4869fans-nikazemaru's A/N: Ehem, ini fic kolaborasi pertamaku… Ide ceritanya dari red-deimon-beta~!! Yaaaaah, itung-itung nambah kerjaan *what?* Enjoy~!!! *loncat-loncat ala Yachiru*
red-deimon-beta's A/N: IYEY! My first collab fic! Thanks buat semuanya yang udah rela ngebantuin bikin!!! Maaf telat... salahkan semua guru-guru nista yang udah menjejali otak gue dengan PR!
NIKAZEMARU!!! FINALLY! FIC KITA JADI JUGA!!!! *digetok* Ehehe.... Pokoknya, ENJOY THIS FIC! READ & REVIEW ITU WAJIB!!! *digebukin satpam kompleks* (ups, kiddin')
Disclaimer : Bleach bukan punya gue mau pun red-deimon-beta!! Terbukti secara ilmiah (?) kalau Bleach punyanya Tite Kubo!!!
Warning (s) : AU, shounen ai, OOC. Kalo nggak suka jangan baca ya?? ^.^
= Melt My Heart =
= By: 4869fans-nikazemaru & red-deimon-beta =
= Chapter 1: Intro =
Toshiro mengusap peluh yang ada di dahinya begitu turun dari Bandara Haneda, Tokyo. Udara hari ini terasa begitu panas. Cuaca seperti ini tidak cocok untuk dirinya yang menyukai udara dingin. Aneh? Memang. Di saat yang lain terkena pilek dan menderita akibat udara dingin, Toshiro justru bersuka cita melihat tumpukan salju seputih warna rambutnya bertebaran di halaman rumahnya.
"Apa-apaan ini? Panas banget udaranya!" gumam Toshiro pada dirinya sendiri sambil menyeka keringat sekali lagi. Matanya dari tadi terus menoleh ke kanan-kiri. Mencari penjemput yang dibayarnya untuk mengantarkan ke asrama universitas pilihannya, yaitu Universitas Tokyo. Universitas terbaik di Jepang (katanya). Toshiro bangga karena dialah orang pertama dari Desa Karakura yang bisa masuk ke sini. Karena, selain ujian masuknya yang super sulit, uang masuknya juga mencapai angka yang bisa dibilang 'fantastis' untuk ukuran orang desa. Hanya beasiswa-lah satu-satunya cara agar Toshiro bisa memasuki Universitas itu.
Tak berapa lama, Toshiro akhirnya menemukan orang yang dicarinya sedari tadi. Tanpa basa-basi, dia pun langsung saja masuk ke dalam mobil dan segera berangkat ke tempat tujuannya.
Sesampainya di Universitas Tokyo....
Toshiro mulanya berjalan ke papan pengumuman. Mencari letak kamar asramanya. Dilihatnya nama-nama di daftar itu. Dari atas ke bawah. Tapi, setelah membaca daftar itu berkali-kali, Toshiro baru menyadari satu hal. Namanya tidak ada sama sekali di daftar itu.
"Tidak mungkin! Bagaimana bisa?!" gumam Toshiro marah. Pikirannya kalut memikirkan berbagai kemungkinan. Bagaimana jika ternyata memang dia tidak diterima di Universitas ini? Bagaimana jika ada orang lain yang memang sengaja mengganti namanya? Pikiran-pikiran semacam itulah yang berkecamuk di dalam pikiran Toshiro.
"Oi! Kamu!" terdengar suara orang memanggil. Tapi, Toshiro yang masih belum menyadari bahwa dirinya-lah yang dipanggil, tidak segera menoleh.
"OI! KAMU! CEBOL!" orang itu memanggil Toshiro lagi. Tapi, tetap saja, Toshiro tidak menoleh dan masih termenung memikirkan namanya yang tidak tertulis di papan pengumuman.
Oke, dicoba sekeras apa pun, Toshiro tetap tidak menoleh. Pikirannya melayang. Masih bingung memikirkan penyebab mengapa namanya tidak ada dalam daftar. Kemudian..
BRUAK!
Orang itu menyentakkan bahu Toshiro. Lumayang kencang, sepertinya. Toshiro terkejut dan langsung berbalik begitu menyadari sentakan kencang di bahunya yang membangunkannya dari lamunan.
"Aw! Apa-ap-"
Awalnya, Toshiro ingin mendamprat orang tersebut. Tetapi, perkataannya terhenti begitu dia melihat penampilan dari orang yang sudah mengganggunya. Rupa orang itu terlihat garang… Selain itu, kepalanya gundul dan bertindik di bagian telinga. Sehingga Toshiro menjadi ogah mendamprat orang tersebut. Ngeri, ah~!!
"Kau Hitsugaya Toshiro?" tanya orang itu.
"I-iya?" jawab Toshiro. Mukanya terlihat bingung. 'Kenapa dia bisa tahu namaku?' pikir Toshiro heran.
"Oh, ya sudah," kata orang itu. Setelah menghela napas sedikit, tiba-tiba orang itu merangkul Toshiro. "Aku tanya. Kenapa kau mencari namamu di sini? Tempatmu bukan di asrama biasa. Bukankah seharusnya kau sudah membaca surat pemberitahuan itu baik-baik? Orang jenius sepertimu seharusnya berada di asrama khusus, sama sepertiku."
Toshiro hanya mengerutkan keningnya. 'Hah? Jadi orang ini juga di asrama khusus?! Kok, tampangnya nggak meyakinkan begini?!' pikirnya merendahkan. Bibirnya tetap terkatup, tidak menimpali perkataan orang itu.
"Ya ampun. Ayolah!" bujuk orang itu. Mulutnya sekilas mengeluarkan cengiran kecil. "Oh ya. Namaku Madarame Ikkaku. Panggil Ikkaku saja. Sini, kubawakan barang-barangmu," kata Ikkaku cepat sambil mengangkat koper-koper berat milik Toshiro.
"Hei, ayo jalan. Mulai hari ini kita teman sekamar!" ujar Ikkaku. Mau tidak mau, Toshiro harus mengikuti Ikkaku. Karena, bagaimana pun juga, Ikkaku itu seniornya.
Asrama Khusus Universitas Tokyo, kamar 177
Tok… tok… tok…
Ikkaku mengetuk pintu kamar itu pelan-pelan.
"Masuk!" jawab orang yang ada di dalam. Kemudian, tanpa basa-basi, Ikkaku segera membuka pintu kamar itu.
"Yo, Ichigo!" sapa Ikkaku pada seorang pemuda berambut orange yang sedang membaca majalah bisnis di kursi yang ada di ruang tamu kamar tersebut.
"Hah!! Mengganggu saja kau! Hm, siapa dia?" tanya Ichigo dengan muka tidak bersahabat. "Anak baru?"
Ikkaku menyeringai. "Iya, ini, nih, yang namanya Hitsugaya Toshiro! Anak yang katanya masuk ke universitas kita dengan nilai sempurna!"
Ichigo mengamati Toshiro dari bawah ke atas. "Kau bercanda? Masa anak kecil ini dapat nilai masuk universitas sempurna? Ini pasti kesalahan!!"
"Hei!! Aku bukan anak kecil!!" protes Toshiro kesal.
"Oh yeah?" Ichigo berdiri dan berkacak pinggang. "Kalau begitu, terangkan bagaimana kau bisa masuk ke sini? Kau pasti lewat jalur belakang, kan?"
"Eh!! Enak saja!! Aku saja bisa masuk karena beasiswa! Mana mungkin aku punya uang untuk menyogok rektor kampus?!" sahut Toshiro. "Jangan mentang-mentang kamu senior ya!"
"Ah, Ichigo! Nggak usah negative thinking juga kenapa?" omel Ikkaku. "Lagi pula aku yakin anak ini nggak curang!"
"Atas dasar apa kau ngomong begitu, hah?" tanya Ichigo.
"Atas dasar UUD 1945!" jawab Ikkaku ngasal.
Ichigo cemberut. "Hei! Aku nggak bercanda! Atas dasar apaan kau ngomong begitu?!!"
"Insting," jawab Ikkaku cool. "Insting seorang pemain pedang sepertiku pastilah tak pernah salah."
"Insting apaan?!! Lama-lama aku lempar kursi ini ke kepala botakmu!" gerutu Ichigo.
"Coba saja kalau berani!!" tantang Ikkaku.
"Hei, hei… Masa kalian menyambut kedatangan anak baru seperti itu!" kata seseorang baru masuk kamar.
"Jangan ikut campur, Renji!" gerutu Ichigo.
Pemuda berambut merah menyala itu menghela nafas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia menatap Toshiro. "Maaf ya! Motto dua orang ini emang 'tiada hari tanpa bertengkar'!"
"Tidak apa-apa," jawab Toshiro.
"Ngomong-ngomong belum kenalan, nih!" kata Renji. "Namaku Abarai Renji! Salam kenal ya!"
"Eh, iya… Salam kenal, Abarai," kata Toshiro. "Aku Hitsugaya Toshiro."
"Hei, panggil saja, Renji!" kata Renji. Lalu cowok itu menoleh ke Ichigo dan Ikkaku. "Kalian udah memperkenalkan diri, belum?"
"Aku, sih, udah!" jawab Ikkaku. "Ichigo, tuh, yang belum!"
Ichigo cemberut. "Iya, iya! Namaku Kurosaki Ichigo!"
"O ya!" Ikkaku teringat sesuatu, "masalah pembagian tempat tidur!" serunya bersemangat. Ichigo hanya membuang muka melihat Ikkaku. "Di kamar ini ada 3 kasur, terserah mau pilih yang mana! Mau yang dekat jendela, di tengah, atau yang dekat kamar mandi."
"Hmm." Toshiro mengamati seisi kamar. Ikkaku lalu menjelaskan ruangan apa saja yang ada di kamar ini. Kamar mereka itu memang sangat besar. Hampir seperti apartemen bintang 5. Buktinya, di dalam kamar tersebut ada 1 kamar tidur yang cukup luas, kamar mandi dengan bathtub, dsb! Toshiro terpukau sendiri. Di desa dulu dia tidurnya menggunakan futon.
Dan sekarang, dia akan tidur di atas spring bed empuk. King size, lagi. Wow!
"Oke, Toshiro. Di sana kamar mandinya. Isinya ada shower, bath tub, dan lainnya. Trus, di sana ada dapur kecil. Karena aku dan Ichigo nggak ada yang bisa masak, jadi dapurnya tak terpakai! Tapi, kau bisa menyimpan sesuatu di kulkas atau raknya seperti makanan kecil milikmu!" terang Ikkaku. "Lalu.. soal lemari 3 pintu ini… Kau bisa menyimpan pakaianmu di dalam pintu sebelah kanan! Kalau pakaianmu kotor, masukkan ke keranjang yang ada di dekat tiap kasur. Nanti bakal di bawa ke laundry setiap hari Sabtu."
"Oh iya, terima kasih," kata Toshiro.
Renji berdeham. "Ehem, Toshiro, mungkin kau lebih baik istirahat. Besok pagi OSPEK-nya berat, lho!"
"Eh? Baiklah, terima kasih. Aku mau menata barang-barangku dulu," kata Toshiro sambil membuka risleting salah satu kopernya.
"Mau ku bantu?" tawar Ikkaku.
Toshiro menggeleng. "Tidak perlu."
"Ha? Kau yakin?" tanya Renji. 'Buset, ni anak mau menata semua yang ada di dalam 4 koper besar ini sendirian? Gue, sih, nyerah!!'
"Hah!! Udahlah, biarin aja! Ayo, kita beli makan malam di kantin!" kata Ichigo yang melenggang santai keluar kamar.
Toshiro menoleh ke Ikkaku. "Jadi kalian setiap waktu makan beli di kantin?"
Ikkaku mengangguk. "Yup! Kantin buka 24 jam untuk melayani para mahasiswa yang nggak bisa masak. Kalau yang bisa masak, boleh pakai dapur yang ada di tiap kamar. Bahan makanannya bisa minta ke kantin, sudah di jatah."
"Oh…" Toshiro ber'oh' ria.
"Sudah ya! Kami mau ke kantin dulu!" kata Renji. "Kami bawain makan malammu ya?"
Toshiro langsung berdiri. "Ah, kalau begitu uangnya…"
Renji menggeleng. "Nggak usah! Kali ini kami traktir! Tenang aja!"
"Iya, Toshiro! Kamu terusin aja nata barang-barangmu! Daah!!" kata Ikkaku yang lalu menutup pintu. Meninggalkan Toshiro sendiri.
Pukul 20.15
"Yosh!! Kami pulang!!" seru Ikkaku sambil membuka pintu kamar. Di belakangnya ada Ichigo yang sedang berwajah kusut. 2 cowok itu nyaris jantungan melihat keadaan kamar mereka yang kini begitu bersih, wangi, dan rapi. Lalu muncul Toshiro dari dapur.
"Umm, selamat datang," kata Toshiro.
"Toshiro?!! Ini semua kamu yang ngerjain?!!" teriak Ichigo takjub melihat lantai kamar mereka yang begitu kinclong seperti kepala plontos Ikkaku.
Toshiro mengangguk. "Ya. Begitu selesai menata barang, aku sekalian saja bersihkan kamar ini. Sekalian dapurnya juga sudah kurapikan, bunga es di freezer kulkas sudah kubersihkan."
Ikkaku cengo. "Wow! Rajin banget!! Nggak rugi aku membelikan kamu makan malam!! Oya, Ichigo, kasih makan malamnya!"
"Nih!" Ichigo menyodorkan nampan yang dari tadi dia bawa. Toshiro menerimanya.
Mata Toshiro nyaris copot melihat apa menu makan malamnya. 'E-eeh… I-ini apa ya namanya?? Di desa nggak ada yang beginian!! Tapi, sepertinya aku pernah lihat di TV!' batin Toshiro.
"Kenapa, Toshiro? Nggak suka daging?" tanya Ichigo yang sudah merebahkan dirinya ke atas kasur dan mencomot hamburger yang dia beli di kantin.
"Ah, nggak," jawab Toshiro seadanya. 'Ooh… Jadi ini daging? Oh iya! Aku ingat sekarang! Makanan ini namanya STEAK!'
"Hoi, Toshiro? Kamu nggak apa-apa? Nggak kesurupan 'kan??" tanya Ikkaku yang khawatir begitu melihat Toshiro yang hanya diam saja.
Toshiro buru-buru menjawab, "Eh, tidak… Hanya sedikit kecapekan mungkin."
"Kalau gitu cepet di makan lalu tidur! Jangan bengong aja!" perintah Ichigo yang masih asyik mengunyah hamburger. "Keburu dingin, tuh, steaknya!"
"Iya, iya," kata Toshiro sambil duduk dan meletakkan nampan itu ke meja. Siap menyantap steak itu. Dia mengiris sedikit lalu mengunyahnya. 'Enak! Ternyata steak rasanya seperti ini? Hmm… Ah, kalau ini apa ya? Sepertinya sayuran, lalu yang putih kehijauan ini apa?' batin Toshiro sambil menusuk-nusuk benda yang dia pertanyakan itu dengan garpu plastik.
"Hei, melamun lagi!!" celetuk Ichigo. "Ada apa, sih?!! Nggak suka mayonnaise?! Jujur aja!"
Toshiro tidak menjawab kata-kata Ichigo. 'Ini namanya mayonnaise? Hmm, cicipin, ah.' Toshiro membatin lagi lalu menyuap sedikit salad dengan mayonnaise-nya. 'Wueh, aneh!', pikirnya begitu mencoba salad itu.
"Eh, kalau nggak suka, coba, deh, campur saus pedas yang ada di dekat kacang polong! Enak, lho! Aku biasanya juga begitu!" kata Ikkaku.
Toshiro mengikuti perintah Ikkaku untuk mencampurkan saus pedas ke salad mayonnaise-nya. Begitu dicicipi, ternyata rasanya lebih enak di lidahnya. 'Hmm, benar… Jadi enak.' Selanjutnya Toshiro menghabiskan makan malamnya tanpa masalah.
"Oh iya, kebetulan aku bisa memasak. Apa kalian setuju untuk makan masakanku tiap jam makan? Bisa cukup menghemat uang, lho!" tawar Toshiro.
"Emang masakanmu enak?" tanya Ichigo sambil melempar bekas bungkus hamburgernya ke tong sampah (dan hebatnya langsung masuk tanpa meleset). "Aku nggak mau makan masakan yang nggak enak dan gosong!"
"Jiah, semua orang juga ogah makan masakan nggak enak dan gosong! Nggak cuma kamu aja!" kata Ikkaku. "Toshiro, nampan dan piring kotornya taruh di meja aja! Ntar aku aja yang kembaliin itu ke kantin! Kau istirahat sajalah."
"Terima kasih," jawab Toshiro sambil naik ke kasur yang ada di tengah. Dia berbaring di atasnya dan merenggangkan badannya yang kaku. Dia menguap. "Mm, maaf, aku tidur duluan. Selamat malam."
"Ya, tidur aja! Besok 'kan harus kuat buat OSPEK!" nasehat Ichigo yang juga ikutan berbaring dan menguap. "Huaaah, aku juga ngantuk!"
Ikkaku beranjak. "Ya udah, aku ke kantin dulu buat ngembaliin ni nampan! Kalian tidur aja!"
Tidak ada sedetik setelah pintu di tutup Ikkaku, Ichigo sudah (pura-pura) terlelap. Diam-diam sudut matanya mengawasi segala gerak-gerik Toshiro (A/N: Renji nggak sekamar sama Ichigo, dkk). Sementara itu, yang diawasi justru masih berpikir keras. 'Besok OSPEK ya… Kira-kira bagaimana ya nanti…'
Setelah beberapa menit, sepasang mata hijau itu pun perlahan mulai menutup. Desah nafasnya yang teratur menandakan bahwa pemilik mata itu sudah terbuai ke alam mimpi…
"Hoi, Ikkaku..." Ichigo menyapa Ikkaku yang baru saja kembali dari 'acara' mengembalikan nampan. Ikkaku yang memang sudah agak capek ('Memangnya kamu pikir koper Toshiro ringan?!' batin Ikkaku) hanya menjawab dengan lirikan singkat dan langsung masuk ke kamar tidur. Ichigo mengekor di belakangnya.
"Apa?" tanya pemuda berambut gundul itu singkat.
"Hmm........," Ichigo terdiam sebentar, untuk menyusun kata-katanya. Dan pada akhirnya, dia justru menghela nafas panjang. "Ah, nggak jadi, deh," jawabnya santai. Membuat Ikkaku mengangkat sebelah alisnya.
"Dasar aneh," gumamnya pelan. "Eh, bukannya tadi kamu sudah tidur?"
"Dasar bodoh," balas Ichigo. "Itu hanya pura-pura, bego. Dari tadi sebenarnya aku terus saja memperhatikan........" perkataan Ichigo kembali terputus lagi. Meskipun begitu, Ikkaku tahu siapa yang Ichigo maksudkan.
Ikkaku kemudian hanya mengeluarkan senyum kecil. "Maksudmu... Toshiro?" tanyanya dengan raut muka penasaran.
Secercah warna merah terlihat di muka Ichigo. "Ssst! Jangan keras-keras!" katanya panik.
"Weis..." Ikkaku berdecak. "Ada apa ini, Ichigo? Kau menyukainya?"
DUAKH!
Tinju Ichigo menghantam bantalan sofa (A/N: Di kamar juga ada sofa. Karena di kamar tidur juga disediakan TV Plasma 35 inch) dengan keras. "Enak saja! –ups!" Ichigo lupa kalau Toshiro sudah tidur.
'Waduh! Aku lupa!' batin Ichigo. Sorot matanya terlihat panik dan terus mengarah ke badan mungil Toshiro. Yah, berjaga-jaga kalau saja pemuda berambut putih itu tiba-tiba terbangun.
"Ngh...." Toshiro melenguh pelan. Tangannya bergerak-gerak pelan.
Deg! Deg! Deg! Jantung Ichigo berdegup kencang. 'Duh, jangan-jangan dia denger?' pikirnya khawatir. Tapi........... Ternyata Toshiro tidak terbangun. Pemuda bermata Emerald itu telah menyerah kekuatan pada Sang Penguasa Mimpi dan tenggelam dalam bunga tidurnya.... Wajahnya terlihat damai.
"Fuh....." Ichigo menarik nafas lega.
"Hehehe...." Ikkaku mengeluarkan cengiran nakal. Membuat tanda tanya pada ekspresi Ichigo. "Ha? Ada apa, Ikkaku?"
"Tidak apa-apa..." gumam Ikkaku pelan. "Hanya saja... Aku tidak menyangka kau akan tertarik padanya hanya dalam waktu secepat ini. Hmph-" lanjut Ikkaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Badannya bergetar karena menahan tawa.
"Aish! Berisik kau!" teriak Ichigo. Mukanya merah karena menahan malu. "Pokoknya, jangan sampai ada orang lain yang tahu!" ancamnya.
Ikkaku menaikkan sebelah alisnya. "Kalau ada yang tahu bagaimana?" tanyanya santai. Sengaja membuat Ichigo naik pitam.
Dan tentu saja. Seperti yang diperkirakan Ikkaku, Ichigo marah. Dengan gerakan tiba-tiba, Ichigo merenggut kerah T-Shirt Ikkaku. Kemudian, mengepalkan tinju tepat di depan Ikkaku, dan berkata dengan nada kasar. "Kalau sampai hal itu terjadi..." Ichigo menelan ludah sebelum melanjutkan perkataannya, "...pertemanan kita putus."
"Apa?!" Ikkaku menyentakkan tangan Ichigo yang sedari tadi memegangi kerah T-shirtnya. "Seserius itukah?"
"...." Ichigo hanya terdiam. Dia menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.
"Tapi Ichigo....." Ikkaku ragu-ragu untuk menyanggah perkataan Ichigo, "kau perlu tahu bahwa hubungan kalian itu tidak wajar."
"Maksudmu?" tanya Ichigo.
"Haah...." Ikkaku menghela nafas panjang, "kau tidak sadar mengenai 'itu', ya?"
"Nggak! Memangnya kenapa?" tanya Ichigo dengan muka polos.
"Haah....." Ikkaku lagi-lagi menghela nafas. Kemudian, dia mulai bertanya. "Ichigo, jenis kelaminmu apa?"
BRAK!
Ichigo menggebrak meja dengan keras –tentu saja tidak sekeras tadi. "Apaan, sih?! Sudah jelas Laki-Laki, kan?!"
"O-Oi... Jangan emosi dulu!" ujar Ikkaku menenangkan Ichigo. "Nah, sekarang.." pemuda itu kembali melanjutkan perkataannya setelah Ichigo tenang. "Apa jenis kelamin Toshiro?"
"Laki-laki, lah!" jawab Ichigo dengan semangatnya. Ikkaku hanya bisa mengangkat sebelah alisnya melihat tingkah Ichigo.
"Yah...., meskipun cebol dan tampangnya imut-imut begitu... Tetap saja dia laki-laki..." lanjut Ichigo. "Lalu, apa hubungannya dengan perkataanmu?" tanya pemuda berambut orange itu lagi.
"Ichigo, kau betul-betul tidak tahu di mana letak salahnya?!" Ikkaku yang frustasi mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan kasar.
"Nggak," Ichigo menjawab dengan mantapnya.
"Duh! Baka!!!! Kau tidak tahu bahwa hubungan SESAMA JENIS itu bukanlah hal yang biasa?!" jerit Ikkaku. Kesabarannya sudah mencapai batasnya. Dengan cepat dia menyambar vas bunga yang ada di meja dan dibantingnya ke lantai. Menimbulkan suara pecah yang menggetarkan telinga.
"Ups-!" Ikkaku membekap mulutnya sendiri. Berusaha menghindar dari deathglare yang dilayangkan Ichigo padanya. Tapi, tetap saja.... Suara yang berisik itu tidak berhasil membangunkan Toshiro.
"He? Hebat! Dia bisa-bisanya dia masih tertidur pulas setelah mendengar suara seberisik itu!" kata Ikkaku sambil cengo melihat Toshiro yang masih tidur dengan pulasnya. Begitu juga dengan Ichigo.
"Iya, tuh. Barangkali dia sudah terlalu capek. Perjalanan dari Karakura ke Tokyo, kan, lumayan jauh!" sahut Ichigo. Ikkaku (yang saking capeknya) hanya ber 'oh' ria sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan dari atas kasurnya..
"Kenapa Ikkaku? Tumben kamu tidak semangat begitu?" tanya Ichigo heran.
"Aku capek..." jawab Ikkaku pelan. "Sudah, ah! Jangan bicara lagi! Aku ngantuk!" katanya dengan nada sinis.
Ichigo tertawa dalam hati. "Oke... Oke.... Jangan marah gitu, dong! Nite, ya!" Ichigo mengucapkan selamat tisur pada Ikkaku. Kemudian berjalan ke saklar lampu untuk mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur.
"Hmm... Good night juga, Ichigo..." jawab Ikkaku malas-malasan.
Selang beberapa waktu kemudian, tidak ada suara lagi dari dalam kamar itu. Rasa kantuk telah membuat mereka jatuh dalam buaian Sang Mimpi.
Good night, everyone. Have a nice Dream...
Next day...
Monday, 04.30 p. m.
".....Yes! Big Bang is back! Most definitely, incredible! Hey move!... b to the i to the g (bang bang) about love!....... I don't wanna be without you girl... Got me slowly dying.. Where did we go wrong my girl.. Why can't we keep on trying~"
"ARGH!!! Kurang ajar!! BERISIIIK~!!" teriak Ichigo gusar dari balik selimutnya.
"Engh? Ada apa, Ichigo?" tanya Ikkaku malas. Dia akhirnya juga ikut terbangun akibat suara berisik Ichigo.
"ITU, TUH! Siapa yang pasang alarm HP pake volume maksimal dan pake lagunya Big Bang-Baby Baby?!!! Berisik banget tuh alarm!" bentak Ichigo sambil menunjuk HP LG Cyon Lollipop Silver yang ada di atas TV.
"Bukan aku...." jawab Ikkaku.
"Urgh! Lalu siapa yang-" perkataan Ichigo terhenti setelah melihat Toshiro mematikan HP yang terus menerus membunyikan alarm 'berisik' itu.
"Gommen ne, Kurosaki-san.... Aku yang memasang alarm ini. Aku takut nanti terlambat saaat ospek pada hari pertama...." kata Toshiro lirih.
"E-Eh..." Saking salting-nya, Ichigo tidak bisa berkata apa-apa.
"Terima kasih, Kurosaki-san! Oke, aku berangkat dulu, ya!" pamit Toshiro sambil melambaikan tangan pada kedua teman sekamarnya.
"Eh? Secepat ini? Kamu tidak mandi dulu?" tanya Ichigo.
"Nggak, kok. Aku sebenarnya sudah bangun 30 menit yang lalu. Alarm yang ini hanya untuk menandakan waktu berangkat, kok!" jawab Toshiro santai.
'Edan! Berangkat jam segini?! Kok pembinanya kejem amat?! Perasaan tahun lalu nggak sepagi ini, deh... Bukannya harusnya masih 1,5 jam lagi, ya? Ah, ya sudahlah. Siapa tahu memang tahun ini berbeda...' batin Ichigo. "Hah? Yang bener? Emangnya tadi waktu kamu bangun ringtone alarmnya beda lagi?"
"Iya! Kalau yang sekarang, kan, ringtone-nya Big Bang-Baby Baby.. Kalau yang tadi, ringtone-nya Utada Hikaru-First Love!" sahut Toshiro bangga.
'Yah! Pantas saja aku nggak denger! Mana ada orang pasang alarm pake lagu itu?!,' pikir Ichigo yang akhirnya hanya bisa (lagi-lagi) ber-'oh' ria.
"Begitulah.... Aku berangkat dulu, ya!" teriak Toshiro. Saking semangatnya, dia menutup pintu kamar dengan kekuatan berlebih.
Si rambut putih itu pun terus berlari di pagi hari yang sepi ini tanpa ada beban. Tubuh kecil itu rasanya sudah tidak kuat lagi menahan jantungnya yang berdegup sangat kencang saking senangnya.
Tak berapa lama kemudian, tampaklah tempat tujuannya. Gerbang depan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Tokyo.
Dan Toshiro pun ternyata tak sendirian di situ. Sudah ada 4 orang yang menunggu acara dimulai.
"Halo!" seorang gadis menyapa Toshiro dengan semangatnya. Kemudian segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengajak Toshiro berkenalan.
Sosok itu nampak familiar di mata Toshiro.
"Lho? Kamu kan..."
To Be Continued
