Oke, kalian boleh ngomel-ngomel ke Sierra karena udah berani-beraninya publish fic baru, sementara yang TBC belum END. *pundung*

Gomen, se-gomen-gomen-nya...

Ide ini sangat mengganggu minta di keluarkan dari penjaranya. Dan sebagai orang yang baik hati -,- Sierra membebaskannya keluar.

Selamat membaca, semoga reader suka ya.

.

Desclaimer : Naruto bukan punya Sierra , Naruto bukan punya Sierra, Naruto bu.. *dibekep*. Naruto punya om Masashi Khisimoto..

Warning : AU, Sho-ai, OOC, gaje , typo's, dll

Rate : T

Pair : SasuNaru

Genre : Drama, Fantasy, Romance, Angst

.

"SasuNaru." = perkataan.

'SasuNaru.' = ucapan dalam hati.

.

Don't Like - Don't Read !

.

.

Uzumaki Naruto, seorang pemuda tampan yang memiliki mata biru sapphire yang indah, berkulit tan, dan berambut pirang saat ini sedang berdiri mematung dengan memandangi sebuah rumah terpencil yang sederhana terletak tak jauh darinya.

Walaupun hanya sebuah rumah sederhana, namun tampak indah dan segar dengan rerumputan hijau yang tumbuh terawat. Berbagai macam bunga pun tertata dengan sangat rapi disetiap sudut-sudut halaman, juga sebuah pohon besar dengan daun yang rimbun bergoyang-goyang tertiup oleh angin.

Rumah itu sendiri memiliki dinding yang putih bersih, pintu bercat abu-abu. Lantai dengan keramik berwarna biru muda yang indah. Rumah dengan dua lantai ini terlihat sangat terawat oleh sang pengurus rumah.

.

Sudah sejak 1 jam yang lalu, Naruto terus memandangi rumah itu juga pada sebuah pintu. Dan pusat perhatiannya tertuju pada sebuah papan nama yang tergantung di pintu tersebut.

'Uchiha Sasuke'

"Akhirnya kutemukan," gumam Naruto dan dengan perlahan dan pasti berjalan menuju kediaman sang Uchiha tersebut.

Tok .. Tok .. Tok..

Naruto mengetuk pintu beberpa kali, namun tak ada seorang pun yang membukakan pintu tersebut untuk dirinya.

"Tidak ada orang ya, baiklah aku akan menunggumu Tuan Uchiha."

Naruto menghempaskan dirinya yang lelah pada sebuah kursi yang terdapat di halaman rumah sang Uchiha.

Angin yang segar dan suasana teduh karena sinar matahari terhalang oleh pohon membuat Naruto terkantuk. Dan perlahan-lahan memejamkan matanya.

.

Seorang pemuda berambut raven berjalan dengan letih menuju rumahnya. Dengan tas ransel yang hanya sebelah talinya tercangking di pundaknya. Dia memasukan tangannya ke dalam saku celananya dan mengambil sesuatu.

Kunci.

Sampai di depan pagar rumahnya, pemuda itu terlihat kaget dengan sosok yang tengah tertidur di halaman rumahnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Naruto.

.

"Hei, Siapa kau," kata pemuda raven membangunkan Naruto.

"hmm,, ahh," Naruto mengigau.

"Hei, bangunlah."

Naruto membuka mata perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali untuk menyempurnakan penglihatan.

"Ahhh,, Uchiha Sasuke? benarkah?" teriak Naruto yang tengah tergaket.

"Ya aku Sasuke, kau? Kenapa dengan seenaknya masuk ke halaman rumahku?" kata Sasuke dengan dingin kepada Naruto.

"Ehm, a..anu."

.

.

Sebuah ruangan lumayan besar terdapat sofa berwarna coklat muda dilengkapi meja di tengah sofa yang tersusun rapi. Terdapat berbagai macam hiasan di ruangan ini. Dan sebuah foto besar tergantung di dinding. Foto dari sebuah keluarga yang terlihat bahagia dengan 4 orang anggota disana. Seorang ayah dengan senyum tipis namun pancaran matanya menyiratkan kebahagiaan yang sedang menggendong seorang anak laki-laki berusia sekitar 7 tahun dengan wajah imut dan tampan yang tengah tertawa bahagia. Di samping sang ayah, sang ibu tersenyum sangat manis dan memperlihatkan kelembutan yang dimilikinya, rambut hitam panjangnya tergerai indah. Sang Ibu sedang merangkul pundak seorang remaja laki-laki yang berusia sekitar 17 tahun. Yang diketahui adalah sang kakak dari adik yang di gendong oleh sang ayah.

"Ehem," sebuah suara membuyarkan pikiran Naruto dan mengalihkan pandangannya dari foto tersebut. Dilihatnya sang Uchiha membawa 2 gelas berisi kopi. Setelah meletakkannya di meja, diapun menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Em,, Apakah kau tinggal sendiri Uchiha-san," tanya Naruto sedikit berbasa-basi.

"Bukan urusanmu," jawab pemuda berambut raven itu dangen ketus seperti biasa, ciri khas dari Uchiha.

"Dan satu lagi..."

Naruto menunggunya melanjutkan bicara.

"Panggil saja aku Sasuke!"

"Baiklah, Sasuke-san."

Naruto menyunggingkan senyumnya ramah.

"Tidak perlu pakai –san , apa aku begitu terlihat tua di matamu, huh?"

"Ti-tidak. Ma.. maaf Sasuke... -san."

'Bodoh Naruto, baru pertama sudah membuat kesalahan, apalagi nanti,' pikir Naruto

"Baiklah, sekarang apa kepentinganmu hingga kau sampai tersesat di rumahku?"

"A-aku, bagaimana ya menjelaskannya?" kata Naruto seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Cepatlah!"

"Apa kau akan percaya, jika aku mengatakannya?"

"Hn."

"Hn itu iya atau tidak?"

"Iya, Cepat katakan!"

"Baiklah"

Naruto menghela napas dan melanjutkan, "Aku disini bertugas untuk menjadi bodyguardmu, asistenmu, menjagamu, melindungimu dan membantu semua kebutuhanmu. Aku akan melakukan apa yang kau perintahkan."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

Lima detik.

Sasuke mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia merasa otaknya bekerja dengan lambat saat ini. Suatu hal yang sangat langka.

'Apa orang ini suruhan Tousan lagi?' pikir Sasuke.

"Err, Sasuke-san... Kau baik-baik saja?" tanya Naruto sedikit panik karena Sasuke tak memberinya reaksi sedikit pun. Kaget atau terkejut mungkin.

"Siapa yang menyuruhmu?"

Naruto tersentak kaget mendengar pertanyaan Sasuke, 'Apa dia mengetahuinya? Ah tidak mungkin.'

"Siapa yang menyuruhmu?" ulang Sasuke.

"Ah.. i...itu aku tidak bisa... mengatakannya..." kata Naruto yang tengah merutuki dirinya sendiri karena gugup.

"Ternyata benar," gumam Sasuke yang semakin membuat wajah Naruto pucat.

"A...apa maksudmu, Sasuke-san?"

"Kau suruhan Tousan, kan?"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

Lima detik.

Naruto melongo dengan jantungnya yang serasa berhenti berdetak. Dan kemudian pemuda pirang itu tertawa terbahak-bahak hingga air matanya mengalir.

"Hahaha... Hah.. Hah... Haaah..."

Naruto yang kelelahan karena tertawa berusaha menenangkan dirinya, mengusap air mata, menyusut ingus yang hampir meleleh keluar, dan meredamkan rasa sakit di perutnya.

Sasuke menatap pemuda aneh di depannya dengan bingung.

"Ah, maafkan aku Sasuke-san. Aku tidak bermaksud lancang. Maafkan aku," Naruto berkali-kali menundukkan kepalanya pada Sasuke.

"Lalu apa maksud kedatanganmu sebenarnya?"

"Maaf, aku tak bisa mengatakannya. Tapi aku akan melindungimu di dunia ini."

"Dunia ini? Memang kau bukan dari dunia ini, huh?"

Oke, otak Sasuke kembali berjalan lancar setelah mengalami beberapa halangan berupa macet sebelumnya.

Sementara, wajah Naruto kembali memucat.

"Te.. Tentu saja aku dari dunia ini. Kau pikir aku bukan manusia," sanggah Naruto cepat, "Ah, maaf aku lancang lagi," Naruto kembali menundukkan kepalanya.

"Jelaskan padaku, atau kau akan ku tendang jauh-jauh dari sini."

Naruto menelan air liurnya, "Itu... aku kan.. kan sudah bilang kalau... A... aku kesini untuk menjagamu. Apa itu kurang jelas?"

"Kurang katamu? Bahkan itu sangat tidak jelas!" kata Sasuke yang mulai meninggikan suaranya dan kini si bungsu Uchiha menjadi tak enak hati saat melihat Naruto kembali menunduk, bahkan lebih dalam dari sebelumnya.

"Ma... Maafkan aku, Sasuke-san. Maaf."

"Ck, mau sampai berapa kali kau mengatakan itu, huh?" ketus Sasuke.

"Maaf."

"Ck, sudahlah."

"Maaf."

"Kubilang sudah!" Sasuke kembali meninggikan suaranya, "Maaf," ujar Sasuke selanjutnya saat melihat tubuh didepannya gemetar.

Suasana menjadi hening diantara mereka. Sasuke mengalihkan pandangannya ke luar pintu, dan Naruto tetap tak berani mengangkat kepalanya.

"Kau, berapa umurmu?"tanya Sasuke memecah keheningan.

"Umurku, 17 tahun."

"17 tahun? Ku kira 15, kau terlalu pendek untuk ukuran pria 17 tahun."

'Dasar, seenaknya saja orang ini,' gerutu Naruto.

"Bagaimana dengan sekolahmu?"

"A...aku sudah lulus..." jawab Naruto yang masih tertunduk.

"SMU mana?"

"A..aku ikut... home schooling."

"Dan untuk apa kau ingin melindungiku? Aku tak butuh perlindungan," ujar Sasuke setelah mencoba berbasa-basi. 'Oh sejak kapan, aku bisa berbasa-basi begini.'

"A... ada yang mengabarkan padaku kalau..."

Sasuke menunggu ucapan Naruto selanjutnya.

"Kalau?" tanyanya tak sabar saat Naruto tak juga melanjutkannya.

"Kalau... ada orang yang mengincar nyawamu."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Sasuke tertegun, tidak, Sasuke tidak tertegun. Sama sekali. Tidak.

"Mengincar nyawaku? Itu sudah biasa," ujar Sasuke yang malah membuat Naruto tertegun dan baru berani mengangkat kepalanya.

"Biasa?" ulang Naruto tak percaya.

"Ya, dan selama ini aku selalu selamat dari orang-orang tak berguna itu."

'Selamat? Ya aku tahu, aku jelas tahu itu' bisik Naruto pada dirinya sendiri.

"Jadi... aku tak butuh perlindunganmu. Sekarang, pulannglah."

Naruto menggelengkan kepala, "Tidak bisa. Aku harus tinggal disini dan melindungimu."

"Tinggal disini?" Sasuke mendengus sebal, "Kau bilang, kau akan menuruti setiap permintaanku, kan?"

Naruto kali ini mengangguk.

"Jika aku ingin kau segera pergi dari sini dan jangan kembali lagi, kau akan menurutinya?"

Naruto lagi-lagi menggeleng, "Pengecualian untuk yang satu itu."

Sasuke menghela napas.

.

.

.

Naruto berbaring di kasur dan menatap langit-langit bercat putih di kamar barunya itu.

Dan akhirnya dirinya berhasil meyakinkan Sasuke dan kini Sasuke mengizinkannya tinggal di rumah ini. Dengan bersusah payah tentu saja.

"Hari-hariku akan menjadi lebih berat sekarang, dan akan bertambah berat setiap harinya."

Naruto bangkit dari tidurnya, berjalan ke arah jendela, menyibakkan gorden, dan memandang langit yang biru.

"Apa yang harus ku lakukan setelah ini? Bagaimana caraku melindunginya? Bagaimana jika aku tidak bisa melindunginya?"

Tatapan matanya menjadi sendu, dan masih memandang langit biru cerah yang sangat luas, tinggi dan sangat jauh dari tempatnya berada.

.

.

.

TBC..

.

.

Sierra nggak mau bilang apa-apa *takut dirajam reader*

Yah Sierra ucapkan terima kasih buat yang udah mampir dan menyempatkan diri untuk baca fic ini. Dan Sierra akan sangat senang kalau reader sekalian bersedia juga untuk 'Review'.