Missing
Kuroko no Basuke
Author: shourarara
Rate: T
Pair: AoKise
AU (tidak mengambil saat Teiko maupun Kaijou/Touou), OOC, Warning!; BL.
A/n: Hai shou kembali dengan karya baru—/SELSEIN YANG LAIN DULU SHOU/. OKE—kembali ke topik, saya disini menggunakan pair Aokise dengan tema—hurt/comfort dan romance dimana cerita ini akan mengambil OOC/OC lihat saja nanti, dan juga akan sedikit boring karena ya—cukup sering ditemukan di fic lain. Selamat membaca! "TOLONG HOW TO MAKE ONESHOT" /ABAIKAN.
Kuroko no Basuke bukan punya saya
...
Chapter 1
...
"Aomine-cchi—terima kasih kau telah menemani diri ku beberapa waktu ini,"
Meneguk segelas air—Aomine menatap dalam lelaki yang baru saja mengucapkan beberapa kata tersebut dan tersenyum lembut, tertuju pada lelaki itu. Sesaat, ia ingin memeluk erat lelaki di hadapannya. Tak kuasa melihat betapa lucu air muka milik lelaki bersurai pirang yang sering disapa sebagai Kise.
"E-eh Kise—tentu saja, itu tidak masalah."
Wajah Kise nampak sedikit memerah dan segera membuang mukanya dari hadapan lelaki berkulit tan itu. Ia merasa bahwa dirinya selalu nyaman berada di dekat lelaki tersebut. Hangat. Itu yang ia rasakan selama ini. Kehangatan tersebut seakan-akan membuat Kise selalu terlena dan dirinya menjadi tertarik dengan Aomine. Mungkin-kah selama ini ia menyukai Aomine?
Namun, apa Aomine berpikiran yang sama dengan Kise?
Lain hal dengan Kise—Aomine sudah lama tertarik dengan dirinya. Kise yang selama ini selalu ia anggap sebagai adik kandung sendiri, telah berubah. Ia melihat Kise sebagai lelaki yang berpotensial sebagai kekasih, bukan sebagai adiknya.
Aomine merenungkan dirinya. Apakah pemikirannya selama ini terhadap Kise itu benar? Apakah para laki-laki diperbolehkan untuk memiliki kekasih dengan berjenis kelamin yang sama?
Pertimbangannya itu membuat dirinya merasa ragu akan kehidupan percintaannya selama ini.
Aomine dan Kise adalah teman sepermainan sejak kecil, mereka selalu melakukan segala hal bersama-sama. Namun, sejak mereka berdua berpendidikan di sekolah yang berbeda saat SMP, Aomine selalu melihat Kise bersama seorang gadis yang ia anggap adalah kekasih Kise. Mungkin ia masih belum matang, langsung berasumsi bahwa gadis tersebut adalah kekasih Kise. Ketika ia bertanya kepada Kise, ia menjawab bahwa dia bukanlah kekasih Kise.
Hal tersebut membuat Aomine cemburu—dan di saat yang sama benih-benih perasaan suka terhadap Kise pun mulai tumbuh.
Waktu terus berlalu—dan saat SMA, mereka berpendidikan di sekolah yang sama. Rasa sukanya terhadap Kise telah pada tahap dimana ia bersiap untuk mengutarakan perasaannya terhadap Kise.
Dan sekarang adalah waktu yang tepat. Bagi Aomine tentunya.
"Kise—"
"Aomine-cchi—"
Mereka berdua saling mencoba untuk mengutarakan perasaan yang saat itu terasa ganjal pada waktu yang bersamaan.
Sembari menggaruk pelan kepala, Aomine mencoba untuk mempersilahkan Kise untuk berbicara terlebih dahulu.
"—K-Kise, kau saja yang bicara terlebih dahulu,"
Sambil menengadah, Kise mencoba untuk menatap lebih dalam lelaki dihadapan-nya itu, "Aku lebih memilih untuk Aomine-cchi duluan yang berbicara,"
Kise mengangkat kedua sudut bibirnya, kemudian tersenyum tipis.
Dalam lubuk hati—Aomine tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaanya tersebut. Ia lebih memilih untuk melompat dari gedung pencakar langit daripada harus menerima kenyataan yang sangat pahit bila Kise tidak menyukai dirinya sebagaimana Aomine menyukai Kise. Berharap, Aomine memejamkan kedua matanya, memohon agar ia mendapatkan keberanian yang sangat besar untuk tindakan tersebut. Tuhan, berbaik hatilah pada lelaki berkulit tan ini.
"K-Kise—"
Memandang kosong, Kise membuka mulutnya.
"Ya, Aomine-cchi—?"
Aura di sekeliling Aomine terasa menegang. Tidak bisa mengurangi perasaan tegang tersebut, Kise mengelus lembut pipi milik lelaki bersurai biru laut tersebut. Ya, apa yang Kise lakukan memang mengurangi ketegangan Aomine—namun yang terjadi adalah Aomine nampak tersipu-sipu.
"K-Kise, aku suka padamu,"
Hening. Aomine tidak bisa melanjutkan patahan kata yang memang ia anggap sebagai kata yang paling susah ia lontarkan.
Beberapa menit keheningan membuat Kise sadar akan ucapan yang baru saja terlontar dari bibir Aomine.
"Aomine-cchi, apa kau serius? Kau baru saja bilang suka padaku?"
Aomine tersenyum tipis—sembari menengadah untuk melihat betapa birunya langit.
"Mungkin kau tidak akan percaya pada diriku—aku sudah lama menyukaimu. Sejak kau bertemu dengan gadis di sekolah itu saat SMP, aku memang telah berasumsi bahwa dia adalah kekasihmu. Hal itu membuat diriku cemburu. Tetapi aku salah, ternyata dia bukanlah kekasihmu. Dan disaat yang sama, diriku sudah tertarik pada dirimu. Aku hanya berharap kau bisa menerima seluruh ucapanku, atau mungkin kau akan merasakan betapa memuakkan diriku saat ini. Menyukai sesama? Hah, anggap saja aku gila sekarang. Seorang yang bisa kau anggap idiot."
Aomine merasa ia baru saja membuat pidato terpanjang dalam hidupnya, sembari berharap Kise menerima situasi dirinya yang sekarang.
Kise berpikir panjang—memang selama ini, ia selalu merasa nyaman berada dekat pada Aomine. Dirinya selalu berpikir bahwa ia menyukai Aomine. Dan harapannya baru saja terkabul.
"A-aku juga suka padamu, Aominecchi,"
Kise mengatakan hal tersebut dalam keadaan tersipu-sipu dan membuat Aomine membelalakkan kedua bola mata miliknya, seakan tidak percaya dengan pernyataan yang baru saja diucap oleh Kise.
"Terima kasih, Kise," Aomine tersenyum lembut.
"Menurutmu... kita adalah sepasang kekasih, Aomine-cchi?"
Terkejut dengan pertanyaan Kise, Aomine membelai lembut rambut milik Kise sembari tertawa kecil.
"Jika menurutmu seperti itu—maka jawabanku mungkin 'ya'—"
.
.
.
Beberapa bulan setelah pengutaraan perasaan milik Aomine—Kise mendekap pada bantalnya, menunggu pesan yang selalu dikirim oleh Aomine. Mereka berdua saat ini menginginkan sebuah kencan, namun waktu selalu menghalau mereka berdua untuk melakukan hal tersebut. Mengingat bahwa Aomine bekerja sambilan.
Menekan tombol—Kise mencoba untuk menelepon Aomine.
"H-halo, Aomine-cchi?"
"Ah-Kise? Ada ap—oh ya aku tidak mengirimkan pesan bahwa hari ini aku tidak bisa berkencan dengan dirimu,"
"Apa—"
"M-maaf! Aku tahu bahwa aku telah bersalah terhadap dirimu—tetapi aku tidak bisa meninggalkan segala pekerjaanku saat ini. Tapi aku tahu bahwa minggu depan aku bisa menemanimu selama yang kau mau,"
"B-benarkah?"
"Tentu saja, aku sudah meminta atasanku untuk memberiku hari libur,"
"T-terima kasih, Aomine-cchi!"
Menutup sambungan telepon—Kise terlelap masih mendekap bantal.
.
.
.
Hari dimana Kise menetapkan hari berkencan bersama Aomine—telah hancur. Aomine berlari-lari kecil mencari sosok lelaki bersurai pirang, namun ia belum milhat batang hidung milik lelaki tersebut. Sembari teratih-atih—ia menuju jalan raya. Berpikir bahwa Kise masih berada dalam perjalan menuju tempat dimana mereka berdua seharusnya bertemu. Benar saja ia menemukan sosok tersebut sedang melintasi tempat penyeberangan.
Menyeringai—Aomine segera berlari mendeketi Kise. Menepuk pundak pelan—lelaki tersebut terlihat terkejut dengan Aomine yang muncul secara tiba-tiba.
"K-Kise—kau kemana saja, kuca—" Aomine memberhentikan ucapan-nya.
"M-maaf kau siapa—?" lelaki tersebut mendelik tajam Aomine, seperti orang yang tidak kenal dengan lelaki berkilt tan itu.
"Kise? Bukankah kau Kise Ryouta?" Tanya Aomine bingung. Orang di hadapannya itu Kise, bukan?
"Apa yang kau bicarakan—aku bukan orang yang kau cari,"
"Tapi kau memilik paras, tinggi, bahkan suara yang sama dengan Kise!"
"Maaf aku Segawa Haru—dan aku bukan orang yang kau cari."
Lelaki bernama Segawa Haru itu melepaskan genggaman Aomine dan berjalan meninggalkan dia.
Aomine hanya bisa membelalakkan kedua matanya—tidak percaya dengan kenyataan yang melanda-nya.
...
T B C
...
A/n: HALO—saya membuat Kise dengan OC buatan saya sendiri /BARU AJA DIBUAT/ saya membuat Kise disini sebagai orang lain dan Aomine percaya bahwa Haru itu memang Kise. Tapi—untuk perkembangan cerita—Kise dibuat sifatnya agak agresif dan suka melawan Aomine. Semoga cerita ini bisa memuaskan para reader! /saya mengedit beberapa kata terimakasih untuk reader yang senantiasa membenarkan fic saya ini!
Review? /tidak memaksa
