Reminiscense

(Last Sequel)

.

.

By DiaMoon

.

.

TaeKook, VKook

T

Friendship, Romance, Hurt/Comfort

.

.

.

Hari ini tepat 4 bulan setelah acara wisuda Mingyu, Seokmin dan Myungho. Doa Mingyu, Seokmin dan Myungho terkabul. Jungkook dan Yugyeom akhirnya lulus dan mereka akan diwisuda minggu depan. Jungkook dan Yugyeom tentu merasa sangat senang karena akhirnya mereka dapat terbebas dari masa kuliah yang mereka perjuangkan selama 4 tahun. Masa yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.

"Selamat atas keberhasilan kalian! Semoga kedepannya kalian bertambah sukses, baik untuk yang ingin langsung bekerja maupun untuk yang ingin melanjutkan studi ke jenjang berikutnya"

Jungkook tersenyum mendengar kata penutup dari dekan fakultasnya. Ia merasa sangat bersemangat untuk melakukan langkah yang ia ambil selanjutnya. Apalagi teman-temannya sangat mendukungnya. Walaupun ia juga merasa berat hati karena itu berarti kesempatan untuk bertemu dengan mereka kembali akan sangat lama.

"Jadi, setelah acara ini kau mau kemana?" tanya Yugyeom yang duduk di samping Jungkook.

"Tidak tahu. Kau sendiri?"

Yugyeom menunjuk ke arah seorang pemuda yang duduk beberapa kursi di depan mereka. "Tentu saja pergi merayakan kelulusan ini bersamanya"

Jungkook mendengus sebal.

3 bulan yang lalu Yugyeom resmi berpacaran dengan Bambam. Setelah itu Jungkook merasa tidak dianggap karena prioritas Yugyeom selalu Bambam. Karena itu Jungkook merasa kesal. Tapi mau merajuk pun kini percuma karena sekarang perhatian Yugyeom 80% untuk Bambam dan sisanya untuk Jungkook.

"Maaf tidak mengajakmu. Hari ini aku meminjam mobil kakakku. Jadi hanya bisa untuk satu penumpang" cengir Yugyeom dengan wajah tak merasa bersalah.

Mobil kakak Yugyeom berarti mobil sport. Tentu saja hanya bisa untuk membawa satu penumpang lagi selain pengemudinya. Jungkook tahu karena Jungkook pernah diajak pergi oleh Yugyeom dengan menggunakan mobil itu. Tapi Jungkook tahu maksud Yugyeom yang sebenarnya.

"Tidak usah beralasan macam-macam. Bilang saja kau mau pamer pada pacarmu walaupun itu sebenarnya punya kakakmu. Aku juga tidak butuh ikut dengan kalian. Aku tidak berminat menjadi obat nyamuk"

Yugyeom terkekeh sambil mengucapkan maaf.

Walaupun ia menampilkan wajah kesal, namun dalam hati Jungkook bahagia. Ia senang karena Yugyeom tidak bertepuk sebelah tangan. Tidak seperti dirinya dengan... Ah... Sudahlah...

"Jungkookie?"

"Hm?" sahut Jungkook malas-malasan.

"Minggu depan aku boleh minta tolong padamu?"

"Minta tolong apa?"

"Tolong antarkan Bambam ke SMA kita dulu ya"

Jungkook mengerutkan kening. "Untuk apa kesana? Bambam sudah lulus kan?" tanya Jungkook dengan wajah heran.

"Memang. Tapi ada beberapa tanda tangan lagi yang kurang. Jadi tolong kau temani dia ya. Karena aku harus membantu Mingyu"

"Huh? Jadi kau tidak ikut wisuda? Begitu?"

Yugyeom tertawa pelan. "Bukan begitu" Ia mengibaskan tangannya. "Aku akan pulang pergi Busan-Seoul. Anak itu selalu membuat ponselku berisik. Aku muak"

Ekspresi Jungkook berubah menyendu. "Maaf... Seharusnya aku membantunya. Tapi ibuku tidak mengijinkanku pergi. Ibu Mingyu juga melarangku"

Yugyeom menepuk bahu Jungkook dua kali sambil mengulas senyum prihatin. "Jangan menyalahkan dirimu. Ibu kalian benar. Kau ini mudah lelah, jadi lebih baik kau disini saja sampai selesai acara wisuda. Setelah itu nanti kita pergi kesana bersama"

"Tapi Mingyu pasti akan sangat sibuk. Aku tidak tega padanya mengahandle semuanya sendirian. Aku juga harus membantu--"

"Hei! Tenang saja. Ada aku yang membantunya. Seokmin juga berjanji akan membantu jika dia punya waktu luang. Jangan khawatir" Yugyeom kembali menepuk bahu Jungkook. "Kalau kau ingin membantu, lebih baik kau membantu yang disini saja. Disini juga butuh persiapan kan?" Yugyeom menepuk dada kiri Jungkook.

"Huh?" Jungkook menatap Yugyeom dengan pandangan kosong. Tidak mengerti.

"Astaga~" Tanpa aba-aba Yugyeom mencubit kedua pipi Jungkook yang kini sedikit lebih berisi dari yang sebelumnya. "Bantu ayah dan ibumu mempersiapkan semuanya. Itu juga sudah membantu namanya"

"Iya aku tahu. Tidak usah kau katakan juga aku sudah pasti akan melakukannya" Jungkook mengusap kedua pipinya yang sedikit memerah. "Tapi kenapa kau menepuk dadaku? Apa hubungannya dengan membantu dan persiapan?"

Yugyeom tersenyum jahil. "Hatimu Jungkookie~ Jangan lupa untuk mempersiapkan hatimu" godanya pada Jungkook.

Jungkook merengut dengan kedua pipi yang memerah. Bekas cubitan Yugyeom ditambah rasa malunya karena ia tahu hal apa yang Yugyeom maksud.

"Dasar Kim sialan! Kau dan Mingyu sama saja!" pekik tertahan Jungkook sambil memukul lengan Yugyeom sedikit brutal.

Yah... Semuanya harus ditahan karena saat ini mereka masih berada di tengah-tengah acara pelepasan wisudawan dan wisudawati.

.

.

Sementara itu di tempat lain, seorang pemuda sedang bermalas-malasan di atas ranjang empuk ukuran king size miliknya. Ia berguling kesana kemari dengan selimut yang membalut tubuhnya. Kebiasaannya saat ia merasa lelah.

Ketika kedua matanya hampir terpejam erat, suara debuman yang berasal dari luar kamarnya terdengar. Membuatnya terperanjat kaget dan otomatis merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.

"Ya! Kim bodoh Taehyung sialan! Aku sudah mencoba menjadi tamu baik-baik dengan menekan bel apartemenmu dengan sabar, kenapa kau tak juga membukakan pintu?"

Seorang pemuda berambut cokelat gelap berkulit putih pucat dengan kasar membuka pintu kamar Taehyung yang tidak terkunci. Membuat Taehyung terkejut untuk yang kedua kalinya.

"Ya Tuhan Yoongi hyung... Tidak bisakah kau pelan sedikit? Pintu dan tembok itu kubeli dengan uang" sahut Taehyung sambil beranjak dari posisinya. "Lalu bagaimana caranya hyung bisa masuk? Seingatku yang tahu password apartemen ini hanya--"

"Ya. Aku datang bersamanya. Dia ada di ruang tengah"

Taehyung melebarkan matanya. "Sungguh?"

Tanpa menunggu konfirmasi Yoongi, Taehyung segera melesat ke ruang tengah. Meninggalkan Yoongi yang menatap malas kepergian Taehyung.

"Bocah itu..." gerutu Yoongi. "Kalau dia bukan adik Namjoon, aku tidak akan sudi kemari" gumamnya sebelum keluar dari kamar itu. Menuju ruang tengah.

"Jiminieee~~"

Taehyung langsung memeluk sosok pemuda berambut pink lembut itu dari belakang dan membuat pemuda itu terkejut hingga hampir menjatuhkan botol cola besar yang ia bawa.

"Astaga~ Kau ini mengagetkan saja"

Jimin memukul kepala Taehyung dengan sendok yang ada di dekatnya. Membuat Taehyung mengaduh dan otomatis melepaskan pelukannya pada tubuh mungil itu.

"Rasakan!" ejek Yoongi yang baru saja muncul di belakang Taehyung. Namun Taehyung tidak menggubris ucapannya.

"Ya~ Jiminie~ Kenapa kau memukulku? Apa kau tidak rindu padaku?"

Yoongi berdecih melihat tingkah Taehyung yang sangat tidak cocok dengan wajah dan suara beratnya. "Menjijikkan Kim!" gurau Yoongi. "Lagipula dia hanya pergi dua minggu. Biasanya juga kalian bertemu hanya seminggu sekali"

"Iya bertemunya memang minimal seminggu sekali. Tapi tiap hari kami biasanya saling mengirim pesan atau menelepon. Tapi ini sama sekali tidak ada chat, sms dan telepon. Aku rindu"

"Dia milikku Kim" sahut Yoongi. "Cari pacar sana supaya kau tidak ketergantungan terus dengan Jiminku"

Jimin tertawa mendengar percakapan dua orang yang sangat disayanginya itu.

"Hei... Sudahlah. Kalian ini selalu saja adu mulut jika bertemu. Aku heran" gurau Jimin yang mendapat balasan dengusan dari Yoongi dan Taehyung.

"Kami memang tidak cocok" ucap mereka berbarengan. Membuat Jimin tertawa sambil bertepuk tangan.

"Wah~ Tidak cocok tapi sepemikiran dan mengucapkannya berbarengan. Jangan-jangan yang berjodoh itu kalian"

Taehyung dan Yoongi saling beradu pandang lalu sedetik kemudian keduanya sama-sama membuat ekspresi seolah-olah mau muntah.

"Tidak sudi"

"Apalagi aku"

Jimin lagi-lagi tertawa melihat tingkah keduanya.

"Sudah, sudah... Ayo! Lebih baik sekarang kita makan. Nanti makanannya keburu dingin" ajak Jimin pada keduanya.

Jimin kemudian menarik Yoongi dan Taehyung untuk duduk. Kursi Jimin tentu saja ada di tengah-tengah. Takut jika dua orang dominan itu akan bertingkah anarkis satu sama lain jika duduk bersebelahan.

Hubungan mereka memang unik. Jimin adalah teman masa kecil Taehyung. Sejak kecil Jimin yang berusia beberapa bulan lebih tua dari Taehyung selalu membimbing Taehyung dalam hal apapun. Membuat Taehyung manja dan sangat bergantung pada Jimin. Yang tidak tahu hubungan mereka pasti akan mengira mereka adalah sepasang kekasih. Sama seperti Yoongi sebelumnya.

Tapi Yoongi sangat beruntung. Karena ia adalah teman sepermainan kakak Taehyung, jadi Yoongi tahu hubungan macam apa yang mengikat Taehyung dan Jimin. Cintanya pada Jimin juga bersambut dengan baik karena ternyata pemuda manis itu pun menyukainya. Membuat Taehyung sedikit membenci Yoongi karena perhatian Jimin padanya menjadi terbagi sejak Jimin menjalin kasih dengan teman kakaknya yang menurutnya begitu menyebalkan itu.

"Apa kau tidak membawa oleh-oleh untukku?" tanya Taehyung setelah kegiatan makan siang mereka selesai.

Kini mereka bertiga sedang bersantai di ruang tengah. Ditemani oleh 2 botol besar cola dan 3 bungkus besar keripik kentang. Hasil buruan Jimin sebelum ia dan Yoongi menyambangi apartemen ini.

"Tae, aku kesana untuk bekerja. Bukan berlibur. Waktuku juga tidak banyak. Aku tidak sempat membeli apapun kecuali untuk makan dan minum" jelas Jimin.

"Jangan bertingkah seperti orang miskin, Kim. Kalau kau mau kau mampu untuk terbang kesana sekarang juga dan membeli apapun yang kau mau" sahut Yoongi. Membuat Taehyung memutar mata jengah.

"Aku tak habis pikir, kenapa Namjoon hyung dan Seokjin hyung bisa berteman dengan orang sepertimu" gerutu Taehyung sebelum meneguk colanya.

"Tentu saja. Mereka tahu mana yang berkualitas" ucap Yoongi dengan senyum miring andalannya. Membuat Taehyung berdecih.

"Kalian ini... Aish..." Jimin menepuk bahu Yoongi. "Hyung... Kau ini suka sekali menggoda anak ini" ucap Jimin dengan wajah jengah.

"Biar saja. Biar dia berhenti bermanja padamu. Dia sudah besar. Sudah saatnya dia hidup mandiri"

"Bilang saja kau cemburu hyung" sahut Taehyung.

"Kalau aku cemburu sudah sejak lama aku melarang Jimin untuk bertemu denganmu"

"Hei... Sudahlah..." lerai Jimin lagi, yang kini berhasil benar-benar membungkam keduanya.

"Aku memang tidak membawa oleh-oleh untukmu. Tapi ada sesuatu yang ingin kuserahkan padamu"

Jimin membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang bertuliskan nama Taehyung dan alamat tujuannya.

"Kemarin sebelum aku pulang kemari aku sempat mampir ke apartemen di Seoul untuk mengambil beberapa barang. Bibi Lee tetangga kita kemudian memberikan ini padaku. Katanya ini datang 2 minggu yang lalu" Jimin menyodorkan amplop itu pada Taehyung.

Taehyung menerima amplop itu dari Jimin dan segera membukanya. Keningnya mengernyit saat ia mendapati sebuah kartu undangan dengan inisial KJ di dalam amplop itu. Di sudut atas kartu undangan itu ada sebuah kertas yang terlipat rapi. Ia kemudian mencabutnya dari sana dan membaca isinya.

To Kim Taehyung

Taehyung-ah, sudah berapa lama kita tidak bertegur sapa?

Bagaimana kabarmu?

Tolong maafkan aku dan Yugyeom yang berubah sikap padamu. Kami melakukannya karena ada seseorang yang harus kami lindungi. Maaf jika sikap kami selama ini membuatmu bingung dan tersakiti.

Karena itu bersamaan dengan undangan ini aku ingin mengucapkan permintaan maafku padamu sekaligus ingin menjaga hubungan pertemanan kita yang sempat memburuk. Kuharap kau bisa datang ke acara pernikahanku. Ajak Jimin juga supaya kau tidak bosan nanti hehe :p

Sampai jumpa di hari bahagiaku nanti...

Aku menyayangimu kawan...

-Kim Mingyu-

Mata Taehyung melebar setelah membaca seluruh isi surat itu.

Mingyu?

Kim Mingyu sahabatnya itu akan menikah?

Taehyung kemudian mengambil kartu undangan yang dikirim oleh Mingyu untuknya. Suasana hatinya mendadak memburuk saat sekali lagi ia melihat tulisan indah berukir KnJ di sampul depan undangan itu.

Jangan bilang kalau itu...

Srak!

Ketika ia membuka halaman kedua, apa yang ia khawatirkan terjadi. Kedua inisial itu menunjukkan beberapa huruf yang membentuk nama yang dia hapal.

Kim untuk Mingyu dan Jeon...

"Tae? Kau kenapa?" tanya Jimin dengan wajah khawatir saat melihat Taehyung tiba-tiba meremat surainya sendiri dengan wajah luar biasa kusut.

"Dia akan menikah Jim... Jungkookie akan menikah... Dengan Mingyu"

.

.

Jungkook dan Bambam menyusuri jalan menuju sekolah Jungkook, Yugyeom dan Mingyu saat SMA dengan wajah ceria. Keduanya tak berhenti berceloteh membicarakan mengenai berbagai hal termasuk Yugyeom. Topik utama yang selalu menjadi bahan pembicaraan mereka.

"Jadi, anak itu masih di Busan?" tanya Jungkook yang dibalas anggukan oleh Bambam. "Padahal aku sudah bilang padanya kalau hari ini dia sudah harus disini. Memangnya dia tidak lelah? Besok kita harus mengikuti acara wisuda kan? Setelah itu juga harus langsung ke Busan karena pernikahannya lusa besok. Ya Tuhan..."

Bambam terkikik melihat wajah Jungkook yang tiba-tiba memerah padam.

"Hei... Santai saja. Acara pernikahan itu tidak seburuk itu" Bambam menepuk bahu Jungkook.

"Iya tidak buruk, tapi Yugyeom bilang... Err... Mingyu..."

Bambam kembali terkikik. "Astaga~ Dia pasti mengatakan hal yang tidak tidak padamu. Aish... Kalau bertemu nanti akan kucubit dia untukmu"

"Apa aku tidak datang saja ya saat acara pernikahan nanti?"

Wajah Bambam berubah panik. "Hei! Jangan! Nanti kalau Yugyeom dibunuh Mingyu bagaimana?"

"Jadi kau hanya simpati pada Yugyeom saja? Padaku tidak?"

Bambam tergelak dengan sebelah tangan bergerak merangkul Jungkook. "Astaga... Bukan begitu. Kau sensitif sekali" Bambam mencubit pipi tembam Jungkook. "Oh iya, apa berat badanmu naik? Kurasa kau semakin chubby"

Jungkook menghentikan langkahnya. Membuat Bambam yang masih merangkulnya otomatis ikut menghentikan langkah juga.

"Benarkah?" tanya Jungkook. "Huwaa~ Bagaimana ini? Kalau tuxedoku tidak muat bagaimana? Ibuku dan ibu Mingyu sudah susah payah mencarikan tuxedo yang cocok untukku. Bagaimana ini?"

Bambam tertawa melihat tingkah Jungkook. Bagaimana bisa pemuda yang seumuran dengannya ini bertingkah seperti anak kecil begini? Benar-benar menggemaskan!

Tapi mungkin memang ada sesuatu yang salah dengan pemuda Jeon ini. Karena setahu Bambam, pemuda Jeon ini tidak seperti ini.

"Hei! Aku bercanda! Tubuhmu masih bagus. Jangan khawatir" Bambam kembali menepuk bahu Jungkook. "Ayo pergi! Aku sudah ditunggu"

Mereka pun kembali melanjutkan obrolan mereka sambil berjalan menuju sekolah Jungkook, Yugyeom dan Mingyu di masa lalu.

.

.

.

TBC

.

.

.

Karena di ff Last pada minta sequel, jadi saya buatin sequelnya hehe...

Maaf klo ini pendek. Lagi suntuk, jadi ga bisa buat lebih panjang :')

See ya on next chap~