Namanya Park Baekhyun, umurnya akan genap 16 tahun bulan depan, ayahnya seorang bos besar—panggilan populernya adalah CEO—dari sebuah perusahaan cabang yang diberikan oleh nenek Baekhyun untuk permulaan sang ayah sebagai CEO sungguhan.

Selain diberkati dengan sendok perak di mulutnya, sang ayah memiliki paras tampan luar biasa dan juga umur yang masih terbilang muda untuk mendapatkan gelar CEO tersebut, 32 tahun.

Baekhyun bangga memiliki ayah sehebat dan setampan sang ayah. Dari dia masih sekolah di taman kanak-kanak sampai masuk ke sekolah menengah atas, Baekhyun selalu membanggakan sang ayah di depan teman-temannya. Park Chanyeol, nama sang ayah yang kerap dipanggilnya dengan sebutan 'Daddy'.

Mengingat, jarak umur mereka tidak terlalu jauh untuk jarak umur orangtua dan anak. Dahulunya Chanyeol muda pernah terlibat pergaulan bebas sekali bersama kekasihnya. Kekasihnya meneleponnya dan meminta pertanggung jawaban.

Chanyeol masih sangat muda dan rentan, jadi dia tidak berkeinginan untuk bertanggung jawab. Mendengar itu, ayah Chanyeol yang tak lain adalah kakek Baekhyun menderita serangan jantung untuk yang ketiga kali dalam hidupnya, dan itu kali di mana malaikat maut merenggut nyawanya. Wanita yang pernah melakukan 'one night stand' dengannya itu pun kemudian hilang tanpa kabar, seperti ditelan bumi.

Namun, hampir setahun berlalu, Chanyeol mendengar bel rumahnya berbunyi, dan ketika dibukanya, ada sebuah keranjang berisi bayi laki-laki yang teramat lucu sedang menangis karena udara di luar benar-benar dingin.

Soal nama dan tanggal lahir Baekhyun, Chanyeol mendapatkannya dari sebuah kertas yang terselip di dalam tas kecil yang berisi beberapa baju bayi yang mengatakan nama dan tanggal lahir bayi laki-laki itu, juga pesan bahwa Chanyeol harus menjaga bayi itu dengan baik-baik. Dari situ, Chanyeol bisa menyimpulkan kalau bayi laki-laki itu adalah anaknya bersama kekasihnya dulu.

Chanyeol memasuki rumahnya dan menemukan kegelapan menyapa retinanya. Kalau rumah besar itu sudah gelap gulita seperti ini, sudah dipastikan sang anak sedang merajuk kepadanya.

Sebenarnya, Chanyeol ingin sekali membayar seorang maid atau butler di rumahnya dan anaknya itu, tetapi Baekhyun selalu marah dan berkata bahwa dia tidak ingin waktunya bersama Chanyeol menjadi terganggu.

Alhasil dia hanya mendatangkan seorang maid hanya setiap hari minggu saja untuk mengemaskan rumah dengan satu peraturan dari Baekhyun; jangan pernah melihat wajah Daddy-ku, ketika kau tak sengaja bertemu dengannya, jangan sesekali kau mendongakkan wajahmu untuk melihat wajah Daddy-ku jika kau tidak ingin dibuat sengsara 7 keturunanmu!

Sebenarnya, Baekhyun mengucapkannya hanya karena dia terlalu menyayangi ayahnya itu, tetapi dengan kesadaran penuh atas kedudukannya di rumah ini, maid itu pun menyanggupinya dan mulai bekerja ketika Chanyeol pergi.

Sedangkan, Chanyeol hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu. Baekhyun itu terlalu dimanja olehnya dan sang nenek, jadi dia tidak heran jika Baekhyun bersikap seperti anak yang berpikir bahwa kasih sayang orang terdekatnya akan hilang jika ada orang baru yang akan disayang. Padahal, Chanyeol pikir, itu tidak akan berlaku untuknya. Baekhyun adalah segala di dunia ini, dia adalah dunia Chanyeol.

"Baekhyun?" panggil Chanyeol mencoba mencari kehadiran sang putra. Tak ada suara Baekhyun yang menjawab, hanya suara dari ruang televisi yang menyapa pendengarannya dan bisa dipastikan bahwa itu suara televisi yang belum dimatikan.

Dia mendekat ke arah sofa yang membelakangi dirinya dan benar saja, Baekhyun berbaring meringkuk di sana dengan raut tak nyamannya. Chanyeol duduk di sisi yang kosong, jemari besarnya mengusap surai Baekhyun. Karena Baekhyun merupakan orang yang sensitif ketika tidurnya diganggu, bocah itu terbangun dengan kerutan di dahi.

"Daddy?" Chanyeol hanya menjawabnya dengan senyum yang lembut di wajah tampannya. Melihat putranya bangun dari tidur itu sungguh menggemaskan, apalagi logatnya yang masih saja mengingatkannya kepada Baekhyun saat bocah itu masih berusia 6 tahun.

Setelah tersadar bahwa kehadiran sang ayah bukan imajinasi semata, Baekhyun berbalik menghadap kepala sofa—enggan melihat Chanyeol.

"Baekhyun sayang, maafkan Daddy, okay? Tadi Daddy benar-benar sibuk dengan rapat divisi—"

"Lebih penting dariku?" potong Baekhyun yang sedikit teredam. Chanyeol terkekeh melihat tingkah laku anaknya yang benar-benar kekanakan itu. Tetapi, rasanya Chanyeol juga berharap Baekhyun tidak tumbuh dewasa. Dia masih ingin memeluk tubuh mungil itu, membacakannya dongeng setiap malam, dan menyanyikan lullaby untuknya.

Chanyeol membaringkan dirinya di sebelah Baekhyun, beruntung sofa itu cukup lebar dan bisa menampung tubuh besarnya dan tubuh mungil Baekhyun secara bersamaan. Tangan Chanyeol terselip di pinggang Baekhyun, mengeratkan pelukannya, sementara hidungnya bertengger di ceruk leher Baekhyun. Aroma khas Baekhyun—stroberi—tercium di indera penciumannya.

"Daddy janji akan datang ke pertemuan orang tua di sekolahmu lain kali," bujuk Chanyeol sekali lagi untuk meredakan kekesalan Baekhyun.

"Daddy sudah sering mengatakan itu, tetapi tetap saja tidak datang. Teman-temanku tidak percaya kalau aku memiliki Daddy yang sangat tampan dan kaya," sanggah Baekhyun yang sedikit demi sedikit terisak.

"Sayang, dengarkan Daddy." Chanyeol memutarkan posisi Baekhyun agar bisa berhadapan dengannya. Dan, beruntung Baekhyun mau mendengarkannya kali ini. Chanyeol memegang dagu Baekhyun dan menuntun anaknya itu agar menatapnya.

"Kali ini, Daddy janji akan datang di pertemuan orangtua selanjutnya. Tetapi, janji kepada Daddy bahwa kau tidak akan menangis," kata Chanyeol yang sedikit panik saat melihat Baekhyun mulai mengeluarkan air matanya.

"Benarkah, Dad?" Chanyeol mengangguk dan tanpa menunggu lama lagi dilekatkannya bibirnya dan bibir kecil sang anak—yang sedari tadi menjadi fokusnya. Tidak, ini sama sekali bukan kecupan antara ayah-anak pada umumnya. Ini lebih terlihat seperti...

Baekhyun bergerak terlebih dahulu, kedua belah bibirnya meraup-raup bibir Chanyeol seperti kerakusan. Chanyeol yang ikut terbuai juga tidak kalah menyesap bibir sang putra dengan rakus seperti bibir itu akan menghilang selamanya. Sementara Baekhyun, yang sudah kelelahan karena dia sudah tahu kalau sang ayah tidak akan mau membiarkannya mendominasi di ciuman selamat malam ini.

Ya, itu hanya sekadar ciuman selamat malam antar ayah-anak di dalam kamus mereka berdua.

Agar tidak melakukan hal yang tidak diinginkan, Chanyeol pun melepaskan ciuman mereka, Baekhyun yang masih ingin merasakan pahit sekaligus manis dari bibir sang ayah pun mendesah kesal karena dengan seenak jidatnya ayahnya itu melepaskan ciuman mereka, padahal Baekhyun selalu suka rasa pahit-manisnya kopi yang berasal dari mulut Chanyeol.

"Daddy, aku ingin ciuman selamat malam lagi!" rengek Baekhyun yang hanya bisa pasrah ketika Chanyeol mulai mengangkat tubuhnya seperti pengantin yang baru saja menikah.

"Coba saja," goda Chanyeol melangkahkan kakinya menaiki anak tangga secara perlahan. Bibirnya mendekat ke arah wajah Baekhyun, namun ketika Baekhyun ingin menyambar bibir Chanyeol, dengan teganya Chanyeol menarik kepalanya kembali dan tertawa saat teriakan frustasi dari Baekhyun terdengar sampai ke dapur.

Tetapi, sepertinya Chanyeol sedang lupa bahwa anaknya itu memiliki kegesitan dan kelicikan yang luar biasa. Dia meraih tengkuk Chanyeol, dan menyatukan kedua belah bibirnya lagi. Chanyeol terkejut dan melepaskan tangannya dari paha belakang Baekhyun. Belum sampai turun ke lantai, kaki Baekhyun sudah terlebih dahulu melingkar di pinggang Chanyeol. Mata mereka masih sama-sama terbuka, namun bibir mereka tetap melekat seperti lem. Keduanya tertawa di sela-sela 'ciuman selamat malam' mereka.

Tidak ada yang tahu kebiasaan 'ciuman' mereka ini.

Sesampainya di kamar, keduanya berbaring dalam selimut yang sama, berpelukan satu sama lain dengan lengan Chanyeol sebagai bantalan kepala Baekhyun. Bukannya tidak ada bantal, hanya saja Baekhyun memang lebih senang jika lengan ayahnya yang menjadi bantalan kepalanya, karena dia takut, sang ayah akan meninggalkannya sendiri tanpa mengabarinya seperti hari-hari yang lalu dan Baekhyun sangat membenci itu.

"Dad," lirih Baekhyun yang belum juga menutup matanya, padahal jam dinding di kamar mereka berdua ini sudah menunjukan hampir pukul dua belas dini hari. Chanyeol yang baru saja merasakaan tubuhnya berada di awan pun kembali ke kenyataan bahwa dia tengah tidur bersama putranya.

"Apa, Sayang?" suara Chanyeol terdengar parau karena pria itu tampaknya benar-benar mengantuk dan lelah atas semua pekerjaannya tadi.

"Nyanyikan aku!" seru Baekhyun sembari menutup matanya. Chanyeol hanya terkekeh mendengar permintaan sang buah hati.

"Baiklah, Putra cantikku!"

"Tampan!"

"Ups, baiklah ralat, Putra tampanku!" Baekhyun mengusak kepalanya di dada bidang serta lebar milik Chanyeol, mencari kehangatan di sana. Sedangkan, Chanyeol sibuk menyanyikan lagu dengan title 'dont go today' untuk Baekhyun agar bocah itu cepat tertidur dan tidak meminta hal macam-macam lagi.

Ketika mendengar dengkuran halus yang tentu saja berasal dari Baekhyun, barulah Chanyeol berhenti bernyanyi dan ikut jatuh tertidur, mengikut Baekhyun yang sudah terlebih dahulu menjejakan dirinya di alam mimpi.

-o0o-

"Baekhyun, bangun sayang," ujar Chanyeol yang berbisik tepat di samping daun telinga anaknya dan berharap Baekhyun segera mengikuti apa yang dia katakan. Tetapi, sepertinya itu akan jauh lebih sulit mengingat bagaimana kebiasaan tidur anaknya yang seperti beruang hibernasi. Mungkin, jika ada hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi, Baekhyun akan tetap tertidur pulas sampai dia merasa puas.

"Baek?" panggil Chanyeol sekali lagi dan beruntung Baekhyun menunjukan beberapa respon, meskipun rengekan yang memberitahu bahwa dia tidak ingin diganggu. Chanyeol melirik arloji yang sudah melingkar indah di pergelangan tangan kirinya, sementara dirinya sendiri telah memakai setelan lengkapnya.

Chanyeol menghela napasnya. Sebenarnya, dia sudah tahu cara apa yang berhasil membangunkan anak nakal itu. Tetapi, Chanyeol sadar bahwa cara itu tidak bisa digunakan olehnya lagi, mengingat bahwa umur Baekhyun akan semakin dewasa. Kalian sudah bisa memikirkan apa yang dimaksud oleh Chanyeol, bukan? Satu hal yang menjadi kesukaan Baekhyun di antara kesukaannya yang lain; bibir kissable sang ayah.

Namun untuk saat ini, tidak ada cara lain untuk membangunkan Baekhyun selain cara itu sendiri. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Baekhyun, menempelkan bibir mereka. Awalnya, Chanyeol hanya ingin menempelkannya saja, tetapi Baekhyun yang ternyata sudah bangun sedari tadi malah menyelipkan jemari lentiknya itu di balik tengkuk sang ayah, perlahan naik ke rambut Chanyeol dan meremasnya.

Chanyeol sempat terkejut atas respon agresif Baekhyun, dia tidak tahu bagaimana bisa Baekhyun meresponnya seperti itu di umurnya yang bahkan belum genap enam belas tahun. Akan tetapi, pria tampan yang memiliki tinggi di atas rata-rata itu sudah terlanjur terbuai dengan perlakuan Baekhyun terhadapnya. Alih-alih menghentikan aksi tak wajar mereka ini, Chanyeol malah merangkak ke atas Baekhyun dan semakin menyerang bibir anaknya itu seperti tidak ada hari yang akan datang. Kedua tangan Chanyeol yang tidak bisa diam pun perlahan merengsek di balik piyama sang anak; mengelus perut rata nan mulus tersebut, semakin ke atas dan menekan pelan kedua puting kecil sang anak hingga menimbulkan sebuah desahan tertahan dari Baekhyun tentunya.

Baekhyun melepaskan ciumannya sebelum Chanyeol benar-benar kehilangan akalnya. Dia tersenyum iblis, sudah dipastikan anak itu sengaja membuat ayahnya tampak seperti orang bodoh dengan wajah memerah dan sesuatu yang mengembung di balik celana hitam bahannya. Belum selesai menggoda Chanyeol, Baekhyun melingkarkan kedua tangannya di leher Baekhyun, kedua kaki Baekhyun juga melingkar di pinggang Chanyeol. Kakinya mengerat dan diikuti tubuh si mungil yang tertarik ke atas—lebih terlihat seperti bayi kera yang menggantungi induknya—dia juga sengaja menggesekan penis mereka.

Setelah puas melihat wajah Chanyeol yang semakin memerah dan bersiap akan memakan dirinya saat itu juga, Baekhyun tertawa dan melepaskan kedua kaitan tangan dan kakinya pada tubuh sang ayah. Perlahan, merengsek turun dari ranjang. Sedangkan, Chanyeol masih dalam posisi 'merangkak'-nya dengan wajah yang benar-benar terlihat bodoh.

Saat dia sudah menemukan kesadaran akalnya dan bersiap untuk memarahi Baekhyun atas apa yang dilakukan oleh anak itu, lagi-lagi Chanyeol mendapatkan serangan jantung dadakan dengan tindakan si mungil itu. Anak itu masih memunggungi Chanyeol, berdiri diam seperti memikirkan sesuatu. Kemudian, dengan kurang ajarnya, bocah itu membuka piyamanya dan membuangnya ke sembarang arah. Chanyeol sontak menahan napasnya, mata besar miliknya itu seperti akan keluar dari tempatnya. Dilanjutkan dengan membuka celana piyamanya hingga hanya menyisakan boxernya saja. Itu saja sudah membuat Chanyeol hampir kehilangan kesadarannya. Dan, terakhir dia melucuti boxernya itu. Chanyeol bisa melihat pantat putih mulus tanpa noda itu seakan menggodanya untuk diremas. Belum lagi belahan pantat itu seakan memintanya untuk segera di buka, lalu setelah itu dia bisa memasuki lubang yang tersembunyi di sana dengan penis besarnya ini dan membuat Baekhyun mendesah-desahkan namanya, lalu mencapai klimaks ber—tunggu. Apa yang baru saja dikhayalkan oleh seorang Park Chanyeol terhadap anaknya sendiri?

SHIT! Bagaimana bisa dia mengkhayalkan hal-hal yang tidak sepatutnya dikhayalkan oleh ayah tentang anaknya itu. Dia tampak lebih menjijikan dibandingkan dengan kriminal-kriminal di luar sana. Mengkhayalkan seorang anak lelaki enam belas tahun melakukan seks bersama pria dewasa berumur tigapuluh dua tahun seperti Chanyeol, terlebih lagi mereka memiliki hubungan ayah-anak. Bukankah itu benar-benar tidak waras?

Baekhyun sedikit menunggingkan pantatnya, mengarahkan kedua tangannya untuk membuka belahan pantatnya sehingga menampilkan lubang pantat berwarna merah muda itu yang terlihat berkedut dan ingin dimasuki itu. Chanyeol menggeram saat dirasanya sesuatu yang menyesakan mulai menggedor resleting celana bahannya. Baekhyun berbalik dan memperlihatkan penis mungilnya berserta dua bola testis yang menggantung di antara penis mungil itu.

"Baekhyun, cepat masuk ke dalam kamar mandimu, kau tidak ingin terlambat ke sekolah, bukan?" Chanyeol mencoba menahan napsunya. Dia bukan penjahat kelamin yang akan menyodok siapapun di depannya tanpa pandang buluh.

"Dad, kau lupa? Ini hari minggu," peringat Baekhyun sedikit mengerucutkan bibirnya dengan begitu imutnya sampai-sampai Chanyeol ingin melepaskan matanya dari tempatnya saja daripada matanya ini mengantarkan rangsangan tersebut ke otaknya lalu malah mengakibatkan penisnya yang berdiri tegak di balik celana. Ini menyakitkan kalau kalian ingin tahu.

"Ah, Daddy melupakan itu," cicit Chanyeol pelan, dia membuang muka pada akhirnya karena tidak bisa lagi menatap tubuh putih mulus tanpa satu noda itu.

"Jadi, hari ini aku akan ikut Daddy bekerja!" tukasnya tak bisa lagi diganggu-gugat oleh siapapun. Chanyeol sontak menoleh langsung ke Baekhyun, tetapi tidak lama karena dia membuang wajah lagi.

"Baiklah, kau boleh ikut," final Chanyeol yang disambut sorakan meriah dari bibir mungil itu. Dan barulah terdengar suara pintu kamar mandi yang ditutup. Setidaknya, Chanyeol bisa bernapas lega sekarang.

-o0o-

Satu hal yang tidak seharusnya Chanyeol lakukan; membawa Baekhyun ke kantornya, terlebih ke ruangannya. Anak itu benar-benar pengacau segalanya. Apapun yang dipegang olehnya, akan hancur tak bersisa. Seperti guci yang dibuat oleh salah satu pengrajin terkenal di Italia yang baru saja menjadi kepingan tak berguna.

"Baekhyun!" Chanyeol hampir membentaki Baekhyun, jika saja dia tidak menahan dirinya. Padahal, Baekhyun tahu betul jika guci itu dibeli dengan harga yang tidak murah. Bagaimana bisa dia bersandar di sana dan berpura-pura tidak mengetahuinya.

"Kau pulang saja, oke?" Chanyeol tidak tahan lagi. Alih-alih mengerjakan tugas yang sudah menumpuk di meja kerjanya, Chanyeol malah sibuk mengawasi apa yang dilakukan si mungil dan bocah itu sudah tiga kali membuat masalah di ruangannya; memecahkan cangkir keramik yang juga dibeli dari sebuah pelelangan sosialita, menumpahkan teh di atas laptopnya, lalu memecahkan guci termahalnya.

Baekhyun tidak bergerak sedikitpun, dan Chanyeol enggan melihat wajah Baekhyun sedikitpun karena dia takut akan luluh ketika wajah menggemaskan Baekhyun itu mulai beraksi.

"Aku akan pulang sendiri." Baekhyun membuka kedua sepatu yang dikenakannya. Dia menahan napasnya, lalu berjalan di atas kepingan-kepingan abstrak yang berasal dari guci tersebut hingga membuat tapak kakinya berdarah. Chanyeol yang mendengar suara aneh itu pun segera mendongak dan betapa terkejutnya dia melihat Baekhyun yang keluar dari ruangannya dengan jejak kaki yang tertinggal, parahnya jejak kaki itu terbuat dari darah si mungil.

"Baekhyun!" Chanyeol berteriak dan segera berlari keluar ruangan dan tidak menemukan Baekhyun lagi selain jejak kaki darah itu. Chanyeol berlari menuju lift dan lift tersebut tampak menuju ke lantai dasar. Dia panik setengah mati dan memilih tangga sebagai opsi terakhir untuk menuju lantai dasar dari lantai duapuluh dua ini—lantai teratas—.

Sementara di sisi Baekhyun, dia mengusap air mata yang menganak sungai di pipinya yang mulai tirus itu. Untuk masalah ketiga dan kedua itu dia memang sengaja melakukannya, tetapi untuk yang masalah pertama dia memang tidak sengaja memecahkannya. Tetapi, karena Chanyeol lebih terlihat peduli pada cangkir yang pecah daripada tangannya yang terluka dan melepuh karena air panas.

Baekhyun menunduk untuk melihat kaki telanjangnya yang terdapat darah yang keluar di lantai. Setidaknya, rasa sesaknya sudah dibaginya melewati luka yang terdapat di tapak kakinya ini. Setelah pintu lift terbuka, Baekhyun berjalan dengan cepat agar segera keluar dari kantor milik sang ayah itu. Di saat Baekhyun keluar dari pintu utama, Chanyeol baru sampai ke lantai dasar dengan napas yang terengah-engah dan wajah yang pucat.

Dia bertanya pada resepsionis, "Apa kau melihat Baekhyun?"

"Tadi saya melihat anak anda keluar tanpa alas kaki, Pak." Chanyeol mengumpat dan tanpa pikir panjang menuju basement untuk mengambil mobilnya. Dia berusaha mempertajam indera penglihatannya karena saat ini hujan sedang turun dengan derasnya. Tak membutuhkan waktu lama, Chanyeol menemukan Baekhyun yang sedang berjalan tertatih di atas trotoar sembari membawa kedua sepatu yang dia lepas di tangannya. Chanyeol keluar dari mobilnya dan langsung memeluknya dari belakang.

"Maafkan Daddy, Baekhyun. Daddy janji tidak akan mementingkan segalanya di atas dirimu," bisik Chanyeol yang menahan tangisannya, dia juga mencium pipi itu sebagai penyalur rasa cinta dan sayangnya ke pada sang buah hati. Akhirnya, Baekhyun meruntuhkan pertahanannya dan berbalik membalas pelukan sang ayah.

"Dad,"

"Ya?"

"Aku kedinginan dan kakiku sakit," lirih Baekhyun yang tidak tahan lagi dengan hujan yang belum juga berhenti. Dia sudah sukses dibuat menggigil dan pucat, apalagi kakinya juga terasa berdenyut sakit. Tidak disuruh lagi, Chanyeol segera menggendong Baekhyun dan memasukannya ke jok depan. Setelah itu, barulah dia ke tempatnya—jok supir—.

TBC

REVIEW YA AGAR AKU SEMANGAT NGETIKNYA.

PHEROMONES SEGERA YA!