Rukia P.O.V


Pagi hari yang cerah. Aku berjalan menuju sekolahku. Soul Society senior high school, namanya. Aku berjalan menuju ruang kelasku di lantai dua. Kubuka pintu ruang kelas itu dan mulai duduk di kursiku selama aku belajar disini. Ya, ini adalah tahun terakhirku bersekolah disini. Tahun depan aku akan lulus dan masuk universitas, bukan tahun depan tapi bulan depan tepatnya.

Masih sepi. Sepertinya aku kepagian. Biasanya saat aku datang sudah ada dua atau empat orang yang sedang duduk sambil menyalin PR. Sudah mau lulus masih saja begitu. Aku mengambil sebuah buku dan mulai membaca isinya.

Kret...

Suara pintu dibuka. Ada seseorang yang akan masuk.

Deg...

Dia? Dia sudah datang. Kuremas buku yang kubaca sedari tadi dan mengangkat buku itu untuk menyembunyikan wajahku. Aku ingin sekali menatapnya, tetapi itu tidak mungkin terjadi. Dia meletakkan ranselnya diatas kursi dan mengeluarkan gitar yang ia bawa bersamaan dengan ranselnya. Dan mulai memainkan sebuah lagu sambil memetik gitarnya.

The flowers, trees, and we are sad

Doing nothing but reaching toward the sky

Every time when we are hang our heads, we notice it

And then we look up again...

You, who are asleep, look sad

And it even seems like you're having a bad dreams

I'm here, next to you

I won't go anywhere anymore

How do I live without you?

All people look at the sky

They look up, then lower their eyes

Without searching for the blue sky

That I saw one day, I grieve

I've live with selfishness

Substituted for freedom

In the starless night sky

With eyes that can't see even my course

I wander...

There wasn't anything scary or such

There just wasn't anything to protect

Now I'm afraid

About tomorrow, about ten years ahead, too

I need hungging my sweet heart

All people cry to the sky

They spread their hands and dream

I'll forever protect the blue sky

That I saw one day

I won't aspire any longer

In the shadow of flapping and flying around freely

No one is free

"Freedom" isn't like that

There are just no roads in the sky

Within the sky known as you

Trap only me in there

I won't go anywhere anymore

So please don't go anywhere anymore

All people are within the sky

Within the cage known as freedom

It'll be good enough if only you're with me

I don't need wings anymore

In this sky...

Lagu yang indah. Isinya sungguh indah dan bermakna. Petikan gitarnya sungguh lembut.

"Ohayou!" seseorang masuk dengan riangnya.

Mengganggu saja dia, padahal aku sedang menyesapi kalimat yang ada di lagu yang ia mainkan tadi. Aku melanjutkan aktivitas membacaku yang tadi terhenti karena lagu yang indah tadi.

.

.

.

I'm Your Secret Admirer

Disclaimer :

Bleach belong's to Tite Kubo

Bird sung by Matsushita Yuya

Genre :

Romance and Hurt/Comfort

Pairing :

HitsuRuki

(Hitsugaya Toushiro and Rukia Kuchiki)

.

.

.

Coba ia memandangku. Walaupun hanya sekali, aku tetap senang. Kadang aku iri dengan gadis lain yang sangat dekat denganmu. Ya, aku tahu, kau sangat terkenal seantero sekolah ini. Bahkan office boy disinipun mengenalmu.

Toushiro Hitsugaya.

Itulah namamu. Orang yang kukagumi sejak pertama kali aku melihatnya. Tapi, semua perasaan ini tidak mungkin terbalaskan. Aku hanya gadis biasa yang tidak secantik Hinamori maupun Orihime. Aku hanya gadis biasa. Andai saja kau memandangku sekejap, tetapi itu tidak mungkin.

Setiap hari aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan dan melihatmu sedang bercengkerama dengan gadis lain. Aku iri. Kenapa bukan aku saja? Kadang pikiran itu terlintas di kepalaku.

Apa aku ini tidak terlihat olehmu? Apa aku yang terlalu berharap? Mungkin ya, aku terlalu berharap, orang sepertimu datang menghampiriku dan mengajakku bercengkerama seperti yang kau lakukan dengan gadis lain.

Aku ingin sekali berbicara denganmu, walaupun hanya sepatah kata saja.

Saat lomba vocal grup juga, kau berdiri di sebelah seorang gadis yang bernama Soi-Fon. Ada bagian menggandeng tangan di lagu itu. Kau menggandeng tangan gadis itu.

Iri.

Aku iri.

Aku sangat iri.

Aku sangat sangat sangat iri.

Kenapa dia bukannya aku?

Walaupun aku tahu Soi-Fon tidak menyukaimu ditambah lagi dia sudah mempunyai pacar, tapi tetap saja aku merasa iri dengannya. Hatiku terasa tercabik-cabik. Andai saja kau tahu perasaanku ini.

Tetapi...

Hari itu datang juga. Hari dimana kau memenggil namaku.

"Kuchiki, apa kau sudah mempunyai kelompok untuk tugas seni nanti?" kau bertanya sambil berlari menhampiriku.

"Eh i-itu aku be-belum ada." sekarang jantungku berdetak dengan kencang dan aku dapat merasakan semua darahku mengalir ke kepalaku. Pasti aku sudah semerah tomat.

"Kalau begitu kau masuk ke kelompoknya Ichigo saja, mereka kekurangan orang sekarang." aku membeku di tempat. Kaku.

"Ah i-iya." jawabku dengan agak terpaksa.

Kenapa kau begitu baik? Kenapa kau mau menyakitiku lagi? Apa aku salah menjadi penggemarmu? Apa aku ini termasuk orang yang bodoh? Aku terlalu berkhayal bahwa kau akhirnya akan memandangku.

Ya, aku terlalu berkhayal.

Terlalu banyak berkhayal.

Selalu saja begitu. Selalu bersama dengan si orange itu. Kenapa aku tidak bisa bersamamu? Walaupun sekali. Apa aku memang tidak pernah kau pandang?

Aku berusaha untuk terlihat olehmu, tetapi itu sia-sia. Tidak ada gunanya. Pernah terlintas di pikiranku, bahwa percuma saja menyukaimu, tapi tetap saja sulit sekali menghapusmu dari otakku. Kau bagaikan anggur yang memabukkan bagiku. Sekali melihatmu aku langsung terpanah. Setiap berada di sekolah, mata ini selalu mencari keberadaanmu.

Rambut putihmu. Mata emeraldmu. Postur tubuhmu yang memang tidak tinggi tetapi dapat memikat kaum hawa disaat bersamaan. Selalu itu yang kucari.

Seandainya kau menyadari itu.

Menyadari bahwa aku sangat menyukaimu.

Kau adalah,

my first love in my life.

Apa kau akan bisa melihatku? Apa kau akan memandangku sebagai penggemar? Atau kau akan memandangku sebagai orang yang menyusahkan? Semua 'apa' itu selalu menghantui diriku saat aku melihat dirimu.

I'm your secret admirer.

"Hahahahaha benarkah itu?" suara itu. Suaramu. Suara yang selalu ingin kudengar.

Apa yang kau lakukan? Tidak biasanya kau tertawa seperti itu.

Aku memperhatikanmu dari belakang tembok ini. Kau sedang bersama dengan Renji dan Ishida. Tertawa. Wajahmu yang sedang tertawa itu sungguh menakjubkan. Kurasakan lagi-lagi darahku naik ke kepalaku. Muncul semburat merah di pipiku.

Aku hanya bisa tersenyum saat melihatmu seperti itu. Hanya tersenyum karena orang yang kusukai bahagia.

Tetapi saat itu datang juga...

Saat dimana semua kebenaran terungkap. Kebenaran yang membuat hati ini sakit sekali. Kebenaran yang tidak mungkin akan bisa kelupakan selama darah masih mengalir di raga ini.

Ya, kebenaran tentang semuanya. Kebenaran yang bagiku itulah jalanmu untuk selamanya.

The Truth About Forever.

Hinamori Momo. Gadis yang sempurna untukmu yang sempurna juga. Gadis yang menjadi pendampingmu. Gadis yang kau cintai dengan tulus. Gadis yang... ah, terlalu banyak untuk kusebutkan.

Dia gadis yag lebih baik daripada aku. Gadis yang pastinya selalu mencintaimu. Dialah orangnya. Gadis yang memang benar-benar cocok denganmu.

Saat mendengar gosip itu aku memang tidak percaya, tetapi setelah melihatmu dan dia selalu bersama layaknya sepasang kekasih, aku baru menyadari itu. Aku hanya bisa tersenyum getir saat melihatmu dan dia sedang berjalan pulang dari sekolah. Dari kejauhan aku melihatmu dan dia yang sangat mesra.

Aku sudah menduganya bahwa cintaku pasti bertepuk sebelah tangan.

Dan seminggu setelah kejadian itu, aku juga harus pergi. Setelah acara wisuda selesai, aku akan pergi ke Amerika. Tempat dimana aku akan menjalani masa kuliahku dan tempat dimana aku akan memulai semuanya dari awal lagi. Membangun hatiku yang sudah hancur karenamu.

Sebelum aku pergi, aku ingin sekali merangkai puisi untukmu,

Saat pertama kali bertemu denganmu,

aku langsung terpanah melihat keindahan sorot matamu.

Keindahan yang tidak pernah kulihat di bola mata siapapun.

Kau adalah pangeran dari segalanya.

Kau pandai melakukan semuanya dengan baik.

Setiap hari aku selalu melihatmu,

bercengkerama dengan teman-temanmu.

Aku selalu memandangmu dari tempat yang jauh.

Selalu melihat kebahagianmu dengan mereka.

Aku ingin sekali merasakan itu,

merasakan apa yang kau rasakan dengan teman-temanmu itu.

Tetapi...

Hari itu datang juga,

hari dimana semua kebahagianku yang kupendam ini musnah layaknya angin.

Hari dimana dengan mata kepalaku sendiri,

aku melihatmu dengan gadis lain.

Kau tampak bahagia.

Bahagia dengan gadis yang menyandang predikat sebagai kekasihmu.

Aku hanya bisa tersenyum getir.

Melihatmu bahagia, juga sudah cukup bagiku.

Aku hanya bisa mendoakan kau akan bahagia dengannya.

Untuk terakhir kalinya aku ingin mengatakan,

I love you...

~The End~

Author Note :

Hai ini adalah fic pertama saya disini. Semoga kalian semua suka. Sekarang saya menggunakan pair favorite saya, HitsuRuki. Saya lagi nggak bisa banyak ngomong soal fic ini, karena fic ini sungguh gaje. Dan pasti ada TYPOs dkk.

Sihlakan klik tombol dibawah ini untuk menyampaikan unek-unek tentang fic ini.