Cinta

Ia akan selalu ingat betapa menyakitkannya jatuh cinta kepada gadis yang mencintai orang lain. Ia selalu ingat bahwa gadis itu tidak mencintainya, tapi gadis itu miliknya. Dan ia tidak akan melepaskannya. NetherNesia; AussieNesia


Netherlands menyukai banyak hal dalam hubungannya dengan Indie.

Ia suka cara Indie tersenyum saat mentari pagi bersinar, ia suka cara Indie bangun lebih cepat darinya untuk pergi ke sawah yang sangat disukai gadis itu, ia suka mendengar Indie menyanyi saat ia sedang membersihkan rumah, ia suka mendengar cara Indie tertawa- walau kadang hal itu tak pernah lagi didengarnya.

Mungkin pernah ada masa dimana ia hanya menganggap Indie sebagai pengganti Belgie. Walau dengan warna kulit, cara bicara, dan sifat mereka yang berbeda, Netherlands bersumpah dia tidak akan pernah membiarkan Spain atau siapapun mengambil Indie seperti mereka mengambil Belgie. Tetapi hari-hari itu telah lampau.

Setelah Indie beranjak dewasa 320 tahun setelah Netherlands tinggal bersamanya, ia mengerti bahwa keposesifannya ini tidaklah sama dengan apa yang rasakan terhadap Belgie dan Luxembourg. Ia telah jatuh cinta. Kepada negara yang telah ia jajah bagai sapi perah, tetapi masih tersenyum saat melihatnya. Mungkin banyak orang yang bilang bahwa Indie bodoh- tapi Netherlands tahu hal yang sebenarnya. Indie- Dutch East Indische yang tercinta - tidaklah bodoh. Bahkan, Indie adalah bangsa yang paling brilian yang pernah dilihat Netherlands. Dengan budayanya yang tersebar dimana-mana, ada satu hal yang menjadi karakter terdalam yang ada dalam diri Indie.

Indie adalah orang yang baik, bahkan ke musuh-musuhnya.

Bahkan ke Netherlands, yang telah mengambil terlalu banyak dan memberi terlalu sedikit kepada gadis manis bermata cokelat itu. Pada saat itu, Netherlands yakin bahwa tidak ada yang bisa memisahkannya dari Indie...

Tentu saja, semua ini terjadi sebelum ia bertemu dengan Australia.

Mereka pertama kali bertemu pada saat Netherlands dan Inggris mengadakan konferensi, dan mempertemukan jajahan-jajahan mereka. Pria dengan mata hijau, rambut pirang, dan alis tebal itu tersenyum licik saat ia memperkenalkan jajahannya yang berambut cokelat.

"Nama anak ini adalah Australia."

Netherlands tidak peduli. Lagipula, untuk apa dia peduli tentang jajahan Inggris yang berada di lau antah-berantah itu? Tapi, hal yang sama tidaklah dipikirkan oleh Indie, yang bergetar sangat hebat didepannya.

"Y-Yolngu...?" Tanyanya, suaranya bergoyang tak yakin dan penuh kesedihan. Netherlands terdiam. Tentu saja, dengan sejarah sepanjang Indie, ia pasti memiliki relasi yang Netherlands tidak ketahui. Walaupun bukan berarti ia menyukai hal itu, tetapi ia bisa hidup hanya dengan pikiran Indie-nya yang manis memiliki teman selain dirinya.

"Kau siapa?" Jajahan Inggris bertanya pelan, sorot matanya kosong dan dingin. "Namaku Australia, bukan Yolngu." Getaran tubuh Indie terlihat semakin kencang, tetapi ia menjulurkan tangannya ke arah bangsa jajahan Inggris itu. "Yolngu... ini aku! Makassar!" Cobanya lagi. Netherlands bisa melihat senyum miring Inggris yang terlihat licik saat jajahannya kembali menggelengkan kepala dan menanyakan Indie pertanyaan yang sama dengan sebelumnya.

Indie menangis sangat kencang, ia membenamkan wajahnya ke kedua tangannya. Netherlands menyentuh bahunya- mencengkram bahunya dengan erat. Mata hijau pucatnya bertemu dengan mata hijau terang milik Inggris. "S-salam kenal..." Ucap Indie dengan terbata-bata. Ia melihat ke arah Australia dengan ekspresi yang tak pernah dilihat Netherlands sebelumnya. Kerinduan, cinta, kesedihan, dan keputus-asaan mewarnai wajah cantik Indie saat ia menyunggingkan senyum palsu yang begitu manis. "Salam kenal, A-Australia."

Netherlands menarik Indie kepelukannya dan mendekapnya dengan erat. Posesif. Ia tidak mau melepaskannya. "Nama gadis ini bukan Makassar," ucapnya tajam. "Namanya Dutch East Indische, dia milikku." Australia mungkin tidak mengerti, tetapi Netherlands benar-benar menyuarakan semua kegelisahannya dalam satu kalimat itu.

Ya, Indie bukanlah Makassar. Atau Nusantara. Indie adalah Indie, jajahannya yang manis.

Australia tidak tersenyum, atau bahkan mengeluarkan ekspresi apapun. Tapi Netherlands bersumpah ia melihat sorot mata sedih yang dilontarkan Australia kepada Indie yang sedang menangis.


Netherlands menyukai banyak hal tentang Indie.

Ia suka cara Indie akan beridiri diam di depan lautan biru yang dulu adalah tempat kesukaannya untuk bermain, ia suka cara mata Indie akan terpejam saat ia melihat perahu-perahu Makassar yang berlayar, ia suka cara Indie melukis diatas pasir tentang kenagan-kenangannya bersama Yolngu-nya yang tercinta, dan diatas segalanya, ia juga suka cara Indie melampiaskan cintanya ke Yolngu kepada dirinya.

Indie bukanlah gadis kecil lagi. Ia tumbuh besar menjadi wanita yang cantik. Ia tidak lagi terbalut dengan pakaian-pakaian suku adat rakyatnya. Sekarang ia menggunakan pakaian militer berwarna cokelat- hampir mirip dengan Netherlands. Indie bukanlah gadis kecil yang butuh cerita dongeng lagi seperti sebelumnya. Indie adalah temannya dalam membicarakan politik, temannya dalam merokok, temannya dalam segala hal kecuali temannya yang sama-sama merdeka.

Tetapi pada saat ini, Netherlands benar-benar mengira bahwa Indie sudah tidak peduli. Dengan negaranya, dengan hidupnya, atau dengan apapun. Netherlands bahkan sempat berpikir, sedalam itukah cinta Indie terhadap Yolngu? Kalau iya, Netherlands jadi iri karenanya.

Pada konferensi-konferensi mendatang, Indie akan tersenyum dingin ke Inggris dan bangsa jajahannya. Ia akan berbicara seperlunya, dan akan terlihat seperlunya. Ia pernah mencoba bicara secara personal dengan Australia, tetapi hari itu berakhir dengan Indie menangis di dalam pelukan erat Netherlands setelah malam yang penuh gairah.

Netherlands bahkan tidak peduli pada saat Indie berteriak nama 'Yolngu' dengan saat kencang pada saat mereka sedang bercinta. Netherlands bahkan tidak peduli saat Indie benar-benar membenci dirinya sendiri karena telah melakukan hal sekotor ini. Netherlands juga tidak peduli dengan lukisan perahu Makassar dan gambar Yolngu yang terampang sangat besar di dalam kamar Indie. Netherlands tidak peduli... selama Indie masih berada dipelukannya.

Mungkin hubungannya dengan Indie sekarang bisa dibilang kotor dan menjijikan. Indie tidak mencintainya dan Netherlands tahu itu lebih dari siapapun. Tapi Netherlands mencintainya, dan Indie selalu ada dalam dekapannya.

Netherlands mengerti lebih dari siapapun rasa sakitnya mencintai gadis yang tidak mencintainya. Ia akan selalu ingat betapa perihnya melihat cintanya mendamba pria lain yang takkan pernah digapainya. Ia bisa melihat Indie, Indie-nya yang manis, mencoba menggapai bangsa yang telah dimangsa Inggris. Ia bisa melihat Indie berlari, hanya untuk terjatuh kembali tanpa dilihat Yolngu-nya tercinta. Tetapi tak apa, karena ia akan kembali ke pelukan Netherlands.

Sang negara bunga tulip itu tersenyum saat ia melihat Indie memasuki ruangan hanya terbalut dengan handuknya. "Lagi-lagi kau terlambat." Sapanya ringan. Indie tersenyum amat manis ke arahnya. "Maaf ya." Tetapi ia tidak mendengar setitikpun rasa bersalah dari gadis berkulit sawo matang itu. Tak apa. Tak apa.

"Waktu adalah uang, Indie sayang." Netherlands menyentuh wajahnya yang kering terkena terik matahari. Indie hanya tersenyum. "Sepertinya hal itu tidak terwariskan untukku." Ia menjawab ringan, masih dengan senyumannya yang terlalu manis.

Netherlands memeluknya dengan erat dan berbisik dengan pelan. "Ik hou van jou, Indische. Aku mencintaimu." Ia dapat merasakan tubuh Indie menegang dibawah pelukannya. Seperti biasa. Indie selalu menegang setiap kali Netherlands menyatakan perasaannya.

"Y-Ya..." Suara Indie bergetar. Tapi, tentu saja, Netherlands tidak peduli. "Aku tahu."

Aku tahu. Bukan aku juga.

"Tentu, tentu..." Tangan Netherlands menuju ke bawah, ke lilitan handuk Indie dan melepaskannya dari tubuh cokelat bak dewi tersebut. "Aku tahu kau mencintai Yolngu... aku tahu..." Bibirnya mengecup pelipis Indie, lalu turun ke pipinya, rahangnya, lehernya, tulang lehernya, lalu ke payudara dan pinggangnya. "Tapi aku mencintaimu, Indie. Mijn Indische..."

Mungkin saat kau sudah mencintai orang sebesar Netherlands mencintai Indie, kau akan belajar untuk membutakan dirimu pada kenyataan. Selama orang yang kau cintai berada di dalam pelukanmu, bukankah kau tidak akan melepaskannya? Tidak peduli bahwa orang itu mencintaimu atau orang lain, kau pasti tidak akan mau melepaskannya.

Sama seperti Netherlands.


Next:

Australia selalu bertanya-tanya apakah ada orang yang mencintai dan merindukan dirinya yang hanyalah tahanan dari Inggris Raya. Pada saat itu, ia bertemu dengan Dutch East Indies yang selalu membuatnya merasa kehilangan sesuatu yang sangat penting.


Kalau ada yang review, aku bakal jungkir balik sangking senengnya XDDD

Dan ini ter-inspire banget sama Maaf-nya dinosaurusgede :D