TREASON
Aku mengusap lelehan air mata yang tak kunjung berhenti. Entah sudah berapa lama aku berdiam diri dikamar ini, menantikan dia akan pulang dan memberiku kabar yang sangat kutunggu-tunggu. Namun, nihil. Semua angan-anganku tentangnya hanyalah kebodohan semata. Semua memori yang selama ini kita lukis bersama hanyalah sampah yang tak berguna, seolah aku hanya bermimpi selama bertahun-tahun ini. Kuusap lagi mataku yang sudah menggemuk karena terlalu banyak menangis, mencoba tersenyum menghadapi kenyataan yang ada.
Hari ini adalah puncaknya. Hari yang benar-benar ingin kuhapus dari dunia ini. Hari dimana semua kenangan seolah hanyalah goresan kecil dalam hatinya. 13 Desember 2014.
Apa dia sudah lupa janji kita selama ini? Sebuah berita yang muncul beberapa bulan lalu membuat hatiku tersayat dan tak ada sepatah katapun keluar dari bibirnya? Teganya dia!
Aku hanya bisa tersenyum kecut. Memandang pantulan wajahku dari cermin yang ada dihadapanku, miris. Kudekap boneka kelincinya erat, seolah pemiliknyalah yang berada dalam pelukanku saat ini. Tak henti-hentinya membayangkan wajah polosnya itu sekarang sedang menatap wanita yang berdiri bersamanya dialtar gereja. Sakit sekali. Sakit…
"Jangan pernah meninggalkanku Kyu. Percayalah padaku."
Seketika memori saat dia menyuruhku untuk selalu mempercayainya terlintas didalam otakku. Cih. Bohong! Kau sendiri yang meninggalkanku, Hyung! Ingin sekali aku muncul di pernikahannya saat ini dan menariknya keluar dari gereja, tak peduli apa kata orang-orang. Namun satu kalimatnya yang mengurungkan hatiku untuk melakukannya.
"Lupakan aku Kyu. Aku sudah bahagia dengan dia. Jangan kau rusak kebahagiaanku. Aku mohon.."
Kau bodoh Lee Sungmin, kau sangat bodoh! Aku tak akan pernah bisa melupakanmu. Tak peduli apa katamu, aku akan tetap mencintaimu. Kau tak ingat janji kita berdua untuk saling menjaga selamanya? Aku tak akan pernah menghapusmu dari dalam pikiran dan hatiku. Tak akan pernah…
Kulempar cermin dihadapanku kesembarang arah, aku muak memandang wajahku yang sudah tak berbentuk ini. Kesedihan mendalam yang kurasakan ini tak akan pernah bisa sembuh sampai kapanpun. Aku mencoba berdiri dengan boneka kelincinya masih didalam dekapanku. Kupandang jendala kamar yang tak jauh dari penglihatanku. Perlahan kulangkahkan kakiku mendekati jendela dimana banyak jejeran botol wine kesukaan kami berdua. Kuhirup dalam-dalam angin yang perlahan masuk kedalam ruangan ini. Sangat tenang. Damai. Kuingat-ingat lagi kenangan indah yang terekam dalam otakku. Tak sadar aku tersenyum kecil mengingat sifat kekanak-kanakannya itu. Hembusan angin seolah tahu kesedihanku saat ini, ia membiarkanku terus menghirupnya, merasakan kedamaian yang tercipta.
"Selamat tinggal Lee Sungmin. Aku, Cho Kyuhyun, akan selalu mencintaimu…"
BRAAAKKK
Terima kasih sudah membaca curahan hati saya :)
©HAN18
