Gardenia City, pada hari kesembilan belas bulan sepuluh yang bersematkan tahun dua ribu enam belas...
Buku berisi catatan pelajarannya dia buka-buka lagi, gadis itu baca dengan kurang niat. Dagunya bertumpu pada telapak tangan kiri, seolah sudah lelah (juga pusing) untuk memikirkan semua angka di dalam buku bermata pelajaran Matematika, berikut dengan rumus-rumusnya.
Semilir angin senja membelai lembut ribuan surai oranye di kepalanya, memberikan kesejukan pada raga, sekaligus meringankan 'beban' kepalanya yang sudah bertumpuk.
Bloom. Itulah nama gadis bersurai oranye yang memahkotai kulit putihnya.
Kepala yang tadi masih tertumpu, sekarang berpindah posisi: menelungkup.
"Aku bosan..." Bloom membalik tubuhnya, menatap langit-langit kamar. Oh, ada papan sejenis triplek berwarna putih yang menutupi genting cokelat rumahnya.
Untuk sekedar informasi saja, ya. Bloom berkamar di lantai dua, berjarak dua dinding dan satu koridor sepanjang lebih kurang lima meter dari kamar kakaknya, Daphne.
Lagi, semilir angin senja dengan lancangnya membelai rambut oranye Bloom yang terserak hingga menutupi lembaran beberapa buku dengan lembut dan tanpa diminta.
Matanya Bloom pejamkan sesaat, merelaksasikan diri, itulah niat dan keinginannya untuk saat ini.
Benar-benar membosankan, setiap hari, mata dan otaknya terus dijejali dengan pelajaran bermateri berat untuk dipelajari dan diingat.
Jika hari ini ada Fisika, maka Ekonomi, Matematika, Bahasa Inggris, Biologi, Sejarah, dan sebendel pelajaran bermateri segunung lainnya siap untuk menghadang dan memberikan gojlokan bagi otak masing-masing siswa.
No exceptions. Seluruh siswa tahun kesembilan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama merasakannya.
Termasuk juga Bloom.
...
"... Huh..."
Pelajaran untuk siswa tahun sembilan (jika dihitung dari kelas 1 jenjang Sekolah Dasar) memang bisa mengubah muka menjadi buku yang penuh berisi rumus dan macam-macam materi setiap bidang studi yang mulai rusak (juga mulai terlepas-lepas untuk beberapa halaman dari 'induk' buku).
Semiliran angin rupanya mengajak serta sebatang pensil yang menggelinding di atas buku mata pelajaran Sejarah rupanya berhasil menarik perhatian Bloom.
Tangan kanannya terjulur untuk meraih pensil tersebut, namun ternyata angin lebih cepat. Membuat pensil itu menabrak sebuah buku, bukan buku pelajaran, sepertinya.
"Buku... Gambar?" gumamnya kecil saat menarik pensil serta buku gambar yang tertindih oleh buku-buku paket pinjaman dari perpustakaan sekolah, yang jangan ditanya seberapa berat seluruh buku, jika dijumlahkan berat masing-masing buku menjadi satu.
Gambar-gambar tidak rapi yang pernah Bloom buat semasa belia. Seolah menarik kembali pemikiran Bloom ke masa lalu, masa-masa dimana kasih sayang masih setebal dan selembut wol yang telah ditenun menjadi kain putih polos.
Yang berbeda dengan keadaan Bloom saat ini, tentu saja, ya.
Imajinasi lamanya berkembang lagi, Bloom ingin mengutarakan semuanya kini.
...~oOo~...
.°• INDONESIAN KARA •°.
•
•
•
•
dengan semilyar satu salam penuh kehangatan dan senyuman,
dari Republik Indonesia...
•
... mempersembahkan...
•
•
•
•
•
•
•
•
•
WINX CLUB (c) RAINBOW SLR.
Penulis tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun atas pembuatan karya. Seluruh tokoh dan karakterisasi (kecuali OCs) adalah milik dari fandom serta perusahaan yang telah dicantumkan.
•
SEVEN COLOURS OF RAINBOW《
- Indonesian Kara -
•
Rated: T (R-13). Genre: Fantasy, Adventure, Family, Friendship, Drama. Language: INDONESIAN.
Notes: AU, OC, OOC, fanfiksi pertama, etc...
•
chapter I:
- Yang Pertama -
.
{I: Namanya Bloom, dan dia ingin sekali mengutarakan imajinasi.}
•
-Indonesia; 31 Juli 2017-
*~...OoO...~*
Sepedanya Bloom kayuh dengan santai, namun roda sepeda tetap cepat berotasi membawanya menuju ke tempat yang Bloom tuju.
Ransel oranye yang mengembang karena penuh buku Bloom gendong di punggung, dan untuk beberapa buku paket yang terlalu tebal, gadis itu letakkan di keranjang sepeda.
...
Beberapa meter sebelum memasuki jalan raya antar kota, Bloom bertemu dengan adik tingkatnya, Windyne Alinsen. "Halo, kak Bloom!"
Dia menoleh, merespon. "Oh! Halo, Windy!"
...
...
...
Roda sepeda terus berotasi, sesekali Bloom harus mengerem sepedanya ketika berada di persimpangan jalan, atau di penyebrangan jalan.
Di dekat perempatan jalan, sebelum belokan ke kiri, adalah swalayan milik pak Johannes Alexis Fransesson yang terkenal laris hingga ke luar kota Gardenia.
Alex melihat sepeda yang dikayuh Bloom akan melewati jalanan basah yang baru saja dia siram. "Hey, Bloom! Hati-hati! Jalan basah!"
Dan benar saja. "Oh-ou, wooo!" Roda sepedanya sedikit tergelincir. "Ah, terima kasih sudah mengingatkan, Tuan Alex!"
"Ya, tetap hati-hatilah di jalan!" Pedagang buah dan sayuran itu melambai ke arahnya, Bloom jawab dengan senyuman dan anggukan, seraya terus melajukan sepedanya.
...
..
...
Pukul setengah tujuh lewat sekitar lima menit, masih ada waktu efektif dua puluh lima menit untuk sampai ke sekolah sebelum pukul tujuh pagi tepat.
Oh, ya. Hari ini Bloom ada kelas pagi untuk mata pelajaran Matematika yang dimulai pukul tujuh lebih lima belas pagi. Bloom memacu kayuhannya, membuat rotasi sepedapun menjadi semakin cepat dan cepat.
•
•••
Sekarang atau tidak selamanya...
Namun aku telah menemukanmu.
•••
•
Dari cermin berbingkai emas yang dia gunakan untuk menerawang jauh ke dimensi lain, seorang gadis lain yang memiliki surai kuning mengamati sebagian besar jalur hidup Bloom di bumi.
Gadis itu tersenyum. "Kamu benar-benar Bloom, gadis manis yang aku cari selama ini..." gumamnya pelan, senyuman hangatnya memiliki banyak arti positif di dalamnya.
Cahaya putih bersinar mengelilingi si gadis, sebelum gaun pendek dan sayap yang ada padanya berubah menjadi gaun dan perhiasan cantik selayaknya seorang puteri yang berwibawa dan dihormati banyak orang.
Termasuk cermin tadi, turut menghilang.
to be continued...
A/N: Bolehkah saya, INDONESIAN KARA, mendeklarasikan bahwa ini adalah fanfiksi berbahasa Indonesia pertama di fandom Winx Club? :"v
Saya adalah seorang penulis fanfiksi yang melakukan pelarian sementara dari fandom Hetalia - Axis Powers dan Adit Sopo Jarwo; mencari hawa, wajah, dan pemikiran baru untuk mewarnai FFN. Salam kenal!
•
Salam Indonesia, dengan penuh cinta!
—INDONESIAN KARA.
