Duché de Bretagne.
Dalam bahasa Inggris disebut Duchy of Brittany, setelah sebelumnya dikenal sebagai kerajaan.
Sebuah kerajaan yang terletak di barat laut Perancis, dan sebuah kerajaan―setelahnya disebut Duchy―yang terlibat dalam kejadian bersejarah antara Inggris dan Perancis pada abad pertengahan. Ya, sebuah spekulasi konflik yang selanjutnya dikenal oleh sejarah dengan sebutan Hundred Years War, yang pada kisah kali ini, akan lebih menjurus kepada bagian Breton War of Succession.
Dan di sebuah kota yang agak terpencil, jauh dari kumuhnya dan ramainya pusat kerajaan Brittany yang pada masa kini akan disebut dengan nama kota Auray, tinggalah seorang gadis muda yang sangat cantik. Siapa yang tak tertarik meminang gadis semacam dirinya? Suara indah dengan wajah rupawan, berpengetahuan luas walaupun kondisi keluarganya terbilang agak susah untuk menyekolahkan dirinya, dan yang terpenting diantara semuanya, dia adalah seorang penari yang handal dan menjalani hidupnya sebagai penari untuk menyokong hidupnya.
Ciel Fantômeruche, itulah namanya.[1]
Siapa yang tidak menyukainya? Anak yang sedemikian baiknya, dengan senyumannya yang manis, bagaikan milik malaikat... ah, siapa yang bisa menolaknya? Senyuman dan pesonanya terlalu menggoda, dan mungkin, Cleopatra pun telah kalah mutlak dengan gadis ini.
Dengan julukan Le Diamant de la Bretagne, [2] ia berjuang pada satu masa yang menyedihkan.
Yah, ia memang bukan seorang politisi, ksatria, atau anggota kerajaan.
Hanya gadis desa biasa.
Ia terlahir ketika Breton War of Succession bermula. Terlahir pada musim dingin yang tak kalah menambah suasana dingin dimana ketika pada masa itu, Kerajaan Brittany terbagi antara dua kubu, yaitu kubu Blois dan Montfort. Perang yang terjadi selama kurang lebih 23 tahun tersebut sudah cukup untuk membuat masa kelam tersendiri bagi Sang Intan dari Brittany ini.
Masa dimana, semua ironi ini terjadi.
La Danseuse
Kuroshitsuji © YanaToboso
WARNING: HISTORICAL FIC! #settingnyadoang
Dua setting waktu dan tempat yang benar-benar berbeda, SebastianCiel plus AloisCiel yang terombang-ambing, ngaco, roman ababil, OOC, typos maybe, referensi sejarah dan tempat serta geografi yang kurang riset, del el el…
Namun siapakah yang akan mengingat kembali masa itu?
Siapa gerangan yang akan membuka kembali cerita ironis tersebut?
Tak ada yang mau, dan tak ada yang tahu.
Sebab mungkin sudah takdirnya, ini menjadi sebuah kisah terkutuk yang terlupa.
July 19, 1364
Auray, Brittany, France
Sosok dengan rambut pendek sebahu miliknya dengan pita berwarna putih keabu-abuan yang menjuntai dan sesekali diterbangkan angin sejuk di penghujung dataran yang sekitar satu atau dua abad kemudian akan menjadi bagian dari Perancis, berjalan dengan langkah optimis. Senyumannya yang biasa namun entah bagaimana caranya tetap memikat segala dari pesona dirinya sehari-hari, ia lambungkan dengan iringan nyanyian dalam bahasa Celtic Kuno.
Ah, betapa rindunya ia akan ketenangan ini. Sudah beberapa hari terakhir keadaan desanya mulai diresahkan dengan adanya kubu Montfort yang mulai mendatangi dan menyerang desa-desa di sekitarnya. Namun setelah berhasil dipastikan bahwa para tentara dari kubu Montfort atau pun para ksatria-ksatria Inggris tak akan menyerang desa ini untuk beberapa saat, mereka bisa bernafas dengan tenang untuk sementara waktu.
Gadis tersebut terus menerus melantunkan gumaman yang sejak tadi ia nyanyikan, sembari berjalan-jalan di sekitar hutan kecil, sebelum seseorang yang tak ia kenal berucap entah darimana pula.
"S'envoler,dalam bahasa Inggris berarti Fly Away, benar?"
Suara seseorang terdengar dari balik pepohonan rimbun yang bertepat di belakangnya. Dengan aksen Perancis yang bercampur dengan logat English-British-nya, dapat dipastikan bahwa suara laki-laki yang menyapanya adalah seorang dari kekaisaran Inggris. Tentu saja kan, sebab para bangsa Celtic atau pun bangsa Perancis, bangga akan bahasanya sehingga ada kalanya mereka pun enggan untuk mempelajari bahasa lain, aplagi bahasa Inggris sekalipun.
Lagipula mereka saling bermusuhan.
Untuk apa dipelajari?
"Kau benar sekali, tuan." Senyum sang gadis bernama belakang Fantômeruche kembali mengembang, "Dan adakah yang anda perlukan disini, tuan? Sepertinya tak mungkin anda tersesat, ataukah... anda berniat menyerang kami?"
Sang lelaki hanya tertawa, lalu mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Inggris, setelah selanjutnya, kembali melanjutkan percakapan dengan sang gadis dalam bahasa Perancis, satu-satunya bahasa yang bisa dikuasai sosok Ciel ini.
"Konyol sekali," ucapnya, "Aku bukan siapa-siapa, aku hanya pion para penguasa-penguasa diatas, dan aku tak akan bergerak kecuali mereka menggerakanku."
Gadis itu tersenyum, sebuah senyuman yang menantang. Ia benar-benar menyukai istilah-istilah dan permainan catur, dan sesungguhnya, itu adalah satu dari beberapa bakat tersembunyi lainnya yang dimiliki gadis ini.
"Lantas mengapa seorang pion bergerak kemari?"
"Memangnya seorang pion tak boleh berpergian bebas?"
Dengan senyuman jahil serta pancaran penuh semangat yang terkesan sedikit kekanak-kanakan dari kedua iris merah darah tersebut, sang laki-laki dengan rambut hitamnya yang mulus dan wajah rupawan-nya, mengulurkan tangannya kepada sang gadis.
"Kenalkan," ujarnya, "Sebastian Michaelis."
Dengan sukacita, gadis itu menjawab uluran tangannya,
"Ciel Fantômeruche."
Sepertinya para ksatria Inggris tidak sebegitu menyeramkan, atau menakutkannya. Toh, biar bagaimanapun, semua orang patut dijadikan teman, bukan?
Lagipula, apa salahnya? Orang ini sepertinya menyenangkan dan menarik...
– ・–
November 20, 2011
Leicester, United Kingdom
Sosok berambut kelabu tersebut menepuk-nepuk salju yang baru saja bersarang di kepalanya. Sepertinya tahun ini salju mulai turun lebih cepat daripada biasanya. Tapi ya sudahlah, bukan sesuatu yang harus dipentingkan bahkan dipermasalahkan dirinya. Satu-satunya hal yang diinginkan anak dalam kisaran remaja ini hanyalah pulang ke rumah, lalu menikmati betapa nikmatnya penghangat ruangan di siang hari ini.
Ya, hari memang masih siang, dan jalan-jalan di kota Leicester ini masih tetap tenang senantiasa. Tidak ada gangguan atau pun akan ada tanda-tanda sesuatu akan terjadi. Dan memang begitulah apa adanya, dan hari ini juga bukanlah hari yang sepertinya sangat tak menyenangkan bagi seorang Ciel Phantomhive yang terkenal dengan sifat temperamennya dan kesinisannya. Dengan dibalut sebuah syal berwarna navy blue dan jaket untuk musim dinginnya yang biasa, ia pun bergegas menuju rumahnya... koreksi, kamar apartemennya.
Ia membuka pintu kamar apartemen bernomor 707 yang bertepat di lantai tujuh. Segera setelah dirinya sukses membuka pintunya, menampilkan sebuah kamar apartemen yang kecil namun ditata dengan gaya yang agak klasik, membuat siapapun yang masuk ke dalamnya dapat merasakan kehangatan tertentu... well, yang memang, harus diakui bahwa kamar yang dimaksud ini akan terlihat lebih indah apabila tidak ada baju, celana dalam, dan berbagai properti pribadi yang bertebaran di seluruh ruangan.
"Aaah!" dirinya menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, sesegera mungkin setelah ia membuka pintu kamar apartemennya dan langsung menyerbu masuk kedalamnya, "Hari ini dingin sekali! Padahal masih November..."
Memang sih, sedikit tidak biasa bahwa di tanggal 20-an awal November sudah turun salju. Biasanya kan mulai awal-awal Desember... yah, apapun itulah, yang pasti setelah ini, Ciel harus benar-benar bekerja keras untuk membersihkan salju-salju yang tergantung di balkonnya, lalu merapikan apartemennya agar ia bisa mempunyai sedikit tempat supaya baju-bajunya bisa dijemur.
Untunglah kuliah sudah libur.
Ia tak harus menyisihkan banyak waktu ataupun khawatir pekerjaannya tak selesai.
Di saat-saat seperti inilah, ia bersyukur bahwa ia tidak tinggal di dalam sebuah rumah, atau ia harus kewalahan mengurus tumpukan salju yang akan menggunung di depan pintu rumahnya, dan berarti, menambah pekerjaannya untuk menguruk pekarangannya.
"Baiklah," ia menyeka keringatnya yang anehnya keluar menetes dari dahinya, "Lauk makan malam sudah dipotong, kamar sudah dibereskan, dan jendela sudah terkunci rapat semuanya... hmm, sepertinya benar kata ramalan cuaca, malam ini akan ada badai..." dan sekali lagi ia merasa aneh. Di awal musim dingin sudah ada badai? My God... sepertinya cuaca sudah menjadi aneh belakangan ini. Tapi apa boleh buat? Masalah cuaca hanya Tuhan dan Bumi yang tahu, bukan dirinya yang hanya seorang manusia biasa di permukaan Britania Raya ini...
"Uh..." kembali, Ciel mendesah pelan, "Aku harap badai cepat berlalu. Sungguh mimpi akan kehangatan di musim dingin seperti ini..."
Bicara soal mimpi...
Laki-laki dengan wajah imut dengan rambut pendek ini pun kembali teringat akan mimpinya beberapa hari yang lalu. Bertemu dengan seorang gadis yang berada dalam mimpinya dengan nama yang... ugh... susah dilafalkan. Yang pasti, nama depannya sama-sama Ciel, dan hanya itu yang bisa ia ingat. Bukan apa, tapi hanya... agak tidak familiar saja, sebab selama ini, Ciel hampir tak pernah bermimpi, kecuali jika mimpi itu membawa sebuah premonisi di hari depan, maka bisa saja...
"Apa yang kupikirkan sih?" rutuknya pelan, "Itu kan hanya mimpi, untuk apa kupusingkan..."
Laki-laki muda ini kembali pada aktivitasnya untuk membersihkan sisa-sisa debu di sekitar ruang tamu. Memang cukup aneh, di musim dingin saja debunya masih sebanyak ini. Apa jadinya jika nanti musim panas datang? Apalagi dia berada di lantai tujuh dan... Wah, sepertinya ia harus menambah waktu bersih-bersihnya di kala musim panas nanti... pasti akan lebih banyak debu. Musim dingin, ataupun musim apapun, memang selalu menguras tenaga Ciel, sehingga berujung membuat yang dimaksud menguap dan terkantuk-kantuk.
Jadi, mari kita sudahi dulu acara bersih-bersihnya,
Dan kembali beristirahat siang.
– ・–
"Hei, Ciel!"
Terdengar suara lantang dari seberang sana, yang tengah memanggil gadis berambut pendek dengan pitanya yang masih dengan setia menghiasi rambut kelabu miliknya. Raut kegembiraan yang tadi ditunjukkan oleh pemuda berambut light blonde tersebut memanggil gadis yang bernama Ciel Fantômruche itu, kini memudar karena melihat sang gadis sedang berbincang-bincang dengan sosok yang tak pernah dilihat bangsawan Blois tersebut sebelumnya. Sosok berambut hitam, dengan iris red rose yangmemikat...
Oh, betapa dirinya cemburu melihat pemandangan tersebut.
"Ikut aku."
Sorot mata kecemburuan terlihat dari balik mata sang bangsawan Blois. Menampakkan aura tak enak di sekelilingnya, akibat dari kecemburuannya. Ia menarik tangan gadis tersebut, tanpa mempedulikan tatapan kebingungan dari sang lelaki berambut hitam yang sedari tadi tengah berbincang dengan gadis pemilik mata Azure tersebut.
"Ah..."
Gadis tersebut menepis sebagian rambutnya yang menutupi matanya karena tertiup angin. Dengan pandangan sendu dari atas bukit, menatap dengan keprihatinan, ia hanya mampu terduduk di hamparan hijau sebuah bukit, dimana ia bisa melihat pada segerombolan... bukan, bukan segerombolan lagi, tapi ribuan pasukan dengan armada perangnya yang luar biasa.
"Ini armada perang kita..."
Alois Trancy, laki-laki bangsawan di desa ini yang merupakan seorang bangsawan sekaligus salah satu petinggi absolut dari Kubu Blois, tepat di bawah Charles of Blois.
Dan sekaligus tunangannya.
Agak susah juga ia harus mengakui hal yang terakhir, walaupun jujur, ia menyukai Alois.
Tapi menjadi tunangan? Ah, ia susah mengakuinya. Ia tak menyukai perangai Alois yang kasar terhadap para bawahannya, dan mengingat betapa sadisnya ia ketika mengejar dan mengalahkan para pesaingnya dengan cukup... tidak manusiawi, hanya demi mendapatkan cinta dari sang Fantômeruche. Walau Alois selalu bersikap baik dan sangat, sangat sayang pada dirinya, tapi apakah itu bisa menjamin ketentraman batin Ciel? Tentu saja tidak akan.
Tapi apa yang bisa ia lakukan?
"Bukankah ini sungguh spektakuler?" sosok dengan rambut blonde yang berada di samping rambut kelabu itu kembali berucap, "Lihatlah pemandangan yang sangat, sangat menggambarkan kuasa kita! Kubu Blois pasti akan menang dan akan memegang tampuk kekuasaan Duché de Bretagne, secara mutlak!" terulas sebuah senyuman kecil dari ujung bibir Alois, dan kemudian mengelus pipi Ciel, sekali lagi.
"Dan ketika perang ini sudah berakhir," ucapnya, "Mari, kita mengikat janji pernikahan kita."
Kata-kata tersebut cukup untuk membuat pipi gadis berkulit pucat tersebut memerah hebat. Ia hanya seorang gadis desa biasa, dan kalau pun ia ingin menolak pertunangannya, itu tidaklah mungkin. Pada masa itu, semua anak gadis, apalagi anak desa biasa dari kaum rakyat jelata, tidak bisa melawan apa kehendak orang-orang bangsawan.
"Ciel, aku boleh bertanya padamu?"
"Hmm?"
"Pemuda berambut hitam tadi... siapa dia? Aku belum pernah melihatnya disini."
Oh, apakah ia harus mengatakannya?
Ciel tak mau kehilangan seseorang lagi, sekali pun ia baru mengenal pemuda berambut hitam tersebut beberapa momen yang lalu. Sebab ia tahu betapa kuatnya dan berkuasanya Alois, dan ia tak mau sang pemilik rambut light blonde di depannya ini membunuh seseorang―ia akui, memang dari kubu musuh―dimanapun itu. Baik di medanperang, atau pun tidak.
Ingin rasanya gadis ini berkata, bahwa ia tak ingin sang bangsawan membunuh lebih banyak orang tak berdosa, apalagi tak ada sangkut pautnya lagi.
Dengan itu, mungkin ia bisa lebih mencintai pemuda bangsawan yang satu ini, yang telah membuat batinnya tersiksa karena telah membunuh orang-orang tak berdosa. Seringkali yang tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan yang ada pun, menjadi korban. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa salah satu bangsawan paling berkuasa dari Blois ini adalah... katakanlah tipe senggol bacok. Tidak mau tahu, demi mendapatkan apa yang dia mau, apa pun akan dilakukan, biarpun itu berarti harus membunuh banyak orang sekalipun.
Lagipula, siapa yang berani menangkap lalu memenjarakannya? Hei, dia petinggi Blois! Tak akan ada yang berani!
Tetapi apalah gunanya mempertahankan musuhnya tersebut? Toh juga, Ciel tahu pasti, bahwa laki-laki tadi, Sebastian, juga seorang ksatria. Seorang tentara yang juga akan membunuh lalu mengotori tangannya dengan darah-darah orang tak berdosa. Pada dasarnya ia tak menyukai para ksatria-ksatria, atau profesi-profesi semacamnya yang mengharuskan untuk membunuh. Memang kalian kira membunuh itu akan membawa manfaat? Seburuk-buruknya orang, ia masih manusia yang butuh perhatian! Perang sudah cukup membawa banyak kesengsaraan, namun...
Namun, mungkin, mungkin saja, Sebastian bukan seorang yang akan membunuh orang karena kehendak pribadi,
Melainkan karena perintah mutlak yang mungkin saja tak bisa ia hindari.
"Ciel?"
"E...Eh? Maaf!" menyadari semenjak tadi, dirinya tak menjawab satu pun pertanyaan si bangsawan Blois, "Bi...bisakah ulangi lagi pertanyaanmu?"
"Haah... makanya jangan terlalu banyak terlena," Alois menyinggungkan senyuman lembutnya, "Aku bertanya padamu tadi, siapa pemuda berambut hitam yang kau ajak bicara tadi?"
Ya, sudahlah...
"Dia... semacam pengelana, atau seperti itulah?"
"Dari?"
"Entah, aku juga kurang tahu," Ciel mendesah, "Tadi aku belum selesai mendengar ceritanya."
Ia masih belum tahu banyak tentang ksatria itu.
Dan Ciel, sungguh, lebih dari penasaran untuk tahu siapa ia sebenarnya.
– ・–
Sosok berambut kelabu tersebut terhenyak.
Entah mengapa, air matanya keluar deras sekali, tanpa ia mampu mengerti mengapa. Ia ingat, bahwa ia baru saja bermimpi akan sesuatu, walaupun ia tak bisa mengingatnya dengan jelas. Ini sudah ketiga kalinya dalam seminggu terakhir, dan ia masih tak bisa mengerti apa arti dari kerinduan yang bersarang di hatinya. Ia yakin, sungguh yakin, bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar ia cintai.
Lantas, mengapa rasanya begitu kehilangan seperti ini?
Perih, rasanya...
Can't let this feeling end
'Cause if I do, it'll all be over
I'll never see you again
Touch my Hand – David Archuleta
To Be Continued
[1] Pertama-tama, saya punya alesan sendiri kenapa namanya Ciel jadi Fantômruche. Fantômruche sendiri itu adalah translasi bahasa Perancis dari pecahan "Phantom" dan "Hive." Sebenernya sih bahasa Perancisnya Phantom ya Phantom juga, tapi spellingnya beda gimana gitu. Jadi itu kenapa saya cari alternative spelling yang lebih kerasa 'Perancis'-nya gitu… #gajelas
[2] Le Diamant de la Bretagne ( France ) : Sang Intan dari Brittany.
Historical Notes :
1. Kisah ini berlatar-belakangkan dari sebuah pertempuran di daerah regional Perancis pada pertengahan abad 14, Brittany, dan pertempuran ini diberi nama Breton War of Succession, merupakan satu dari sekian pertempuran yang terjadi pada masa Hundred Years War antara France-England pada abad pertengahan. Dan mengapa namanya Breton? Karena Breton itu kurang lebih seperti nama lain dari Brittany. Jadi dua hal Breton atau Brittany, artinya sama saja.
2. Perang Breton ini terjadi karena perebutan tampuk kepemimpinan Duchy of Breton. Untuk penjelasan apa itu Duchy, mungkin anda bisa liat di kamus apa artinya, tapi kalau secara terjemahan gamblangnya, Duchy berarti "Tanah milik Duke."
3. Battle of Auray adalah sebuah pertempuran penentuan alias klimaksnya dalam Breton War of Succession. Pertempuran Auray ini terjadi karena perselisihan dua kubu yang berada di daerah Brittany ( atau sekali lagi, disebut juga sebagai Breton ) dan mengapa namanya Battle of Auray? Karena letak dimana perang ini terjadi adalah letak dari sebuah kota di Perancis yang bernama sama, Auray.
4. Dan... dalam pertempuran itu, seperti yang udah dijelaskan tadi, bahwa di daerah Breton ini ada dua buah kubu. Yaitu kubu Blois dan kubu Montfort. Untuk memperjelas saja seperti apa yang sudah saya tuliskan di cerita diatas, bahwa kubu Blois di-support gitu sama Perancis, sementara kubu Montfort mendapat bantuan dari Inggris.
5. Sekali lagi saya tekankan, bahwa saya cuma pake settingnya aja, dan untuk karakterisasi beserta tetek bengeknya, saya nggak ngikutin sejarah :D
Segini dulu deh. Betewe, buat masalah tanggal, saya udah cantumin di ceritanya kok =w= kecuali buat scene yang paling pertama tanggal 19 Juli, itu fiksi, fiksi abis. Seperti halnya dengan beberapa tanggal-tanggal fiksi lainnya, nanti mungkin akan saya peringatkan lagi disini, jadi jangan lupa baca disini yak
A/N: Aloha minna-san :3 akhirnya saya kembali lagi ke FKI dengan sebuah fanfic two-shots atau three-shots yang agak… ababil, seperti biasanya. Tapi ya sudahlah, seababil apapun benda satu ini, saya harap para readers yang sudah niat bersua dan membaca hingga sini bisa menikmatinya tanpa harus muntah-muntah xD #
La Danseuse adalah bahasa Perancis untuk The Dancer alias Sang Penari.
Udah ah segini dulu part pertama saya, maaf jika ababil sekali ya -_- lagian saya dah eneg buka wikipedia dan kamus [?] makasih udah mau berniat baca sampah ini sampe sini...
.
RnR-nya akan sangat membuat saya hepi :3
