[ Perhatian! ]
Keseluruhan cerita adalan milik Authorwatiek tercinta, dilarang keras plagiat atau me-remake tanpa ijin kadi Kanjeng Thortiek. Nama karakter dalam cerita merupakan hak dagang milik temen arisan Kanjeng, Nyai Sooman.
.
SEONSAENGNIM, I LOVE YOU!
선생님, 사랑해요!
[ ChanBaek Yaoi ]
.
.
.
제 01 화
[ Revisi ]
Helo Gaesss, aku senang dan terharu banget pas tau kalian masih nungguin kelanjutan ff yang sudah hamper setahun aku telantarkan ini. Untuk itu aku memutuskan untuk merevisi chapter 1 dan 2 ff ini, dan untuk chapter-chapter berikutnya sedang dalam proses pengetikan dan Insya Allah PASTI akan saya upload! Jadi mohon dukungan dan semangatnya ya Gaesss *Lophe*
-Thortiek-
.
.
Baekhyun suka dia !
Meskipun tidak begitu mengenalnya, tapi Baekhyun suka.
Aroma tubuhnya. Caranya menatap dengan kedua bola matanya yang indah. Gerakan bibirnya saat Ia berbicara. Helai rambutnya saat tertiup angin. Dan yang terpenting, senyumannya. Baekhyun suka semua itu!
Park Chanyeol... atau yang biasa dipanggil anak-anak kelas dengan sebutan Park-ssaem. Hanya dengan menyebut namanya saja sudah dapat membuat hati Baekhyun bergetar dan berkedut-kedut manja. Apakah terdengar murahan? Hehehe.. itulah Baekhyun. Baekhyun tipe pria yang sangat mudah jatuh cinta.
Sejak tadi mata mungilnya hanya tertuju padanya, sosok yang menurut Baekhyun sangat sempurna itu. Sejak pertama kali Baekhyun melangkahkan kaki memasuki ruangan kelas hingga sekarang pria itu berada tepat disampingnya, disamping Park-ssaem yang dipujanya, berdiri dihadapan calon teman-teman kelasnya yang saat ini juga ikut memfokuskan diri menghadap kearah papan tulis dengan pandangan tak acuh dan malas, pandangan yang seolah berkata "Bisa tolong dipercepat? Ada gosip yang harus segera kami lanjutkan."
Seolah menyadari arti pandangan tersebut, Chanyeol berdehem singkat disertai dahak di tenggorokan dan berkata, "Nah Baekhyun, sekarang perkenalkan dirimu kepada teman-teman kelasmu!" ucapnya seraya memegang lembut bahu Baekhyun.
Sekali lagi Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol, seketika itu tubuhnya meremang...
Seonsaengnim... aku benar-benar suka !
.
.
.
.
Flashback beberapa hari sebelumnya.
Sore itu udara kota terasa sejuk, sama seperti hari-hari sebelumnya. Angin yang tertiup pelan membawa helaian daun-daun kering yang berguguran melintasi langit kota yang mulai bertransformasi berubah kejinggaan. Daun-daun itu ada yang berakhir di pekarangan taman kota, ada juga yang harus merelakan diri hanyut di danau buatan yang berukuran cukup besar itu.
Suasana itu benar-benar dimanfaatkan semua orang. Tak seorangpun yang mau ketinggalan melewatkan sore itu diluar rumah untuk sekedar bercengkrama bersama keluarga, teman, pacar, atau mungkin diri mereka sendiri yang berstatus jomblo.
Termasuk Baekhyun. Cowok bertubuh mungil yang memiliki nama panjang Byun Baekhyun itu kini sedang duduk di bangku panjang yang terletak tepat di depan danau, mengetuk pelan jari jemarinya di bangku kayu tersebut sembari menyenandungkan melodi-melodi acak. Melodi dari lagu-lagu kesukaannya, yang kebanyakan dinyanyikan oleh Ben, penyanyi wanita yang kerap mengisi soundtrack-soundtrack drama terkenal.
Baekhyun termasuk cowok yang biasa-biasa saja. meski tak setampan cowok lainnya, Baekhyun cantik dengan caranya sendiri. Baekhyun memiliki tubuh semungil biji ketumbar dan badan yang sehat, terlihat cukup proporsional untuk namja seusianya, 17 Tahun. Tapi jangan salah! Dengan tubuh semungil itu, Baekhyun dapat berlari lebih cepat dari anak TK berusia 5 tahun dan menghapal lengkap perkalian 1-10.
Baiklah, kita lupakan saja rupa Baekhyun yang pas-pasan, sekarang sudah pukul 17:35 KST. Ponsel Baekhyun yang sekilas terlihat seperti Aipon tapi sebenarnya bermerek Xiomai itu terdengar berdering singkat. Menyadari itu, Baekhyun menghentikan aktifitasnya dan merogoh saku celana biru bermotif Pororo yang Ia kenakan dan mengeluarkan Aipon jadi-jadiannya itu. Ada pesan masuk dari Mama rupanya. Baekhyun menyentuh notifikasi itu dan mulai membaca isi pesannya;
Mama:
Lagi dimana? Cepat pulang nak, Mamah tunggu dirumah ya. Urgent!
[Received 05:35 PM]
Sejurus kemudian Baekhyun meraih tasnya dan melangkah pergi menuju rumah ibunya. Ya rumah ibunya, bukan rumahnya sebab Baekhyun masih kecil, masih berusia 17 tahun dan belum sanggup membeli rumah sendiri.
.
.
.
.
Disinilah Baekhyun sekarang, terduduk merenung di tepi kasur kamarnya. Matanya nampak berair dan mengeluarkan setetes air kenikmatan.. ehh air mata kesedihan maksudnya. Ucapan Mamah berbih, sebutan Baekhyun untuk mamanya yang masih awet muda dan sekilas nampak seperti Barbie itu masih terngiang-ngiang jelas di telinga Baekhyun...
"Bereskan kopermu nak, besok kita akan pindah jauh ke Ibu kota. Tadi suami mama telepon dan bilang kalau dia dipindahtugaskan kesana sayang."
"Suami mama?"
"Iya dong suami mama.Ayah kamu Mr. Byun kan suami mama, bukan suami kamu sayang." Ucap Mamah Berbih masih tak mengalihkan perhatiannya dari drama yang sedari tadi Ia tonton, sesekali mengelap air matanya yang menetes menggunakan ujung daster kuning yang dipakainya.
"….."
Sontak saja Baekhyun yang mendengar kabar yang mendadak itu menolak. Baekhyun masih belum siap. Baekhyun masih betah tinggal di Jeonju, sudah terlalu banyak kenangan yang dia ciptakan di kota ini. Kota yang selama 17 tahun terakhir ini telah memberikannya banyak kenangan manis dan pahit yang sulit dia lupakan. Bahkan kejadian tadi siang disekolah tepatnya diruang kelas, kejadian yang membuatnya harus mengubur dalam-dalam cinta pertamanya masih terekam dengan jelas di ingatannya.
Saat itu sedang jam olahraga, semua siswa kelas 11-1 berbondong-bondong menuju lapangan dan meninggalkan kelas mereka yang kini hanya dihuni sepasang hamba Tuhan.
Kelas terasa sunyi dengan lampu yang sedikit remang-remang. Jika saja itu hutan, maka akan terdengar suara jangkrik yang ber-krik-krik ria disana. By the way jangan tanyakan kepadaku mengapa dua mahluk satu spesies itu sedang berduaan saja di dalam kelas. Jongdae lupa membawa kostum olahraganya sehingga tidak diijinkan ikut olahraga dan jasmani oleh Hong-ssaem. Ucapan dusta pun langsung meluncur dengan mulus dari mulut mungil Baekhyun saat menyadari adanya kesempatan untuk berduaan dengan Jongdae di kelas, "Tidak masalah sekali-sekali berbohong yang penting bisa mojok bareng Jongdae." Pikir Baekhyun girang.
Baekhyun berjalan pelan kearah Jongdae kemudian mengetuk-ngetuk singkat jarinya di meja untuk menarik perhatian Jongdae yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya, mungkin sedang menonton tutorial senam lima jari. Menyadari itu, Jongdae mendongakkan wajahnya menatap Baekhyun.
"kenapa Baek?"
"Ahh.. umm.. anu Jong, aku..." ucap Baekhyun terbata-bata menahan gugup.
"Iya, kamu kenapa kok gugup begitu?"
"Aku..."
"Ya?"
"ummm.. suka sama kamu Jong!"
"..."
"Aku sudah lama suka sama kamu. Kita selalu sekelas sejak SMP dulu, aku masuk SMA ini karena ikutan kamu. Aku Cuma mau kamu tau kalau kamu itu cinta pertamaku Jong."
Fiuuhh... akhirnya terucap sudah, dengan sekali tarikan napas, hal yang selama ini ingin Baekhyun ungkapkan kepada Jongdae meskipun awalnya sedikit tersendat-sendat kayak kaset rusak. Ada jeda cukup lama setelah itu. Baekhyun menunggu respon Jongdae dengan jantung yang terasa dipompa.
"Ohh gitu?" ucap Jongdae akhirnya.
"Eh, I..iya." balas Baekhyun canggung, wajahnya memerah menahan malu.
Jongdae mengangguk singkat dan kembali fokus ke ponselnya. Baekhyun terlihat seperti kambing congek sekarang, diabaikan begitu saja setelah mengungkapkan cintanya.
"Jadi gimana Jong"
"Apanya yang gimana?"
"Perasaanku... kamu terima?"
"..."
"..."
"Maaf ya Baek, aku tidak suka sama kamu. Kamu bukan tipeku, lagipula aku sudah jadi pacar Minseok. Mending kamu balik deh ke belakang, gangguin tau!."
"Tapi Jong.. kamu kan cinta pertamaku."
"Apa itu salahku? Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menjadikanku cinta pertamamu."
Bagaikan di iris ribuan silet, hati Baekhyun terasa berdarah-darah, tidak menyangka akan ditolak dengan cara seperti itu. Baekhyun dengan cepat merebut ponsel Jongdae dan membantingnya.
"KAMU JAHAT, JONG!" Baekhyun mengusap air matanya dan berlari keluar kelas, meninggalkan Jongdae yang terlihat masih shock ponselnya menjadi korban kekejaman Baekhyun.
.
.
.
.
Baekhyun bangkit dari duduknya dan menarik keluar koper dari bawah tempat tidur dan mulai memasukan pakaiannya. Baekhyun sudah memutuskan meskipun terasa berat, hidupnya harus terus berlanjut, meskipun Baekhyun suka tinggal di Jeonju bukan berarti dia tidak boleh membuka diri untuk tempat baru. Hidup ini penuh dengan kejutan, Tuhan selalu punya rencana dan kejutan, yang bisa kita lakukan sebagai manusia hanya mempersiapkan diri untuk setiap rencana dan kejutan itu. Dan hal itulah yang tengah Baekhyun lakukan sekarang. Baekhyun benar-benar sudah tidak sabar menerima setiap kejutan yang akan Tuhan berikan dalam hidupnya di masa yang akan datang.
"Selesai." Ucap Baekhyun tersenyum mengelap peluh di keningnya. Ditatapnya tiga buah koper yang sudah berdiri tegak dihadapannya, terisi penuh dengan barang-barang yang akan Ia bawah pindah.
Baekhyun mulai mengedarkan pandangannya menelusuri setiap sudut kamarnya yang sudah terlihat kosong, hanya tersisa lemari, meja belajar, dan tempat tidur, dan beberapa furniture lainnya yang akan ikut diangkut pindah ke Seoul esok hari. Di kamar inilah Baekhyun banyak menghabiskan waktunya mendengarkan musik, menulis diary, dan merindukan Jongdae (yang ternyata pacarnya Minseok) di malam hari.
Bicara soal Jongdae, pandangan Baekhyun langsung tertuju kearah nakas tempat foto Jongdae terpajang, foto yang selalu dipandangi Baekhyun sebelum tidur dan tak jarang Baekhyun tertidur dengan foto tersebut di pelukannya.
Baekhyun meraih foto itu dan memandanginya singkat. "Baiklah mungkin ini saatnya aku melupakanmu, kau dan Minseok harus hidup dengan bahagia." Ucapnya seraya kembali meletakan foto tersebut, Baekhyun tidak akan membawa foto itu bersamanya. Ia akan meninggalkan semua kenangan tentang Jongdae dan melupakannya.
"Aku akan melupakanmu dan pergi ke Seoul. Disana aku akan mencari cinta pertamaku yang lain! Lihat saja, aku pasti akan mendapatkannya. Cowok yang mau memungut cinta yang sudah kamu buang."
.
.
.
.
Chanyeol merupakan salah satu guru yang mengajar IPA di SMA Keseki, Seoul. Dia dikenal para siswa sebagai guru baik, tidak sombong, dan rajin menabung. Chanyeol selalu mengajarkan IPA, salah satu pelajaran yang dibenci para siswa setelah Matematika dan IPS, dengan cara yang menyenangkan. Terkadang mereka akan belajar outdoor saat mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan dan mahluk hidup, Chanyeol juga akan membawa mereka terjun langsung ke pinggir jalan raya untuk menghirup syahdunya udara di ibukota untuk mempelajari lebih baik dampak negatif polusi bagi manusia.
Dan untuk materi reproduksi, tenang saja, mereka tidak akan diajak nonton film yadong oleh Chanyeol. Selain karena sekolah sudah menyediakan properti tentang materi reproduksi, Chanyeol juga bukan tipe cowok mesum. Chanyeol tidak suka menonton film seperti itu, Ia memilih untuk menjaga mata dan hatinya agar tetap perjaka untuk calon isterinya kelak.
"dududuuu..." Chanyeol bersenandung sembari mengunci pintu rumahnya dan dilanjutkan dengan melakukan peregangan singkat. Saat itu hari Minggu pagi, dan seperti biasa Chanyeol akan melakukan rutinitas lari paginya.
Chanyeol berlari pelan 15 menit menyusuri Taman kota Seoul yang kini telah ramai dengan orang-orang yang juga tengah berolahraga dan bersepeda. Chanyeol berhenti sejenak untuk kembali melancarkan laju pernafasannya dan tiba-tiba seseorang meneriakinya dari arah belakang.
"YAAAA... AHJUSSI YANG DI DEPAN! MINGGIR!"
Chanyeol menoleh dan terkejut melihat ada sebuah sepeda yang tengah melaju dalam keadaan oleng menuju kearahnya. Si pengemudi sepeda sendiri terlihat sangat panik.
Dengan cepat, sigap, dan tanggap seperti anak SGM, Chanyeol menghindar dari terjangan sepeda durjana tersebut dan mengakibatkan si pengemudi sepeda terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.
Chanyeol masih terdiam shock saat Si pengemudi akhirnya dapat bangkit kembali dan dengan tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Ahjussi, kau baik-baik saja? Maaf tadi aku hampir menabrakmu." Tanya si cowok pengemudi sepeda sedikit meringis.
Chanyeol akhirnya tersadar dari diamnya dan tersenyum simpul, "Bukankah seharusnya kau mengkhwatirkan dirimu sendiri? Kan kamu yang terjatuh."
Cowok itu menatap Chanyeol dan mengamatinya. "Waah.. berwibawa sekali ahjussi ini. Senyumnya juga manis. Dia benar-benar tipeku!" batin si cowok. Chanyeol hanya memasang ekspresi kebingungan saat ditatap seperti itu.
"Ah.. Ya! Auuw tiba-tiba aku merasa sakit. Ah sial, sepertinya tanganku terkilir." Ucapnya memegang tangan kirinya seolah-olah merasakan sakit disana. Kemudian dengan cepat dia mengulurkan tangan kanannya kearah Chanyeol.
"Baekhyun. Namaku Byun Baekhyun, panggil saja Baekhyun! Siapa nama Ahjussi?" tanya si pengemudi sepeda yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah Baekhyun.
Chanyeol meraih uluran tangan Baekhyun dan menjabatnya, "Namaku Park Chanyeol." Ucapnya.
"Ngomong-ngomong, kurasa Ahjussi harus tanggungjawab deh, aku terluka karena Ahjussi." Ucap Baekhyun mengerjapkan matanya sok imut.
Chanyeol tersenyum canggung, "Bagaimana bisa ini menjadi salahku? Bukannya kamu sendiri yang bawa sepedanya dalam keadaan oleng anak muda?" ucapnya sedikit merasa aneh, terus menerus dipanggil dengan seburan 'Ahjussi' membuatnya secara reflex berbicara seperti seorang pria tua.
"Itu salah Ahjussi! Seharusnya tadi Ahjussi tidak menghindar saat mau kutabrak. Jadi setidaknya tadi aku bisa jatuh ke pelukan Ahjussi dan tidak jadi terluka." Ucap Baekhyun mempoutkan bibirnya.
Chanyeol tertawa, merasa lucu akan kepolosan Baekhyun. Tingkah Baekhyun barusan terlihat sangat imut di mata Chanyeol.
"Oke-oke, jadi sekarang aku harus bagaimana?"
"Bonceng aku pulang. Tanganku sedang sakit dan sejujurnya aku masih belum terlalu pandai mengendarai sepeda, itu sebabnya aku terjatuh tadi. Keseimbanganku masih sangat buruk."
Chanyeol menghela napas kemudian mengangkat sepeda Baekhyun yang tadi terjatuh dan menaikinya, "Ayo naik! Mau aku antar pulang kan?"
Baekhyun mulai naik dan memeluk tubuh Chanyeol dari belakang, menepuk-nepuk lembut perut Chanyeol yang terasa sedikit berotot.
"Hihihi..." Baekhyun terkekeh.
Chanyeol menoleh kebingungan dan bertanya, "Kenapa? Apa ada yang lucu?"
"Ah tidak ada apa-apa. Yuk jalan!"
Chanyeol mulai mengayuh pelan sepeda itu, baru setengah jalan kemudian Chanyeol ingat belum tau alamat tempat Baekhyun tinggal.
"Ehh.. kamu tinggalnya dimana?"
"Hmm.. lupa."
"Loh, bagaimana bisa kamu lupa alamat rumahmu sendiri? Coba kau ingat-ingat lagi."
"Hmm… kalau tidak salah seingatku di kompleks perumahan Dolly?" Ucap Baekhyun menggaruk dagunya yang tidak gatal, sedikit tidak yakin.
"Dolly? Maksudmu Kompleks perumahan Deuri? Kebetulan aku tinggal 3 blok dari sana." Ucap Chanyeol.
"Uwaaa.. Kebetulan sekali!"
"Apa mungkin kau orang baru disini?"
"Benar.. Malam tadi aku dan mama baru saja tiba di Seoul, masih belum hapal nama jalan dan tempat. Ya sudah, bagaimana kalau Ahjussi bawa aku ke rumah Ahjussi aja! Aku ikhlas kok."
"Oh kamu pendatang? Asalnya dari mana?" tanya Chanyeol, mengabaikan ajakan Baekhyun.
"Dari Jeonju. Aku dan mama pindah karena ikut papa pindah. Ahjussi sendiri aslinya dari mana?"
"Hmm.. aku orang asli sini, lahir dan dibesarkan di Seoul."
"Ohh.. lalu apa Ahjussi..."
Ucapan Baekhyun terpotong karena Chanyeol yang tiba-tiba menyahut, "Panggil Hyung saja. Aku masih terlalu muda untuk dipanggil Ahjussi."
"Aku panggil Oppa saja ya. Lalu apa Oppa punya pacar?"
"Tidak ada. Untuk saat ini aku ingin lebih fokus ke masa depan. Pacaran hanya akan menghambat pencapaianku. Aku percaya kalau jodoh akan mendekat dengan sendirinya meskipun tidak aku cari."
Baekhyun tersenyum lebar menampakan deretan gigi yang tersusun rapi di gusi merah mudanya, "Waahh.. Kalau begitu aku akan mendekat!"
Baekhyun menyenderkan kepalanya ke punggung Chanyeol dan mengeratkan pelukannya, terasa sangat nyaman dan tentram. Baekhyun berharap agar waktu berhenti saja sehingga dia bisa berlama-lama di punggung itu. Baekhyun juga dapat mencium dengan jelas aroma tubuh Chanyeol.
Jantung Baekhyun berdetak semakin kencang dan tak menentu.. perasaan apa ini?
"Dia bau keringat..."Baekhyun bergumam.
.
.
.
.
Baekhyun menatap pantulan wajahnya di cermin, tersenyum. Yash! Baekhyun sudah mandi sore dan terlihat tampan kecantik-cantikan (?). Baekhyun meraih bedak johnson's beiby, menaburkannya ditangan kemudian menepuk-nepukan ke wajah dan lehernya setelah itu menyemprotkan parfum ke tubuhnya yang telah berbalut T-shirt putih bertuliskan "Little Kitten" dan jeans panjang yang menambah manis penampilannya.
Chantique sudah, wangi semerbak bagai bunga-bunga yang tumbuh di area persawahan pun sudah! Kini Baekhyun siap menghadiri pesta dansa pangeran Khayangan... ehh, pergi ke Mall maksudnya. Sore-sore jangan ngehalu.. Khayangan? Emang lu titisan Mimik Perih shayy?
"BAEKHYUN.. TAKSI PESANAN KAMU SUDAH DATANG NAK!" Teriakan Mamah berbih terdengar mengelegar dari lantai bawah, memecah keheningan sore hari. Baekhyun segera meraih ranselnya dan melangkah keluar dari kamarnya, menuruni tangga kemudian menghampiri Mama yang sedang duduk bermain Ludo dengan Isteri Mr. Ahn, tetangga sebelah rumah mereka di ruang tamu.
"Baekhyun keluar dulu ya Ma, mau ke Mall cari sepatu untuk sekolah besok. Heels Baekhyun sudah kekecilan semua soalnya." Baekhyun meraih tangan mama dan menyalaminya.
Mama mengangguk singkat, matanya masih komat kamit memandangi papan ludo dihadapannya. "Ya sudah, hati-hati dijalan. Kamu pulangnya naik bus aja ya Nak, biaya taksi mahal soalnya." Ucapnya.
"Ok. Baekhyun pergi dulu Mah, Ahn-ahjumma, Baekhyun pergi dulu ya." Tak lupa Baekhyun juga menyalami Mrs. Ahn tetangga mereka kemudian melangkah keluar menghampiri taksi online yang tadi dipesannya.
"Ahjussi, tolong antar aku ke Time Square Mall ya." Ucap Baekhyun saat sudah duduk di kursi penumpang. Taksi tersebut kemudian melaju dengan cepat menyusuri jalan, membelah kota Seoul yang padat. Hari sudah menjelang malam.
Baekhyun yang baru sehari di Seoul merasa begitu takjub dengan pemandangan malam kota yang dilihatnya sepanjang perjalanan menuju Pusat perbelanjaan.
"Waahh... Keren! Kalau pemandangannya sebagus ini aku rela deh jadi gelandangan disini!" Baekhyun mengerjapkan matanya kagum, kepalanya Ia sandarkan di jendela mobil. Si supir yang sejak tadi memperhatikan kelakuan Baekhyun hanya bisa tersenyum simpul.
Sepanjang jalan ramai dipenuhi dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Gedung-gedung berdiri dengan kokoh yang lampu-lampunya terlihat memenuhi langit malam.
Tak terasa setengah jam telah berlalu dan taksi yang Baekhyun tumpangi telah sukses lahir dan batin mengantarkannya dengan selamat sentosa ke Mall yang ingin Baekhyun tuju.
Baekhyun segera membayar pada si supir, tak lupa mengucapkan terima kasih dan keluar dari taksi.
"Waah.. besar sekali Mall nya!" Ucap Baekhyun polos, kembali merasa takjub dengan Mall tempat dia berdiri sekarang. Baekhyun menengadahkan tangannya sebelum masuk dan berdoa, "Ya Tuhan, jangan buat aku tersesat didalam sana."
.
.
.
.
Baekhyun memasuki salah satu toko sepatu dan melihat-lihat. Ada begitu banyak sepatu yang terpajang hingga membuatnya kebingungan untuk memilih.
Baekhyun mengambil salah satu sepatu dan berkomentar, "Sepatu Pororo ini mahal sekali.. gambar Pororo-nya pun sudah mulai pudar! Kalau di Jeonju pasti tidak semahal ini." Baekhyun merengut, kemudian kembali mengedarkan pandangannya untuk mencari yang lain. Perhatiannya tertuju pada sepasang sepatu berwarna putih.
"Sepatu ini mirip dengan sepatu lamaku." Ucapnya menelusuri setiap inci sepatu itu. "Aku ambil yang ini saja. Warnanya putih polos, sama polosnya denganku Hihihi..." Baekhyun terkikik geli sedangkan Karyawan toko yang sejak tadi berdiri disampingnya terlihat memutar bola matanya sewot.
Baekhyun segera membawa sepatu itu ke meja kasir untuk dibayar kemudian memutuskan untuk segera pulang.
"Ehh.. dia kan..." Baekhyun sedang menuruni eskalator ketika melihat sesosok cowok yang dikenalinya hendak keluar dari Mall. Dari tinggi badan dan telinganya yang lebar, Baekhyun langsung dapat mengenali Chanyeol saat melihatnya dari belakang.
"OPPAAAAA! CHANYEOL OPPAAAAA!" Teriakan Baekhyun terdengar membahana melintasi seluruh sudut Mall. Baekhyun berlari menghampiri Chanyeol.
Mendengar teriakan itu Chanyeol langsung menoleh ke arah Baekhyun, "Baekhyun? Apa yang kau lakukan disini?" Ucap Chanyeol membulatkan matanya kaget.
"Hehehe.. Aku habis membeli sepatu tadi. Dan Oppa, apa yang kau beli?" tanya Baekhyun saat melihat tas kotak belanjaan yang dipegang Chanyeol.
"Oh, Aku tadi membeli jam tangan. Oyaa, Baekhyun-a tolong berhentilah memanggilku dengan sebutan 'Oppa'."
"Aku merasa lebih nyaman memanggilmu Oppa, jadi biasakanlah dirimu." Ucap Baekhyun memasang senyum.
"Terserahlah. Kau sudah mau pulang?"
"Iya, Mama menyuruhku pulang menggunakan Bus. Kenapa? Apa Oppa ingin mengajakku bersenang-senang?"
"Baiklah, ayo pergi! Kita barengan aja, aku naik Bus juga soalnya." Chanyeol meraih tangan mungil Baekhyun dan membawanya ke terminal bus, kembali mengabaikan pertanyaan konyol yang tadi Baekhyun lontarkan.
"Benar-benar tipeku..."batin Baekhyun.
Mereka menunggu sekitar 10 menit di halte hingga bus yang akan mereka tumpangi akhirnya tiba. Mereka berdiri dan bersiap-siap untuk masuk saat pintu bus terlihat terbuka.
"Yuk masuk, kamu duluan aja." Ucap Chanyeol mempersilahkan Baekhyun. Chanyeol benar-benar terlihat gentlehingga mampu membuat Baekhyun merasakan debaran-debaran yang terasa aneh dihatinya. Mereka kemudian memilih duduk di bangku paling belakang. Bus kembali melaju saat semua penumpang telah naik.
Suasana kini terasa canggung saat Baekhyun hanya duduk berduaan dengan Chanyeol di bangku panjang pojok bus. Baekhyun memberanikan diri untuk sedikit menoleh ke arah Chanyeol dan Oh My G! Mata Baekhyun silau saat melihat bulu mata Chanyeol yang lentik bergerak dengan lemah gemulai ketika mengedipkan matanya. Baekhyun gemas, ingin rasanya Baekhyun menjambak bulu mata indah itu.
Chanyeol berbalik kearah Baekhyun yang tengah memasang ekspresi mupeng (Muka Pengen), "Ada apa?"
"Ahh tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong Oppa suka jam tangan ya?" Baekhyun yang tersadar mulai membuka percakapan, meskipun tetap terasa canggung.
"Ya, Aku sangat suka jam tangan." Ucap Chanyeol datar, sedatar dada Baekhyun. Pria itu sedang asyik melihat keluar jendela.
"Ah, aku juga sangat suka Oppa!"
"Oh.. Ehh, apa?" Chanyeol mengarahkan pandangannya kearah Baekhyun dan mendapati wajah Baekhyun yang merona merah.
"Ti..tidak, aku tidak bilang apa-apa! Oppa kembalilah melihat keluar!"
"Baiklah kalau begitu, kukira kau bilang sesuatu." Ucap Chanyeol sambil kembali melihat keluar jendela.
Baekhyun benar-benar bisa merasakan wajahnya memanas, Ia merasa cukup malu dengan ucapannya barusan. "suka? Haaahh aku benar-benar sudah gila! Bagaimana bisa aku bilang suka secepat ini? Untunglah Oppa tidak mendengarnya, kurasa dia akan menjauhiku begitu tau aku menyukainya." Gerutu Baekhyun pada dirinya sendiri.
Baekhyun menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan kembali detak jantungnya yang sepertinya siap meledak kapan saja.
"Aroma ini… aroma Oppa!" Baekhyun kembali merasakan gejolak kuat di dadanya. Kembali mencuri pandang kearah Chanyeol di sampingnya, meatap tenguk putih Chanyeol dalam-dalam.
"Kuharap ini bukanlah pertemuan terakhir kami..."batin Baekhyun.
"...saat bertemu lagi dengannya nanti, aku..." Baekhyun melepaskan pandangannya dan menundukkan kepalanya, larut dalam pikirannya sendiri.
"...akan menyemprotkan sebotol deodoran ketubuhnya. Oppa benar-benar bau keringat!"
.
.
.
[ TBC aka. Tuberculosis ]
