First fic in this fandom. Halo, minna! Salam kenal. ^^
Please enjoy this story, minna!
Pain
Disclaimer : Kuroshitsuji © Yana Toboso
Rated : T
Genre : Poetry/Angst
Pairing(s) : -
WARNING : typo(s), OOC, drabble, double fiction
Summary : Ia muak; dengan uang yang dianggap bisa membeli segalanya, dengan dirinya yang telah kotor, dengan dirinya yang sudah tak lagi berharga.
Alois Trancy membenci semua yang ada dalam hidupnya—dirinya, orang-orang di sekitarnya, keluarga yang membuangnya.
Ia muak; dengan uang yang dianggap bisa membeli segalanya, dengan dirinya yang telah kotor, dengan dirinya yang sudah tak lagi berharga.
Ia tidak punya siapa-siapa setelah Luka tidak ada. Ia tidak punya apa-apa sejak awal: hatinya telah hancur berkeping-keping setelah Luka tidak ada.
Sejak awal, tidak seorang pun mengerti tentang dirinya. Tidak Claude, tidak Luka, tidak ayahnya, tidak pamannya, bahkan... tidak dirinya sendiri.
Alois Trancy hanya memiliki satu impian, yang baginya sendiri terdengar memuakkan: ia ingin dicintai, ia ingin seluruh dunia memandangnya sebagai earl Alois Trancy, menghormatinya seperti seluruh dunia menghormati earl Ciel Phantomhive, mencintainya seperti Sebastian Michaelis begitu 'mencintai' Ciel Phantomhive.
Apa sebenarnya cinta itu? Apa rasanya?
Apa ia sebuta Sebastian yang akan melakukan apapun untuk tuannya? Apa ia sesetia Sebastian yang akan terus mengikuti kemanapun kaki-kaki Ciel melangkah?
Seandainya saja Alois tahu rasanya. Cinta itu.
Perih atas kesepian itu begitu menghujam jantungnya—begitu dalam hingga luka itu tidak lagi terasa. Ia iri pada Ciel Phantomhive. Iri atas semua yang dimiliki earl itu, iri atas semua cinta, perhatian, dan kesetiaan yang diberikan semua orang hanya untuk Ciel Phantomhive.
Kenapa bukan Alois Trancy? Tahukah semua orang bahwa kesendirian itu menyakitkan?
Alois Trancy membenci semua orang yang mencintai Ciel Phantomhive. Alois Trancy membenci dirinya yang haus akan kasih sayang, dirinya yang begitu memuakkan dengan impiannya untuk dicintai. Semua hanya karena rasa iri tak berdasar.
Kalau saja bisa, ia ingin semua orang yang memujanya, memperhatikannya dengan tulus, dan bukan seperti sekarang ini: diam-diam ia memuja Claude Faustus dan berharap buttlernya itu tidak akan meninggalkan ia selama-lamanya.
Tapi impian tetaplah impian—wajah dingin itu hanya berubah ketika Claude harus melayani Ciel Phantomhive. Senyum itu hanya diberikan ketika Claude melayani Ciel Phantomhive. Itu memuakkan, itu membuat hati Alois semakin tak berbentuk, seperti debu, seperti arang kemarahan yang dibakar api membara.
Jika saja Alois Trancy memiliki apa yang dimiliki Ciel Phantomhive, mungkin hidupnya akan bahagia. Ia iri, ia sangat ingin dicintai.
Hoheo taralna, rondero tarel.
.
.
— おわり —
.
.
Silahkan membaca fic ini dari paragraf akhir ke paragraf awal.
#curhat: H-Halo semuanya. Nama saya Cha. C-Cha author dari fandom Bleach yang tengah main-main ke tempat lain. M-Maaf kalau ficnya a-abal. Sedang belajar membuat double-fiction. *bow*
Nee, mind to RnR, readers?
