"Sehun!"
Namja berparas tampan terkadang cantik disaat yang bersamaan itu menoleh. Ia menutup bukunya dan menyimpannya kedalam tas. Ia tersenyum samar saat pria berparas manis yang memanggilnya itu duduk di depannya.
"Mwo?" Sehun bertanya penasaran. Tidak biasanya sang sahabat—Baekhyun—yang sudah dianggapnya kakak itu menghampiri gedung kampusnya. Baekhyun meraih minuman Sehun dan meneguknya sekali sebelum menjawab pertanyaan Sehun.
"Tadi, Chanyeol menghubungiku! Katanya, baju-baju di toko kita akan digunakan seorang aktor dari China untuk pemotretan dan juga iklan. Kau tahu? Aku langsung berlari kemari. Katanya aktornya sangat terkenal hingga mancanegara." Berbeda dengan ekspresi Baekhyun yang terlihat sangat bahagia, Sehun hanya diam tersenyum samar.
Dia, Baekhyun dan Chanyeol membangun sebuah toko pakaian yang mereka desain sendiri dan jahit sendiri pakaiannya. Kualitas pakaian mereka memang bukan kualitas murahan, mereka terkadang harus mengimpor bahan dari luar jika stok di dalam negeri sedang habis. Toko pakaian mereka sudah mempunyai tiga cabang setelah peresmiannya tiga tahun yang lalu. Dan mendengar berita Baekhyun, sepertinya toko mereka akan menambah cabang lagi setelah ini.
"Ekspresimu biasa sekali." Baekhyun mencibir.
"Aniyo hyung, aku hanya suka melihat hyung terlihat sangat senang." Baekhyun langsung membenarkan poninya agar terlihat lebih keren. Ia tersenyum manis ke arah Sehun. "Kau ini selalu saja bisa membuatku melayang."
Sehun terkekeh kecil. "Tapi Chanyeol hyung jauh lebih baik."
Wajah Baekhyun langsung merona samar. Ia berdehem salah tingkah. Baekhyun dengan gelagapan meraih botol minum Sehun kembali dan meminumnya. Cup—Baekhyun menyempatkan mencium pipi Sehun sebelum beranjak meninggalkan area kampus Sehun.
"Sampai jumpa di toko."
Sehun mengangguk samar kemudian melambai. Ia ikut membereskan tasnya kemudian beranjak dari taman depan kelasnya. Brugh—Seorang mahasiswa tanpa sengaja menubruk Sehun. Mahasiswa itu membungkuk sejenak kemudian berlari kembali. Sehun menghela nafas pelan. Ia kembali melanjutkan langkahnya namun terhenti. Sehun menyingkirkan kakinya yang sepertinya menginjak sesuatu.
"Astaga!"
Sehun memekik pelan.
Di dalam sebuah ruangan berukuran 10 kali meter persegi itu terdengar suara kamera dan juga seorang namja yang tengah berpose memperlihatkan wajahnya yang tampak kharismatik. Tampan dan juga terlihat sangat keren.
"Okay, terima kasih Kris. Kau memang model yang sangat tampan." Sang photografer memuji hasil gambarnya. Sementara pria lainnya yang ada didalam sana membawakan mantel untuk artisnya. Kris melakukan pemotretan tanpa menggunkan pakain atas membuatnya terlihat sangat eksotis.
Kris tersenyum samar kemudian berjalan keluar ruangan sambil mengancingkan mantelnya. "Apa sudah ada konfirmasi dari sana?"
Sang manajer mengangguk, "Mereka sudah menemukan produk yang cocok untuk kau pakai iklan dan pemotretan majalah. Lusa kita akan berangkat."
Kris menghentikan langkah membuat sang manajer ikut berhenti berjalan. "Secepat itu?" Sebelah alis Kris terangkat ke atas. "Kita mempercepat keberangkatan. Bukankah kau ingin menikmati hari libur. Tanpa fans dan media."
Senyum Kris terukir tipis. Ia kembali melanjutkan langkah.
SARANGHAE VER 4
Cast : Oh Sehun, Kris, Chanyeol, Baekhyun, Etc.
Genre : Drama/Romance
Pairing : KrisHun
.
Happy Reading ^_^
.
.
Chapter 1
"Eottokeh? Apa masih bisa diperbaiki."
Namja parubaya itu mengangkat wajahnya menatap Sehun. "Bisa. Hanya saja membutuhkan waktu yang lama. Aku punya banyak tugas."
Sehun mengangguk semangat, "Gwaenchana. Asalkan itu bisa diperbaiki. Kira-kira kapan aku mengambilnya?" Kalung pemberian dari seseorang yang istemewa baginya terjatuh karena tubrukan mahasiswa yang menabraknya di kampus. Bando berbentuk persegi enam dengan huruf 'X' yang menghubungkan sudut bawah dan atas terbelah menjadi dua. Maklum saja, bandonya terbuat dari kayu.
"Minggu depan."
Sehun kembali menghembuskan nafasnya. "Aku akan kembali minggu depan. Tolonglah paman? Kalung itu sangat berharga bagiku."
"Aku mengerti anak muda. Aku akan berusaha membuatnya kembali seperti semula."
Terhitung hingga saat ini. Sudah 7 tahun lamanya. Kris selalu menyempatkan untuk datang ke Korea walau hanya sekali setahun. Entah apa yang dicarinya, Kris hanya merasa akan menemukan sesuatu yang dicarinya itu di Korea. Walau, pada kenyataannya ia belum juga menemukan sesuatu itu.
Kris tiba dengan pesawat umum tanpa media dan fans yang mengetahuinya di Korea pukul 3 sore waktu setempat. Ia sudah mengumpulkan banyak informasi sebelum ke Korea. Dan karena itulah, saat ini Kris sedang berdiri didepan sebuah rumah minimalis yang ada di pemukiman sepi penduduk di daerah Gwangju.
"Wu Shixhun? Anda benar-benar tidak tahu?"
Manajer Kris kembali bertanya saat yeoja parubaya yang ditemui mereka itu terus menyangkal dengan raut wajah bingung.
"Tidak ada yang namanya Wu Shi—"
"Shixhun! Ahjumma!" Sang manajer kembali memperjelas. Ia memang cukup pandai berbahasa korea. Kris yang memintanya belajar bahasa itu. Mungkin inilah salah satu alasannya.
"Benar tidak ada. Tidak ada anak muda yang bernama seperti itu di sini."
Kris menghela nafas panjang. Pandangannya teralih ke arah sang manajer memberinya kode untuk segera pergi. Seseorang yang dicarinya tidak ada di sini. Dan ia tidak ingin berlama-lama di tempat seperti ini. Walau tergolong sepi, tidak ada kemungkinan yang menjamin kalau tidak ada fans yang melihatnya.
"Kalau begitu terima kasih ahjumma. Selamat tinggal."
Mobil sedan hitam milik Kris melaju pergi bersamaan dengan datangnya mobil audi putih yang terparkir tepat di tempat Kris memarkirkan mobilnya sebelumnya. Seorang namja berkulit putih yang selaras dengan kemeja keluar dan menghampiri rumah minimalis bercat coklat tidak jauh dari tempatnya.
"Eoh Sehun? Kau kah itu Nak?"
Sehun tersenyum kemudian merentangkan kedua tangannya lalu memeluk wanita parubaya yang sudah dianggapnya seperti ibu itu. Sehun adalah anak yatim piatu, tentu saja ia sangat haus akan kasih sayang.
"Masuklah. Aku akan membuatkan bubur hangat untukmu."
Sehun menggeleng, "Eopseo, aku hanya mampir sebentar karena merindukan bibi'. Aku ada kerjaan selama beberapa hari di Pulau Jeju nanti. Jadi, aku ingin meminta maaf karena tidak bisa menemani bibi' minggu depan ke makam paman."
Sang bibi' tersenyum maklum. Ia mengusap wajah Sehun yang tengah membungkuk padanya. "Gwaenchana, tapi kau harus menjaga kesehatanmu. Kau semakin kurus saja." Komentar sang bibi'.
"Oh iya?" Sang bibi' berbalik menghadap Sehun kembali.
"Mwo?"
"Beberapa menit yang lalu ada dua orang pria. Yang satu sangat tampan dan tinggi, lalu yang satunya lagi terlihat sedikit lebih tua."
"Ada apa? Bibi' punya hutang?"
Sang bibi' berdecak kesal. Ia sudah meninggalkan kebiasaan itu semenjak Sehun yang terus saja membayar hutangnya pada bank. Ia tidak ingin merepotkan keponakan satu-satunya itu. "Aniya, mereka mencari seroang yang bernama Wu Shi—"
"Aisshh. Wu Shix—hun. Benar namanya seperti itu, sepertinya aku harus mulai belajar mengingat nama. Benar—"
"Eh Sehun?"
Sehun berlari sejauh mungkin. Pikirannya buyar dan akalnya seolah menyuruhnya terus berlari menyusuri jalan entah mengejar apa. Mendengar nama lainnya di sebut mengingatkannya pada seseorang jauh di sana. Apa orang itu datang mencarinya? Tapi kenapa baru sekarang? Disaat ia mulai melupakan semuanya. Disaat ia sudah menghancurkan harapan-harapannya.
Hah—Sehun berhenti di ujung trotoar. Ia sudah tidak sanggup berlari lagi. Dadanya sesak seolah organ paru-parunya menyempit. Sehun menyenderkan tubuhnya di pinggir tiang lampu jalan. Pandangannya mengabur dan setetes liquid bening jatuh dari pelupuknya.
"Gege!"
Sehun mengabaikan tatapan-tatapan aneh yang tertuju padanya. Sesaat ia memang menjadi pusat perhatian. Sehun mulai meluruhkan tubuhnya berlutut di trotoar jalan. Bibirnya terus bergumam nama panggilan yang sama.
"Gege!"
"Sehun kau sakit?"
Baekhyun menghentikan kegiatannya merapikan baju di toko mereka yang baru saja datang dari pabrik. Mereka memang punya pabrik kecil sendiri. Desain baju mereka yang membuat dan pegawai pabrik yang akan membuatnya menjadi banyak, hanya sekitar 10 sampai 20 per jenis desain.
Sehun menggeleng pelan. Kepalanya berdenyut pusing dan tubuhnya terasa lemas. "Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah."
"Kalau begitu kau istirahat saja. Biar aku yang membereskan semuanya."
Sehun menghembuskan nafasnya kemudian mengangguk pelan. Ia sepertinya tidak bisa memaksakan dirinya. Sehun memilih berjalan menuju sofa panjang yang berada di dekat dinding. Ia langsung membaringkan tubuhnya mencari kenyamanan.
"Aku datang."
Tidak adanya jawaban sambutan, Chanyeol langsung mengedarkan pandangannya ke segala penjuru toko mendapati Baekhyun yang tengah sibuk menata baju dengan headset terpasang di telinganya. Chanyeol berdecak, pantas saja Baekhyun tidak mendengarnya. Lalu Chanyeol kembali mengedarkan pandangannya mendapati Sehun yang tengah berbaring di atas sofa. Tanpa banyak berfikir, Chanyeol langsung menghampiri Sehun dengan dua kantung makanan di tangannya.
"Hey! Kau baik-baik saja?"
Sehun membuka matanya perlahan saat merasakan seseorang tengah duduk di sampingnya. Ia tersenyum lemah mendapati Chanyeol. "Aku baik-baik saja." Sehun menjawab serak hampir tidak bersuara saat Chanyeol memeriksa keningnya.
Baekhyun yang baru menyadari kehadiran Chanyeol hanya bisa menggeleng pelan. Ia tahu bagaimana over protectivnya Chanyeol terhadap adik kesayangan mereka itu. Sebentar lagi ia pasti akan mendengar petuah-petuah Chanyeol.
"Kau ini. Badanmu panas seperti ini dan kau malah bilang baik-baik saja. Memangnya apa yang sudah kau lakukan eoh? Kau pasti lembur lagi mengerjakan tugas. Sudah kukatakan beberapa kali jangan memaksakan diri. Lihatlah, badanmu jadi panas." See! Baekhyun kembali memasang headset miliknya yang sempat ia lepas sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Sudah kubilang aku baik-baik saja hyung. Aku hanya ingin tidur."
Chanyeol bersidekap dada. Ia beranjak menuju dapur kecil mereka yang berada di belakang untuk membuat teh. Jika, sudah menyangkut Sehun, Chanyeol tidak akan bisa di bantah. Bahkan, dengan Baekhyun sekalipun.
Sehun melirik Baekhyun kemudian mendesah. Ia memilih kembali menutup matanya sedang tidak ingin mendengar petuah-petuah Chanyeol sekarang. Kepalanya terus saja berdenyut pusing dan ia butuh ketenangan bukannya omelan-omelan yang sudah didengarnya beribu-ribu kali.
Malam hari sebelum keberangkatannya ke Pulau Jeju untuk pemotretan, Kris memilih berjalan-jalan di tengah malam di pinggiran sungai Han. Tidak ada orang, dan Kris menyukainya. Walau harus menahan dingin, setidaknya ia bisa bebas sejenak dari kerumunan fans ataupun paparazi.
"Aku tahu hyung, aku akan segera pulang. Kalian tenang saja. Aku sudah baik-baik saja."
Kris reflek mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang ternyata ada bersamanya di sana, sendirian. Kris tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tertutupi tudung. Yang Kris tahu, orang yang tengah berdiri tidak jauh darinya itu adalah seorang namja.
Kris bukan orang yang gampang tertarik pada suatu hal. Seharusnya ia mengalihkan pandangannya lalu kembali menikmati kesunyian malam yang menjadi kebebasannya dan ketenangannya dari rutinitasnya selama ini. Tapi kenapa? Kenapa ia tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari namja itu. Apa yang menarik dari namja bertudung jaket hitam dan celana jeans itu.
Beberapa menit Kris bertahan memandangi namja itu hingga namja itu ikut mengalihkan perhatiannya menatap Kris. Cahaya temaram lampu pinggiran sungai Han membuat Kris bisa melihat wajah namja itu lebih jelas. Namja itu mengerinyit sejenak menatap Kris sebelum berjalan mendekati Kris. Namun bukannya takut, Kris malah semakin menatap dalam namja itu.
Namja itu berhenti sejenak di dekat Kris sebelum melangkah menjauh. Seperti waktu berhenti sejenak, Kris merasa kalau jantungnya ikut berhenti sejenak. Kris berbalik lalu mengejar namja itu. Namun sayang, namja itu sudah menghilang dari pandangannya. Seperti sebuah ilusi, namja itu menghilang sekejap dalam pandangan Kris.
"Shixhun?"
One week later...
4.00 KST. At Jeju Island.
Hembusan angin dari laut langsung menyapa kedatangan Sehun dan Baekhyun juga beberapa karyawan toko yang diajaknya. Chanyeol sendiri sedang pergi menemui pihak iklan dan majalah yang akan menggunakan produk mereka. Mungkin juga dengan aktor china yang menjadi modelnya. Sehun hanya bisa menatap sendu Baekhyun yang tengah mengkoordinir karyawan, sementara dirinya hanya duduk di bagian belakang mobil counter memperhatikan. Entah jimat atau apapun itu, semenjak kalungnya patah dan belum selesai diperbaiki, Sehun merasa tubuhnya lemas dan tidak berdaya.
Tidak! Mana mungkin ada yang seperti itu. Mungkin memang hanya kesehatannya saja yang sedang terganggu.
"Okay! Kalian bisa pergi ke kamar masing-masing dan sampai jumpa besok."
Hap—Sehun turun dari mobil counter setelah pekerjaan mereka selesai memindahkan barang. Ia mendekati Baekhyun yang juga berjalan kearahnya untuk memapah tubuhnya. Ukh—andai ia tahu kalau badannya tidak bisa di ajak berkompromi seperti ini, ia akan memilih tinggal di Seoul saja.
"Maafkan aku hyung, aku hanya merepotkanmu." Ucapan Sehun langsung mendapatkan jitakan pelan dari Baekhyun. "Aku tahu kau memaksakan diri. Tapi, aku juga tahu kalau kau sangat ingin liburan kan? Makanya, aku memaksa Chanyeol untuk membawamu. Lagipula, kau sama sekali tidak mau mendengar kami."
Chanyeol dan Baekhyun itu sebelas-dua belas, mereka sama-sama cerewet kalau sudah menyangkut kesehatan Sehun. Dan sekarang Sehun tahu kenapa Chanyeol tetap membiarkannya ikut, itu semua karena Baekhyun. Terima kasih kepada Baekhyun yang sudah mampu meluluhkan kekerasan kepala seorang Park Chanyeol dengan tetap membiarkan Oh Sehun yang tengah sakit ini ikut dalam pekerjaan mereka.
"Nanti malam kita akan makan malam dengan para staf. Kau mau aku membangunkanmu?"
Sehun menggeleng. Ia hanya butuh istirahat total sebelum memulai pekerjaan mereka besok. Lagipula ia sudah sangat kenyang direcoki banyak obat dan juga roti saat perjalanan dari bandara menuju hotel.
"Aku hanya butuh istirhat hyung."
Pagi harinya Sehun terbangun dengan kondisi yang lebih baik. Wajahnya pun tampak lebih segar. Dengan balutan kemeja lengan pendek, celana pendek dengan warna putih juga topi bundar yang cuma ia kalungkan di leher bagian belakang, Sehun membantu mengatur pakaian yang akan mereka gunakan untuk pemotretan pagi harinya.
"Dia siapa?"
Setahu Kris, hanya ada dua desainer yang berkenalan dengannya semalam. Lalu siapa namja berkulit seputih susu itu. Sang manajer yang tengah sibuk membaca jadwal Kris mengangkat wajahnya lalu menatap ke arah Kris memandang.
"Eoh? Sepertinya itu teman Chanyeol dan Baekhyun. Aku belum tahu namanya, katanya semalam dia ti—"
"Shixhun?"
Kris tanpa sadar melangkah mendekati namja berkulit putih itu saat ia melihat wajah namja itu dengan jelas. Tinggal beberapa langkah lagi Kris sampai di depan namja itu. Namun, langkah Kris terhenti.
"Sehun! Kau sudah baik-baik saja?"
"Sehun?" Kris bergumam pelan.
Sehun tersenyum kemudian mengangguk pelan. "Eoh Kris? Kenalkan ini adik kami. Oh Sehun." Sehun yang baru menyadari kehadiran orang lain di antara mereka ikut menoleh. Ia tersenyum kemudian membungkuk hormat sejenak.
"Annyeong haseyo, Oh Sehun imnida." Kris terdiam menelisik Sehun dari bawah hingga ke atas sebelum sebuah gelengan kepala pelan ia tunjukkan.
"Kris."
Singkat dan jelas. Setelah menyebutkan namanya, Kris pun melangkah pergi meninggalkan Sehun dan Baekhyun yang saling menatap bingung dengan sikap Kris.
To be Contiuned
