Tiga Bersaudara
Kuroko no Basuke. Tadaoshi Fujimaki
warning: OOC, Gaje, Typo(s) dan apalah-apalah.
by. Upah
Please Don't Cry Don't Go Our Little Brother
"Aomine Daiki, Kise Ryota. Kemari!"
Panggil seorang pria berkulit sama dengan anak yang dipanggil Aomine itu. Ia melambaikan tangannya, sebagai tanda agar kedua anaknya itu mau mendekat.
"Ada apa ayah?" tanya Kise, sang adik. Sedangkan Aomine, mengangguk membenarkan pertanyaan adiknya itu. Yah, Kalian mungkin heran akan nama, juga rambut serta fisik mereka yang berbeda sedangkan mereka memiliki hubungan saudara. Cerita itu cukup rumit, berawal dari sebuah pertengkaran antar kedua orang tua mereka untuk siapa yang akan mewarisi nama keluarga dari masing-masing pihak yang sama-sama merupakan pewaris tunggal .
Hingga akhirnya, mereka memutuskan agar anak pertama yang akan menerima nama keluarga dari pihak ayah, sedangkan yang kedua dari pihak ibu. Karena itulah, Daiki sang kakak menerima nama Aomine dari sang ayah dan Ryota mengikuti keluarga ibunya Kise. Lalu, bagaimana dengan anak ketiga itu?
Seorang bayi mungil tengah terlelap dalam dekapan sang ayah, selimut biru muda menutupi hampir seluruh tubuh kecilnya hingga hanya menyisakan bagian wajah. Surai biru langit menyembul sedikit dari tudung yang sengaja dilipat dari bentang selimut biru muda, kulit putih pucat menutup warna manik lazuardi miliknya.
Dengan suara lembut, Ayah memanggil kedua anaknya lalu berkata,
"Nah Aomine, Kise. Kemari, dan lihat! Ini adik baru kalian." Aomine dewasa berkata pada kedua anaknya, memperlihatkan satu lagi anak yang kini telah resmi bergabung dengan keluarga mereka.
Biru muda,
Kise tersenyum senang mendapati warna baru masuk ke dalam silsilah keluarga–
Untuk nama? Dia ikut ibunya. Lima tahun yang lalu, setelah melahirkan Ryota sampai berusia satu tahun, istri pertama Aomine, Kise. Meninggal karena suatu penyakit. Dan ia menikah lagi beberapa bulan kemudian, namun sayang kesedihan itu kembali menghampiri keluarga kecilnya. Istri keduanya meninggal setelah melahirkan anak pertama mereka yang kini diberi nama
–Kuroko Tetsuya.
"Adik kita manis sekali. Iya kan? Onii-Chan." seru Kise kecil gembira pada kakaknya–Aomine.
Kepala biru tua bergerak naik turun lucu, mengangkat satu tangan untuk mengelus pipi gembil sang bayi, lalu bergumam.
"Hmm." Aomine tersenyum manis, ikut senang sekalian setuju dengan apa yang dikatakan adiknya.
Aomine tertunduk kemudian. Ia merasa kasihan dengan adik barunya. Aomine, bocah yang kini menginjak usia 5 tahun itu tahu, adik terkecilnya takkan pernah bisa mendapatkan kasih sayang ibunya.
Ya! Seorang ibu yang amat ia rindukan, ibu yang juga meninggalkan dirinya dan juga adiknya.
Dan, ibu baru yang beberapa tahun terakhir datang menggantikan ibunya yang lama. Kini ia menangis, meratapi betapa sedihnya sang adik baru. Ia takkan pernah bisa memiliki ibu lama ataupun ibu baru yang melahirkannya beberapa hari lalu. Ibu mereka telah tiada. Pergi ke tempat tak tergapai, entah dimana itu Aomine tidak tahu yang ia tahu, ibunya takkan pernah bisa kembali pulang.
–Selamanya,
"Aomine nii-Chi kenapa menangis-ssu?" lirih Kise yang melihat kakaknya sesenggukkan. Menggosok-gosokkan matanya dengan lengan tan milikknya. Ingin sekali memeluk kakaknya itu tapi, adik barunya itu malah ikut menangis, saat itulah, iapun jadi ikut menangis. Membuat Aomine dewasa jadi kewalahan melihat ketiga anaknya menangis bersamaan.
Ada apa? kenapa kalian malah menangis? jangan buat ayah bingung,
"Oi, hiks ... Kise, hiks ... Kenapa kau ikut nangis. Lihat, Tetsu jadi ikut menangis." kata Aomine kecil coba menghentikan tangis adiknya disela-sela tangisnya sendiri. Matanya sudah sembab, pipi dan tangannya banjir air mata. Cairan kental dalam lubang hidung sudah berulang kali ia paksa masuk kembali hanya untuk keluar dan dipaksa masuk, dan seterusnya.
"H- habisnya, Aomine- nii-chi juga menangis-ssu." jawab kise masih menangis. Ia memang tidak tahu kenapa ia menangis, tapi setidaknya ia tahu perasaan mereka menyatu. Kise memeluk adik barunya lembut, mengusap pipi gembilnya seraya berkata,
"Kuroko-Chi jangan nangis, kakak disini akan selalu menjaga Kuroko-chi." kata kise disertai senyum cerianya. Meskipun ia tahu matanya masih sembab karena menangis tadi. Aomine dewasa ikut tersenyum melihat ketiga anaknya saling menyayangi. Ia mengelus surai ketiga anaknya yang berbeda warna itu dengan lembut, ada rasa pilu yang menusuk hatinya. Bukan karena ia yang akan merawat mereka sendirian. Tapi, ia merasa sakit karena anaknya akan kehilangan sosok ibu, terkhusus si surai biru langit itu. Anak bungsunya.
Kuroko Tetsuya.
Konichiwa minna-san ...
Upah masih baru di sini, tanpa diberi tahu pun, sudah keliatan banget kaan? hehehe
cerita ini masih sedikit karena baru prolog. Dan,
ah, bingung mau bilang apa. jadi ...
ah sudahlah!
*duduk di pojokan sambil ngitungin kulit kuaci.
mind to RnR?
