Our Samurai
By Amaterasu Kyuu
Prolog
Peperangan menghancurkan semua..
Impian..
Kebahagiaan..
Kebersamaan…
.
.
Membawa bencana..
Menjatuhkan setiap jiwa didalam kegelapan.
Saat jiwa yang masih butuh perlindungan kehilangan semuanya.
Menyeret mereka dalam kegelapan.
Kesedihan yang begitu memilukan.
.
.
Bertahun-tahun mereka berjuang untuk menjadi kuat…
Berjuang untuk kembali memperoleh semua yang telah hilang akibat peperangan.
Mereka korban dari peperangan itu.
Bersama untuk menjadi kuat.
.
.
Tapi saat salah satu dari mereka memilih jalan yang berlawanan dengan yang lain.
Membawa sebuah perpecahan yang diantara mereka.
Sebuah kesetiaan telah diuji.
Antara dendam dan juga persahabatan.
.
.
.
Api.
Api berkobar di sebuah malam yang disinari bulan. Menjilat sang bulan dengan segala kemarahannya. Membinasakan semua bangunan yang terbuat dari kayu. Puing-puing bangunan yang telah menjadi arang berserakkan hampir diseluruh penjuru desa, sebuah desa tempat dimana para samurai berbakat terlahir. Desa Konohagakure.
Ratusan samurai menyerbu desa Konohagakure, membunuh semuanya— dari yang tua sampai yang baru saja menghirup nafas. Mereka membunuh semuanya dengan membabibuta. Tak ada perlawanan yang berarti sebab pelindung mereka tengah bertarung menantang sang penguasa yang terus saja mengusik ketenangan mereka.
Semua musnah.
.
.
.
"Yosh!! Akhirnya kita pulang!!" teriak seorang anak kecil berambut pirang dengan semangat. Ya, segerombolan anak pagi ini berniat akan kembali ke desa setelah acara kemah di dalam hutan. Mereka memang sering melakukannya.
"Bersabarlah Naruto," kata seorang gadis kecil bermata hijau emerald.
"Ah—Sakura-chan!! Kita sudah satu minggu pergi dari rumah, eh? Aku rindu ingin memeluk ayah dan ibuku," kata Naruto kecil ceria.
"Aku tidak menyangka anak bodoh sepertimu adalah anak seorang Hokage," kata Sasuke. Ia mengendong ransel yang penuh dengan barang.
"Huh, dasar Uchiha sombong. Mentang-mentang kau calon samurai yang diharapkan. Itu semua karena klanmu bodoh!" teriak Naruto tak mau kalah.
"Sudahlah Naruto, sebaiknya kau menyimpan tenagamu untuk perjalanan yang kurang setengah hari lagi," relai Sakura.
"Sakura-chan selalu saja Teme yang dibela," keluh Naruto.
"Maaf, tapi itu karena Naruto terlalu banyak bicara," kata Sakura jujur—teramat jujur.
Sasuke menyeringai.
.
.
.
"A-apaan ini?"
"…"
"Apa.. yang terjadi?"
.
.
.
"AYAH!!! IBU!!!"
Naruto berlari menuju rumahnya.
Berlari dan terus berlari.
Saat ia sampai didepan rumahnya lututnya terasa melemas.
Semua telah musnah…
…hancur.
"TIDAK!!!!"
.
.
.
"Kita harus bertahan, mulai semua dari awal," kata Sasuke mencoba menasihati kedua temannya yang tengah menangis—berusaha menyembunyikan kesedihannya sendiri.
Apa yang bisa dilakuakan oleh bocah-bocah berusia sepuluh tahun tanpa siapapun.
.
.
.
"Aku ingin menjadi samurai,"
"Aku juga.."
"…"
"Bagaimana denganmu Sakura-chan?"
.
.
.
Review please?
