"Nam Joon-ah."
Bibirnya terasa kelu. Menerka-nerka kata selanjutnya yang akan terlontar dari mulut lawan jenis.
"… mari kita putus saja."
Mimpinya—yakni yang terburuk—kini terkabul.
The Little T-Rex, The Angel, and Our Heartbeat
a BTS fanfiction by MalaikatJgTahu
Romance . Drama
Slight!Comedy
Chapter 1:
"When you've hurting feelings of someone who is an artist, they'll monumentalizing you in their creation"
"Mengapa?"
Hanya sebuah pertanyaan singkat yang dapat ia cetuskan sebagai bentuk ungkapan kekecewaannya—selebihnya ia tak lagi mampu berkata-kata. Kedua mata kecilnya terbuka lebar, menatap paras sempurna wanita di depannya ini—sesempurna namanya yang juga dapat diartikan keindahan, Areum.
"Ah Reum—"
"Nam Joon-ah—tidak, Nam Joon-ssi, maaf. Kamu tahu debaran yang seringkali kuucap?"
Nam Joon kini tahu apa yang tunangannya itu maksud. Tanpa Ah Reum ucap sekalipun.
"Debaran itu tak lagi hidup, Nam Joon-ssi."
"Sebulan setelah aku tinggal bertetanggaan denganmu, perasaanku padamu kian menipis. Entah hanya perasaanku atau nyata, tetapi sikapmu berbeda. Tak ada lagi Nam Joon yang kukenal. Kini, Nam Joon yang berdiri di hadapanku adalah seseorang yang berbeda dengan Nam Joon yang dulu. Yang biasanya kulihat. Maaf. Aku bersungguh-sungguh, maaf."
Bagaikan panah beracun, ucapan wanita itu begitu menusuk sanubari. Melukai hati Nam Joon yang rapuh. Ia tak menyangka, Ah Reum akan meninggalkannya seperti ini.
'Nam Joon yang tak ia kenal'? Tidak. Nam Joon sama sekali tidak berubah. Hanya saja, 'tampilan' Nam Joon yang Ah Reum lihat kini berbeda. Dulu, Ah Reum melihat sisi Nam Joon yang sempurna. Wajahnya lumayan, pekerjaannya oke, dan otaknya… tak usah kamu ragukan lagi. Namun, kini? Sekali lagi, manusia tak ada yang lahir dengan sempurna. Kenyataannya, Nam Joon adalah orang yang ceroboh. Semua barang di tangannya pasti tidak akan awet.
Mungkin, karena itukah Ah Reum jadi meninggalkan Nam Joon…?
"Oh… kebetulan, baru-baru ini aku juga berpikiran begitu." Namjoon menundukkan kepalanya dengan canggung. Manik kecoklatan milik Ah Reum membesar.
"Wah… untunglah~ dengan begini, aku bisa putus darimu dengan tenang."
Kim Nam Joon. Telah putus dengan Song Ah Reum. Pacarnya selama 3 tahun ini. Tunangannya. Pada hari ini.
Ini sudah hari ke-3, Nam Joon mengunci dirinya sendiri di kamarnya. Ditemani setumpuk buku, secangkir kopi yang telah ia hirup seperempat, dan tentunya laptop yang menyala.
Wanita itu—sepertinya—sempat berkata tentang debaran jantung.
Apakah yang namanya cinta musti disertai debaran jantung?
Jari-jemarinya memijat keyboard laptop dengan cepat. Menuliskan segala kenestapaannya. Karena ia, Kim Nam Joon, adalah seorang novelis.
Sungguh, aku tidak mengerti 'cinta' yang dimaksud oleh orang lain.
Tok tok.
Nam Joon menghentikan kegiatan mengetiknya. Mengecek ponselnya, barangkali ada pesan dari seseorang—namun ia tidak menemukan apa apa. Lantas ia berdiri, bermaksud menemui seseorang yang mengetuk pintu apartemennya.
"Siapa?"
"K-Kim Seok Jin," ucapnya pelan dari balik pintu. "Maksud saya, saya ingin mengantarkan pesanan Anda dari Sunrise Patisserie."
Lama, kesunyian yang berasal dari balik pintu membuat pemuda bernama 'Kim Seok Jin' itu bertanya-tanya. Pintu itu pun dibukakan bagi Seok Jin, membuat semua kebingungannya menguap begitu saja.
"Silahkan masuk." Seorang lelaki jenjang berdiri di depan pintu dengan gagahnya. Tanpa seulas senyuman. Namun bagi Seok Jin, hal itu tidak menjadi masalah.
"Um… ini—" Ketika Seok Jin mengulurkan kue kesukaan Nam Joon, Nam Joon meraihnya dengan cepat.
"Terima kasih." Seulas senyuman tipis tampak pada bibir Nam Joon.
"Oh iya, jika pesanan Anda ada yang kurang, Anda bisa menghubungi saya… disini."
Tiba-tiba saja, Seok Jin mengeluarkan sebuah sobekan notes dari kantong bajunya dan memberikannya kepada Nam Joon—lagi. Awalnya Nam Joon tampak terpaku pada tulisan tangan Seok Jin. Lalu Nam Joon kembali menatap Seok Jin.
"Oh, baiklah. Selamat tinggal."
Blam.
Nam Joon terdiam di tengah-tengah ruang tamu, sembari menggenggam kertas berisikan nomor telepon sang pengantar kertas. Dengan tiba-tiba, ingatan-ingatan manis—yang hampir separuhnya terisi oleh mantan tunangannya—kembali menyengat otak Nam Joon. Awal dari kejadian manis tersebut serupa dengan pertemuannya dengan 'Kim Seok Jin' itu.
Nam Joon. Kim Nam Joon. Namun sebagai penulis, ia tak boleh gentar dengan kejadian-kejadian di kehidupan nyatanya. Ia harus… tidak, harus. Ia harus menciptakan tiap susunan aksara yang dapat memuaskan penggemarnya, pembacanya, dan dunia. Entah susunan aksara itu berlawanan, atau serupa dengan kejadian yang ia alami. Ia harus.
Wed, 03 May
"Test."
Hanya sebuah kata 'test' yang dapat Nam Joon kirim. Alasan? Tak butuh alasan serumit mengapa ia memilih jalan hidupnya untuk menjadi penulis. Hanya satu. Nam Joon ingin menyapa sang 'pengantar Macaroon'. Itu saja.
Ia menghempas tubuhnya ke ranjang. Berbaring sembari menutup kedua matanya, bermaksud untuk melepaskan kelelahannya setelah lama ia berusaha kuat.
Ping!
"Maaf, ini siapa, ya?"
Nam Joon mulai menggerakkan jari-jemarinya untuk mengetik.
"Ini saya, yang kemarin minta diantarkan kue Macaroon."
"Oh… apakah pesanan Anda ada yang kurang?
Nam Joon tertawa kecil. Rupanya, si 'pengantar Macaroon' masih ingat dengan dirinya.
"Tidak, tidak. Sama sekali tidak ada yang kurang. Oh ya, apakah disana juga menjual roti keju Mozzarella
Padahal Nam Joon tahu, mereka tidak menjual roti keju Mozzarella. Roti keju Mozzarella adalah roti, sedangkan Sunrise Patisserie adalah toko kue. Sudah ia kata, tujuannya mengawali conversation ini hanya untuk mengajak Seok Jin berbicara.
"Kami tidak menjual roti. Maaf, ya. Apa ada barang lain yang Anda ingin tanyakan?"
Kebetulan, Nam Joon sedang menganggur.
"Apakah Anda sedang sibuk?"
"Dibilang saya sedang sibuk… tidak. Tetapi jika dibilang saya sedang tidak ada kerjaan… tidak juga. Ngomong-ngomong, nama Anda siapa ya? Agar saya bisa lebih gampang memanggil Anda."
m Joon terdiam sembari menatap layar ponselnya yang masih menyala. Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya. Meraih kemeja kotak-kotak yang selalu ia gunakan, tanpa ia kaitkan kancingnya.
"Kim Nam Joon. Tetapi, Anda bisa memanggil saya 'Nam Joon'."
Mengganti celana santainya dengan celana jeans, dan mengantongi ponselnya di kantong kanannya. Bersebelahan dengan kunci rumahnya yang terletak di kantong sebelah kiri. Nam Joon berencana 'hanya-sekedar-duduk-duduk-mencari-ide' di toko kue Seok Jin, Sunrise Patisserie.
"Wah… Anda memiliki nama yang lumayan bagus, Nam Joon-ssi. 'Si Jenius dari Selatan', bukankah nama itu bagus?"
Nam Joon berjalan kaki ke Sunrise Patisserie. Mengapa? Cukup dijelaskan dengan sebuah pertanyaan. Jika orang seceroboh Nam Joon menyetir, apakah yang akan terjadi? Maka kecelakaan lalu lintas akan sering terjadi dan ia harus mereparasi mobilnya 3 kali seminggu.
Sesampai diluar rumah, langkah Nam Joon terhenti. Ia mengetikkan pesan balasannya kepada Seok Jin. Seulas senyuman terpateri di bibirnya.
"Haha terima kasih. Nama Anda juga bagus. Atau—lebih tepatnya, indah."
Nam Joon menyeret kakinya dengan cepat. Entah mengapa, ia ingin cepat-cepat beristirahat di toko kue itu. Duduk di bawah naungan payung besar. Ditemani beberapa buah Macaroon, kue kesukaannya. Juga sebuah notes kecil dan pensil. Siapa tahu, dengan begitu, semua ide-ide cemerlangnya akan kembali—dan ia juga akan melupakan gadis itu untuk sesaat.
"Ibu saya juga berkata begitu ketika sedang mencari nama untuk saya. Sepertinya, Anda memiliki selera yang bagus, ya, Nam Joon-ssi
Sampai. Sebuah toko kecil berdiri di hadapan Nam Joon. Beberapa pot bunga warna-warni menghiasi pintu keluar-masuk toko itu, yang sempat Nam Joon perhatikan dengan kagum kala ia melewatinya.
"Permisi…."
Sebuah senandungan terhenti, digantikan dengan sambutan hangat.
"Selamat datang—Nam Joon-ssi?" Lelaki berambut golden-kecoklatan itu hanya mesam-mesem. Tak menjawab sang 'penyambut'.
Pada suatu hari,
Di sebuah hutan rimbun, terdapat seekor dinosaurus.
Tyrannosaurus Rex-lah spesiesnya. Yang juga dapat diartikan sebagai 'kadal yang kejam'.
Ia mendapat julukan itu dikarenakan kecerobohannya yang tiada batas.
Ia sudah berkali-kali 'merusak' banyak hal.
Mulai dari pepohonan,
Bunga langka yang ditanam ibunya,
Bahkan sampai 'rumah'nya sendiri.
Tak sengaja ia 'merusakkan' semuanya, tatkala ia mengibaskan ekornya.
Ia pundung. Sungguh dinosaurus yang malang.
Hingga, pada suatu hari, sebuah bintang turun ke bumi.
Tetapi… bukan, 'ia' bukanlah meteor jatuh.
Ia adalah seseorang yang jatuh dari langit. Malaikat kecil yang tersasar. Meskipun sayapnya begitu kecil dan rapuh.
Sang Malaikat meminta bantuan kepada T-Rex itu untuk menolongnya.
Sang Malaikat berjanji, ia akan menjawab semua pertanyaan sang T-Rex setelah ini.
Usai sang T-Rex menolongnya hidup, ia bertanya,
"Cinta itu apa?"
To Be Continue.
