Rasanya dia sudah sering menghirup wangi ini. Dan dia yakin dia menaruh wangi ini di daftar teratas wangi favouritenya. Wangi musim semi. Wangi bunga..sakura. Sakura yang lembut. Lho? Sakura?

"Sakura?" Kakashi tersadar dan mengerang pelan. Mata lain warnanya yang sebelumnya tertutup rapat dan rasanya seperti direkatkan oleh lem super cap Konoha yang terkenal daya rekatnya yang sanggup membuat orang berdecak kagum tanpa henti (?) mulai dia buka perlahan. Matanya menangkap bingkai wajah cantik seorang Sakura yang sekarang tersenyum manis padanya. Sakura membelai rambut perak pria itu sebelum Sakura berujar pelan.

"Nafasmu bau, Kakashi.."

Telak. Wajah sumringah pria yang dipanggil Kakashi menurun perlahan, menjadi datar, turun lagi, dan berakhir di wajah cemberut.

"Sakura, kenapa sih kamu selalu merusak saat romantis kita?" Kakashi memasang ekspresi terluka yang dibuat-buat. Semntara itu Sakura mulai merasa pipinya sedikit memanas mendengar ucapan Kakashi. Namun dia menutupinya dengan menjawab,"Romantis apanya? Dasar pemalas. Sekarang sudah jam 8, dan kau masih meringkuk di sini. Ayo bangun!"

Kakashi tersenyum jahil. Walaupun semburat merah di wajah istrinya hanya tipis, namun matanya tak pernah melewatkan itu. Ah, dia tersipu rupanya.

"Bukannya tadi kamu menciumku tadi, istriku? Disini?" Kakashi menunjuk bibir tipisnya. Seringai menggoda tersungging di sana. Godaan Kakashi sukses membuat wajah Sakura menjadi semerah tomat. 'Orang ini luar biasa..' batinnya. 'Bakatnya untuk mengubah ekspresi sungguh sempurna.. Dasar!' Ah, perlahan-lahan Sakura mulai menyesali tindakannya. Andai saja dia tidak berpikir untuk melakukan ini.. Aku harus menutupinya sebelum terlambat! Siapa yang mau kalah dari pria ini?

"A..aku tidak menciummu!"

Aha, kali ini dengan bentakan, eh? Tapi kenapa terdengar seperti sedang menyembunyikan sesuatu? Kakashi tertawa dalam hati.

"Benarkah? Kau masih tidak mau mengaku sayang? Atau perlu kubuktikan,eh?" Kakashi tiba-tiba beranjak dari posisinya. Tangan kekarnya menyergap tangan mungil milik Sakura, dan dengan sekali gerakan, hup! Sekarang pria itu telah menindih Sakura. Sakura melebarkan matanya ekspresionis, sebelum berteriak, "Kyaaa! Kakashi, kau mau apa?"

"Bagaimana kalau kubilang, I wanna eat you?" ucap Kakashi, lalu menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat pipi Sakura seolah dia sedang menjilat es krim. Sakura tentu kaget. Dia mulai memberontak.

"Kashi.. Hentikan!"

Tapi bukannya malah berhenti, Kakashi mulai menggerakkan wajahnya mendekat, kali ini ke hidung Sakura. Dibukanya mulutnya, lalu digigitnya ujung hidung Sakura pelan. Dijilatnya bibirnya dan tersenyum, sebelum berujar,"Hei, ini lezaat~"

Lalu terdengar suara isakan keras diiringi tangisan tersedu-sedu. Kakashi tersentak. Sakura apa lagi. Ya ampun!

"Siapa yang menangis?" Kali ini Sakura yang angkat bicara. Kakashi tersentak. Sebelumnya dia mengira Sakura-lah yang menangis, ternyata bukan. Lalu.. Siapa?

Saat itulah Kakashi sadar. Dia melebarkan matanya, menoleh cepat ke arah pintu. Sakura sendiri sudah dalam ekspresi shocknya, dengan tangan menutupi mulut. Kemudian mereka berteriak bersamaan.

Kazu?

Hai minna, ini cerita kedua saya, setelah cerita yang pertama telah saya hapus soalnya jelek. Oke, mohon reviewnya ya minna. Oiya, ini cuma threeshots kok. Semakin banyak yang request maka semakin cepat update, hehe.. Review ya minna!